Awal Tahun, DBD di Surabaya Sudah 43 Kasus

Turun dibandingkan tahun lalu

Surabaya, IDN Times - Baru awal tahun 2024,  Demam Berdarah (DBD) di Kota Surabaya sudah 43 kasus sejak Januari hingga Februari. Angka tersebut menurun  dibanding periode yang sama pada 2023 silam

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menunjukkan, angka DBD pada Januari 2024 sebanyak 10 kasus, sementara Januari 2023 sebanyak 33 kasus. Kemudian pada Februari 2024 sebanyak 33 kasus, dan Februari 2023 sebanyak 25 kasus. 

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, jumlah tersebut masih tergolong aman jika dibanding dengan jumlah seluruh warga Surabaya. Sehingga, DBD di Surabaya masih bisa dikendalikan. 

"Karena itu saya minta kepada seluruh jajaran puskemas, Kader Surabaya Hebat (KSH) dan seluruh warga untuk menghindari genangan-genangan air yang ada di saluran, di rumah, sekaligus juga 3M (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang)," ujar Eri ditemui usai Jumatan, Jumat (8/3/2024). 

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, kasus DBD di Surabaya mengalami penurunan sebanyak 15 persen dibanding periode yang sama pada Januari - Februari 2023.

"Berdasarkan perkembangan data trend kasus DBD di Kota Surabaya pada bulan Februari 2024 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya menunjukkan adanya sedikit kenaikan kasus, akan tetapi secara kumulatif Januari- Februari 2024 dengan periode yang sama dengan tahun sebelumnya menunjukkan penurunan sebesar 15 persen," kata Nanik. 

Saat ini, kasus DBD di Surabaya paling banyak menjangkit anak-anak. Anak-anak yang paling rentang terkena DBD adalah usia 5-14 tahun. 

"Berdasarkan data kasus DBD sebagian besar ditemukan pada anak sekolah dengan rentang umur 5-14 tahun," kata dia. 

Nanik bilang, tak ada pencegahan khusus yang bisa dilakukan. Masyarakat hanya perlu menerapkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang) Plus. 

"Tidak ada pencegahan khusus (untuk anak), tetapi pencegahan yang dapat dilakukan dengan melakukan PSN 3 M Plus dan vaksinasi apabila dibutuhkan," jelasnya.

Nanik mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik yang berlebihan dengan kasus DBD. Apalagi saat ini kasus DBD di Jatim mencapai 3600 lebih. 

"Apabila ditemukan gejala DBD maka dapat membawa segera penderita untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut di fasilitas kesehatan untuk mendapat perawatan secara intensif," imbau dia.

Dinkes Kota Surabaya sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah DBD. Upaya tersebut seperti memasifkan gerakan PSN 3M Plus, membuat edaran kewaspadaan DBD untuk mewaspadai awal musim penghujan yang berisiko terjadinya peningkatan populasi nyamuk.

Kemudian menggerakkan promosi kesehatan dengan memasang media edukasi di tempat-tempat yang mudah dijangkau masyarakat, dan melakukan sosialisasi pencegahan DBD. Lalu, koordinasi dengan seluruh puskesmas di tingkat kelurahan dan kecamatan untuk konsisten meningkatkan upaya kewaspdaan dini melalui surat kewaspadaan peningkatan kasus DBD berbasis wilayah.

"Kami juga bekerja sama dengan ITD UNAIR untuk melakukan survei penangkapan nyamuk dan pemeriksaan jentik dalam penelitian pola temporal dan spasial penyebaran virus Den-V di Kota Surabaya serta bekerjasama melakukan Pengabdian Masyarakat dengan sasaran KSH untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kader dalam identifikasi jentik," jelasnya. 

Tak hanya itu, Dinkes Surabaya juga menggandeng BBTKLPP untuk melakukan survei perilaku nyamuk untuk mengetahui, adakah pergeseran perilaku nyamuk Aedes sp. Melakukan identifikasi jentik nyamuk di beberapa lokasi sebagai bentuk monitoring habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp.

"Melakukan konsultasi dengan pakar ilmu Penyakit Tropik RS Unair terkait update tatalaksana kasus DBD. Monitoring dan evaluasi kegiatan PSN dengan kegiatan kunjungan dan melakukan supervisi ke Puskesmas terkait SOP penanganan laporan. Mengimbau puskesmas untuk segera melakukan penyelidikan epidemiologi kasus 1x24 jam dan melaksanakan penanganan kasus agar tidak ada penularan setempat," pungkas dia. 

Baca Juga: Kasus DBD Jatim Terbanyak di Probolinggo, Dinkes: Belum KLB

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya