Langgar Gipo di Surabaya Jadi Cagar Budaya dan Wisata Religi
![Langgar Gipo di Surabaya Jadi Cagar Budaya dan Wisata Religi](https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20240615/peresmian-langgar-dipo-471a8564a927a4d1969ff03d70603ddd_600x400.jpg)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Langgar Gipo, salah satu musala tertua di Surabaya Jawa Timur yang terletak di Jalan Kalimas Udik 1/51, telah diresmikan sebagai Cagar Budaya dan Destinasi Wisata Kota Lama pada Sabtu, (15/6/2024). Langgar ini memiliki nilai sejarah sebagai saksi perjuangan ulama Nahdlatul Ulama (NU) melawan kolonialisme di Kota Pahlawan, khususnya peran KH Hasan Gipo, Ketua Umum PBNU pertama.
Langgar dua lantai dengan luas 209 meter persegi ini adalah tempat penggemblengan para santri sebelum berangkat melawan penjajah dan pusat perumusan strategi oleh para ulama.
1. Langgar Gipo sebagai edukasi sejarah bagi generasi muda
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan bahwa Langgar Gipo adalah tempat bersejarah bagi penggemblengan santri di masa penjajahan. Ia berharap, dengan penetapan Langgar Gipo sebagai Cagar Budaya, sejarahnya dapat terus dikenal oleh generasi muda, termasuk milenial dan Gen Z.
"Saya ingin anak cucu saya, serta anak-anak Surabaya, baik Gen Z maupun milenial, boleh terus maju tapi tidak melupakan sejarahnya. Jadi, hari ini saya tetapkan Langgar Gipo sebagai Cagar Budaya dan lantai duanya menjadi museum," kata Eri.
Untuk mengenalkan wisata religi bersejarah, Eri berencana mempromosikan Langgar Gipo kepada siswa-siswi di Surabaya. "Saya akan mengajak siswa SD dan SMP di bawah wewenang Pemerintah Kota Surabaya untuk mengunjungi Langgar Gipo sebagai wisata religi, agar mereka tahu sejarahnya," paparnya.
Langgar Gipo, yang dipugar sejak Februari 2024, melibatkan keluarga keturunan Sagipoddin (pendiri Langgar Gipo) dalam pengembangannya sebagai wisata religi. "Jadi, yang akan menjelaskan sejarahnya adalah pihak keluarga. Saya sudah sowan ke keluarga dan warga sekitar untuk menjadikan Langgar Gipo Cagar Budaya dan destinasi wisata," imbuhnya.
2. Penambahan koleksi benda bersejarah di Museum Langgar Gipo
Untuk menjaga nilai sejarah Langgar Gipo, pihaknya terus menambah koleksi benda bersejarah dari keluarga Sagipoddin. Koleksi tersebut ditempatkan di museum yang berada di lantai dua Langgar Gipo.
"Koleksi tambahan dari keluarga akan terus kita cari, karena masih ada beberapa benda keluarga yang belum diletakkan di sini. Kedepannya, keluarga akan banyak memasukkan benda bersejarah dan cerita terkait Langgar Gipo," ungkap Eri Cahyadi.
Pihaknya juga berencana menambah monitor di museum tersebut untuk menayangkan sejarah Langgar Gipo, termasuk profil dan tokoh-tokoh ulama yang terlibat. "Kita akan menambah satu monitor di sini, yang akan memutar perjuangan Langgar Gipo, profil, dan cerita bersejarahnya," paparnya.
3. Langgar Gipo Berusia 304 Tahun
Generasi kelima keturunan Sagipoddin, Abdul Wage Zain, mengungkapkan bahwa Langgar Gipo sudah berusia 304 tahun pada 2024. Langgar tersebut disertifikasi pada tahun 1830 oleh H Tarmidzi, anak H Sagipoddin/Abdullatif, pendiri Langgar Gipo.
Pada masa itu, H Hasan Basri Sagipoddin atau KH Hasan Gipo, yang saat itu menjadi Ketua PBNU pertama, mengoptimalkan fungsi langgar sebagai tempat pergerakan melawan penjajah. "Dulunya, lantai dua Langgar Gipo ini juga digunakan untuk menampung jamaah haji kapal laut asal Jawa Timur sebelum berangkat ke Mekkah. Setelah sampai di Mekkah, mereka juga ditampung di rumah milik keluarga Sagipoddin," jelas Abdul Wage Zain.
Pada tahun 1996, Yayasan IKSA mulai memfungsikan Langgar Gipo sebagai tempat halal bihalal bani Gipo. Kini, Langgar Gipo resmi menjadi bangunan Cagar Budaya dan Destinasi Wisata Religi. Sebelumnya, Pemkot Surabaya telah menetapkan Langgar Gipo sebagai Cagar Budaya dengan SK Wali Kota Surabaya No 188.45/63/436.1.2/2021 pada 21 Februari 2021.
Baca Juga: 6 Promo Staycation Hotel Selama Libur Sekolah di Surabaya