Ramadan Baru 4 Hari, Sudah Ada 5 Orang Mualaf di Masjid Al-Akbar

Alhamdulillah

Surabaya, IDN Times-  Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) mencatat sebanyak lima orang telah mengikuti prosesi ikrar mualaf atau pembacaan dua kalimat syahadat selama pelaksanaan ibadah puasa Ramadan 2024 yang telah berjalan empat hari. Satu di antaranya merupakan Warga Negara Asing (WNA) 

"Warga negara asing dari Australia ada yang mengikuti ikrar, di hari pertama puasa. Kalau sampai hari ini sudah lima orang," kata Humas Masjid Al-Akbar Surabaya, Helmy M Noor kepada ANTARA di Surabaya, Jumat (15/3/2024).

Helmy menjelaskan pembacaan ikrar mualaf sebenarnya tidak hanya dilaksanakan saat momen Ramadan. Namun, memang ada kecenderungan jumlahnya meningkat ketimbang hari biasa.

"Kalau dalam sebulan di luar Ramadan biasanya sekitar 5-10 orang ikrar, tetapi ini baru hari keempat sampai sudah lima orang. Kalau tahun lalu saat Ramadan lebih dari 20 orang yang ikrar, sekitar 50-100 orang," ucapnya.

Kendati demikian, ikrar mualaf tak bisa serta merta dilaksanakan.  Sebab ada tahapan verifikasi yang dilakukan oleh tim dari Masjid Al-Akar Surabaya kepada calon mualaf. Tahapan yang ketat itu untuk memastikan kemantapan hati calon mualaf.

"Saksinya siapa, alamat di mana yang ditunjukkan melalui KTP atau paspor, dan alasannya apa," ucapnya.

Kemudian ketika proses ikrar mualaf telah terlaksana, maka pihak Masjid Al-Akbar membantu para mualaf untuk lebih memahami ajaran Islam. Ini dilakukan melalui kelas perseorangan yang bisa dilaksanakan daring maupun luring. 

"Materi soal rukun Islam, rukun iman, kemudian kalau sudah menjadi Muslim kewajibannya apa saja, seperti tata cara salat, wudhu, puasa, dan zakat," ucap Helmy.

Helmy menyebut, di hari ini Jumat (15/3/2024) ada seorang perempuan bernama Ida Suliyati asal Jombang yang menyatakan ikrar mualaf masuk Islam. Paksanaan ikrar berlangsung setelah salat Jumat dipimpin Imam Besar Masji Al-Akbar Surabaya, Kiai Abdul Hamid Abdullah. 

Ida Suliyati yang berprofesi sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) ini mualaf karena pemilik rumah di tempatnya bekerja memiliki rasa toleransi antar sesama umat beragama. Setiap hari Minggu pemilik rumah pun memintanya untuk melaksanakan ibadah di gereja terlebih dahulu, sebelum melaksanakan tugasnya.

Pemilik rumah juga setiap hari setelah Subuh selalu menayangkan siaran langsung dari Mekkah dan Madinah tentang ritual ibadah. Itulah yang membuat Ida tersentuh untuk memeluk Islam. 

Toleransi yang ditunjukkan pemilik rumah pun menghadirkan ketertarikannya untuk memeluk agama Islam.

Sementara itu Kiai Abdul Hamid berharap setelah mengucap ikrar mualaf, Ida bisa secepatnya berangkat ke Tanah Suci dan melaksanakan seluruh ajaran Islam sebaik-baiknya.

"Semoga segera bisa umroh tetapi kalau sudah masuk Islam harus dijaga shalat lima waktu, yaitu dzuhur, ashar, maghrib, isya’ dan subuh," kata Kiai Abdul Hamid Abdullah.

Baca Juga: Kisah Perjalanan Mualaf Dian Sastrowardoyo, Dulu Beragama Katolik

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya