Rayakan Malam Natal, Imam Kristen Ortodoks Berpesan Soal Perbedaan

Jemaat perempuan menggunakan penutup kepala saat ibadah

Mojokerto, IDN Times - Umat Kristen pada umumnya merayakan natal pada tanggal 25 Desember setiap tahunnya. Namun, berbeda dengan umat Kristen kebanyakan, umat Kristen Ortodoks baru merayakan malam Natal pada 6 Januari dan puncaknya pada 7 Januari. 

Dalam perayaan malam Natal kali ini, Imam Kapel Demetrios, Mojokerto, Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono menyerukan perdamaian di antara umat manusia. Menurut dia, sudah seharusnya manusia hidup harmonis dan berdampingan satu sama lain. Dengan begitu, mereka bisa dapat saling bermanfaat. Sebaliknya, kata dia, perbedaan jangan sampai membuat umat manusia terpecah. 

“Perbedaan bukanlah satu hal yang untuk saling diperbenturkan satu sama lain. Namun, justru bagaimana bisa saling membangun,” kata dia, Sabtu (6/1/2024). Ia mencontohkan umat Ortodoks di Kapel Demetrios. Meski berlabel minoritas, mereka tetap bisa hidup berdampingan dan menunjukkan kekeluargaan. 

Romo Yohanes sendiri menyebut perbedaan Natal umat Ortodoks disebabkan karena mereka menggunakan sistem penanggalan yang berbeda. Jika kebanyakan masyarakat menggunakan kalender Gregorian, mereka mendasarkan perhitungan hari pada sistem penanggalan kalender Julian. 

“Itu karena gereja ini menggunakan kalender lama, yakni Kalender Julianus. Sehingga terdapat perbedaan 13 hari dengan kalender sekarang,” ujarnya.

Selain itu, umat Kristen Ortodoks juga melakukan puasa menjelang Natal. Puasa dilakukan sejak 40 hari sebelum hari Natal untuk mempersiapkan diri menyambut datangnya Juruselamat.

Tak cuma tanggal perayaan yang berbeda, para wanita dalam Kristen Ortodoks juga diwajibkan untuk menggunakan mantila, atau penutup kepala dan rambut setiap kali akan beribadah kepada Tuhan. 

Hal menarik lainnya dalam peribadahan umat Kristen Ortodoks adalah tidak adanya penggunaan alat musik sepanjang prosesi. Para umat baik pria maupun wanita mendaraskan pujian dan doa secara bersama-sama. Sesekali umat mengucapkan kata “Amin” setiap imam selesai mendaraskan doa. 

Sekalipun eksistensi Kristen Ortodoks diterima dan diakui oleh pemerintah Indonesia, namun nyatanya jumlah umat Kristen Ortodoks sangatlah sedikit. Di Kapel Demetrios Mojokerto sendiri tak lebih dari 100 orang. Sementara di Indonesia sendiri jumlahnya hanya sekitar 4000 orang.

Baca Juga: Warga Bulgaria Protes Penutupan Gereja Ortodoks Rusia

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya