Suhu Panas Di Jatim, Dipastikan Bukan karena Gelombang Panas Asia

Minum air putih yang banyak guys !

Surabaya, IDN Times - Suhu udara panas yang terjadi di Surabaya dan Jawa Timur, dipastikan bukan terjadi karena dampak gelombang panas yang terjadi sejumlah wilayah di Asia yang mencapai 40 derajat Celcius. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara di Jatim maksimum harian mencapai 35,4 derajat Celcius.

Kepala Stasiun BMKG Kelas 1 Juanda, Taufiq Herman mengatakan, suatu kondisi dikatakan gelombang panas apabila memenuhi dua hal yaitu secara karakteristik geografis dan secara indikator statistik suhu kejadian. Pertama, gelombang panas umumnya terjadi di wilayah yang berada pada lintang menengah hingga lintang tinggi, berdekatan dengan daratan yang luas seperti wilayah kontinental dan subkontinental.

"Kedua, secara indikator statistik suhu kejadian, menurut Badan Meteorologi Dunia (WMO), gelombang panas atau heatwave didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu lebih dari 5 derajat Celsius dari rata-rata klimatologis suhu maksimum di suatu lokasi, selama lima hari erturut-turut atau lebih," ujarnya. 

Sementara itu, wilayah Indonesia tidak mengalami gelombang panas karena berada di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan dikelilingi perairan yang luas. Begitu pula dengan wilayah Jawa Timur yang diapit oleh Laut Jawa di sebelah Utara dan Samudera Hindia yang luas di sebelah Selatan. 

"Dalam sepekan terakhir, suhu maksimum di wilayah Jawa Timur berkisar antara 33 sampai 35 derajat Celcius yaitu masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," ungkap dia. 

Beberapa waktu terakhir beredar informasi mengenai kondisi suhu udara yang panas dikaitkan dengan fluktuasi nilai indeks UV (ultraviolet). Secara umum, pola harian indeks UV berada pada kategori “Low” di pagi hari; mencapai puncaknya di kategori “High”, “Very high”, sampai dengan “Extreme” ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12:00 sampai dengan 15:00 waktu setempat dan bergerak turun kembali ke kategori “Low” di sore hari. Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan.

"Tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah. Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian seperti disampaikan di atas secarar utin dapat teramati dari hari ke hari meskipun tidak ada fenomena Gelombang Panas," jelasnya. 

Meski demikian, Masyarakat dihimbau untuk tidak panik menyikapi informasi yang beredar mengenai gelombang panas tersebut. Ia menyarankan agar masyarakat mengkonsumsi cukup air putih agar tidak mengalami dehidrasi. 

"Selain itu sebaiknya menggunakan pakaian tertutup atau tabir surya apabila beraktivitas di luar ruangan," pungkasnya.

 

Baca Juga: BMKG: April-Juni Puncak Cuaca Panas di Indonesia  

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya