Pelajar SMP di Surabaya Mengalami Kekerasan di Panti Asuhan

Korban diusir dari panti asuhan

Surabaya, IDN Times - Seorang pelajar SMP diduga mengalami kekerasan di salah satu panti asuhan di Surabaya. Korban berinisial M (15) menceritakan apa yang dialaminya kepada anggota DPRD Surabaya, Budi Leksono.

1. Korban mengalami kekerasan di panti asuhan

Pelajar SMP di Surabaya Mengalami Kekerasan di Panti Asuhanilustrasi kekerasan pada anak/perempuan (IDN Times/Nathan Manaloe)

Budi Leksono mengatakan, M merupakan anak yang tinggal di panti asuhan. Di tempat M tinggal itulah, M kerap mendapat kekerasan.

"M tinggal di salah satu panti asuhan di Surabaya. Di situlah ia mengaku sering mendapat kekerasan dari pengurus panti," ujar Budi, Jumat (23/9/2022).

Baca Juga: 2 Orang Jadi Korban Salah Sasaran Tawuran di Surabaya

2. M telah dibawa ke Yayasan Perlindungan Perempuan dan Anak

Pelajar SMP di Surabaya Mengalami Kekerasan di Panti AsuhanIlustrasi kekerasan (IDN Times/Sukma Shakti)

Saat ini kata Budi, M sudah tidak tinggal di panti asuhan lagi. Kini M telah dibawa dan tinggal di Yayasan Perlindungan Perempuan dan Anak.

"Dalam hal ini sesuai keterangan dari korban bahwa panti asuhan tersebut sarat dengan tindakan kekerasan terhadap anak dan pelanggaran hak anak," kata Budi.

Budi berharap kasus tersebut dapat diusut tuntas oleh pihak berwajib. "Kasus tindakan kekerasan yang menimpah anak di bawah umur seperti ini harus segera diselidiki dan diusut tuntas," ujar Sekretaris Komisi A ini.

3. Korban diusir dari panti asuhan

Pelajar SMP di Surabaya Mengalami Kekerasan di Panti AsuhanIDN Times/Sukma Shakti

Sementara perwakilan dari Komite Sekolah korban, Mei Rukmana menjelaskan, awalnya ia mendapat informasi kekerasan tersebut dari guru BK di sekolah korban. Guru BK tersebut mengatakan muridnya itu telah diusir dari panti asuhan.

"Kemudian ibu kepala sekolah berkoordinasi kepada saya, dan M ternyata diusir dari panti itu. M juga cerita bahwa kerap kali mendapatkan kekerasan di panti, seperti disiram air panas dipukul pakai hanger, sapu dan itu katanya sudah biasa," jelas Mei saat dihubungi melalui seluler.

Mei mengatakan, perlakukan buruk dari pengurus panti asuhan juga dilakukan kepada anak-anak lainnya.

"M untuk menceritakan kesalahannya sendiri bingung, karena dia merasa apa yang dilakukan sudah benar namun dinilai tidak cocok oleh pengurus panti. Kalau dari pihak panti sendiri, katanya M kerap kali membangkang," beber Mei yang juga aktivis perlindungan perempuan dan anak ini.

Namun, lanjut Mei, hingga kini ia belum sekalipun bertemu dengan pihak panti asuhan M. Karena yang mendatangi ke panti adalah kepala sekolah.

Baca Juga: 10 Tempat Wisata Indoor di Surabaya, Unik dan Super Mengasyikkan!

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya