Sekitar 1,5 Persen Penduduk Surabaya Terkena Alzheimer
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Warga Surabaya, mungkin kerap membaca pengumuman mengenai orang hilang di media sosial dan di radio. Bisa saja orang-orang yang hilang itu karena menderita Dimensia Alzheimer atau penyakit yang menyerang syaraf otak dan membunuh sel-sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat, membuat mereka lupa jalan pulang.
1. Penderita Alzheimer rata-rata berusia 60 tahun ke atas
Staf Departemen Neurology FK UNAIR Dr. Abdulloh Machin, dr, Sp.S(K) mengatakan sekitar 1,4 hingga 1,5 persen dari seluruh populasi penduduk di Surabaya menderita Alzheimer. Rata-rata mereka berusia 60 tahun ke atas.
"Tapi pada populasi lebih dari usia 70 tahun ke atas itu 20 persen (menderita Alzheimer)," ujar Machin kepada IDN Times, Sabtu (24/9/2022).
Baca Juga: Hari Alzheimer Sedunia, Benarkah Penyakit Alzheimer Berbahaya?
2. Gejala paling dasar adalah kerap lupa
Machi menjelasksn, gejala utama Alzheimer adalah sering lupa atau pelupa. Lupa merupakan hal yang wajar, namun, pada penderita Alzheimer, lupa yang diderita semakin hari akan bertambah berat.
"Terutama pada hal yang baru dilakukan. Jadi kalau ada orang yang habis melakukan apa lupa, itu salah satunya gejala awal Alzheimer," sebut Machin.
Selain itu, penderita Alzheimer biasanya kerap mengulang-ulang perkataan. Serta mengalami ganguan orientasi.
"Kadang mengganggu aktivitasnya. Misalnya dia suka berkebun, tiba-tiba tidak suka, itu bisa jadi Alzheimer, " jelasnya
Faktor yang bisa mempengaruhi Alzaimer biasanya adalah keturunan dan juga faktor lingkungan. Selain itu, faktor internal seperti kolesterol dan kurang olahraga juga dapat memicu Alzheimer.
3. Hal yang harus dilakukan keluarga jika ada yang menderita Alzheimer
Jika keluarga mendapati ada anggota bergeja Alzheimer, keluaga harus segera membawa ke dokter saraf. Sebelum pasien menderita Alzheimer ada dugaan pasien tersebut menderita Pre Dimensia kondisi kognitif ringin, masih dapat terobati.
"Tapi dalam keadaan Dimensia Alzheimer, itu gak bisa mengembalikan dia menjadi normal. Jadi harus ke dokter dulu, dia gejala Dimensia atau Pre Dimensia, atau ganguan yang lain," paparnya.
"Kalau belum Dimensia atau Pre Dimensia dia bisa merasakan 'kok gak normal', tapi kalau Dimensia dia merasa normal saja," imbuhnya.
Untuk mengurangi Alzheimer semakin parah, keluarga bisa memberikan kesibukan pada pasien seperti membaca buku, melakukan tugas sehari-hari dan lain sebagainya. Hal itu agar pasien tak semakin parah mengalami Dimensia Alzheimer.
"Kalau ada keluarga yang kena Alzheimer, bisa memberikan latihan otak, memberi permainan-permain yang melatih otak, terus memberi tanda di setiap ruangan, agar tak tersesat," tandasnya.
Penderita Alzheimer juga lebih baik diajak bersosialisasi dengan banyak orang. Hal itu untuk menghambat progresifitas Alzheimer.
Baca Juga: Mengenal Alzheimer Lebih Dalam, Kurangi Faktor Risikonya