Judi Online Juga Meracuni Kalangan Pelajar di Surabaya

Bahkan sampai bolos sekolah

Surabaya, IDN Times - Pemberitaaan terkait maraknya kasus judi online belakangan ini kian meresahkan. Dimulai dari munculnya kasus polwan di Mojokerto yang tega membakar suaminya yang sama-sama anggota Polri. Setelah diselidiki motifnya, polwan tersebut kelewat jengkel lantaran sang suami kerap menghabiskan gajinya untuk bermain judi online, padahal tengah memiliki tanggungan mengurus tiga anak balita.

Tidak berhenti di situ, baru-baru ini Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Hadi Tjahjanto mengungkap kasus judi online telah merambah profesi lain seperti jurnalis. Ia memaparkan dari data PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) terdapat sebanyak 164 nama dengan transaksi mencapai Rp1,4 miliar. Bahkan, Judi Online juga 'menjangkiti' anggota DPR dan para aparat negara yang terhormat.

Dari rangkuman kejadian itu, tak menutup kemungkinan jika sebenarnya pemain judi online memiliki cakupan yang lebih luas lagi. Judi online juga mulai meracuni di kalangan pelajar dan mahasiswa. IDN Times mencoba membuktikan dugaan dengan menghubungi seorang narasumber. Sebut saja pengakuan dari Dodi (nama disamarkan).

1. Terpapar judi online karena pergaulan

Judi Online Juga Meracuni Kalangan Pelajar di Surabayapixabay

Dodi (22) yang kesehariannya disibukkan dengan berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Surabaya mengaku telah mengenal dunia judi online sejak satu tahun terakhir. Ketertarikan itu pertama kali muncul karena faktor pergaulan.

"Awalnya karena lihat teman kuliah ada yang main, terus ke warkop itu juga sering nemu orang main. Pertama gak tau itu main apa terus ya dikasih tau dan kok enak. Nyoba nyoba eh ternyata kelamaan malah boncos," katanya.

Lelaki asal Ponorogo ini mengaku hanya main ketika ada pemasukan lebih. Hal itu lantaran selain berkuliah Dodi juga menjalani magang di salah satu instansi pemerintahan di Surabaya dan mendapatkan honor secara rutin.

"Kalau ditanya uang dari mana, kebetulan aku magang dan dibayar dari situ. Kalau ada sisa uang di rekening nganggur gitu iseng buat main," ceritanya.

Baca Juga: Wali Kota Surabaya: Sanksi untuk Pegawai yang Terlibat Judi Online

2. Judi online lebih banyak buntung dari pada untung

Judi Online Juga Meracuni Kalangan Pelajar di Surabayailustrasi menghitung uang (pexels.com/Vitaly Gariev)

Keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan kerugian yang dialami. Setidaknya alasan itu yang membuat Dodi merasa bukan tipe yang kecanduan. Walau demikian, ketika nasib sedang mujur, uang yang didapat terbilang menggiurkan baginya yang notabene adalah mahasiswa rantau.

"Kalau main kita kan kasih deposit dulu, biasanya aku Rp20 ribu. Dari situ pernah untung paling gede Rp800 ribu. Tapi kan bisa dihitung menangnya karena kebanyakan gak balik modal. Kalau dipersentase sekitar 40 persenan lah sisanya boncos," ujarnya.

Dari penuturan Dodi, pemberian deposit awal bisa bervariasi, kebanyakan situs mematok mulai dari Rp20 ribu. Dari deposit itulah kemudian ada sejumlah nominal yang dijadikan taruhan, mulai dari ratusan perak hingga ratusan ribu rupiah. Barulah kemudian seseorang memilih permainan yang disediakan di situs judi.

"Macem-macem sih permainannya dan sebenernya simpel kayak mainan di hp biasanya, ya mirip mirip candy crush gitu lah," jelasnya.

3. Dunia digital memicu ketertarikan berjudi online

Judi Online Juga Meracuni Kalangan Pelajar di Surabayapinterest

Dari kemudahan sistem main yang ditawarkan, Dodi berpendapat kemungkinan hal itulah yang membuat orang mudah tergiur dengan judi online. Apalagi iklannya mudah ditemui di media sosial dengan embel-embel seperti deposit rendah, dan sebagainya.

"Biasanya kalau kita pertama main dikasih menang dulu beberapa kali, istilahnya dienakin dulu lah. Dari situ orang mikir halah pasti nanti balik modal lagi padahal gak tentu. Belum lagi aksesnya gampang dan iklannya di mana-mana. Di Instagram ada beberapa selebgram promosi itu," ungkapnya.

4. Para pelajar juga terpapar judi online

Judi Online Juga Meracuni Kalangan Pelajar di Surabaya

Tidak salah kemudian jika judi online disebut telah merambah berbagai kalangan. Dodi sendiri yang mengaku ia beberapa kali mendapati tidak hanya orang dewasa yang tergiur dengan judi online, melainkan juga anak-anak sekolah yang kerap ia temui nampak sibuk bermain gawai di warung kopi.

"Beberapa kali nemu kalo aku lagi nongkrong di warkop, mereka gerombolan bolos sekolah. Ya main. Dan judi online kan ada iklannya juga di Youtube, dipromosiin sama streamer game online. Mereka tontonannya itu jadi taunya dari sana," tuturnya.

Dodi tidak lagi heran, toh anak-anak sekarang telah dibekali dengan akses dan uang yang cukup untuk memenuhi persyaratan main. Berbeda dengan orang dewasa yang mendapat uang dari bekerja atau kemungkinan terburuknya pinjol, anak-anak sekolah lebih pada menggunakan uang sakunya.

"Kadang kutanya uang dari mana, jawabnya ya uang saku. Gak heran sih, mereka sekarang kan uang sakunya gede, beda sama dulu. Depo cuman segitu ya bisa aja mereka bayar. Belom lagi udah pada pegang hp pula."

Ia hanya bisa berharap pemerintah mampu menindak tegas terkait masalah judi online. Walau harapannya mungkin terkesan semu karena sejauh ini belum ada situs yang diblokir dan iklan yang masih bertebaran.

Baca Juga: Dua Personel Satpol PP Surabaya Dipecat karena Judi Online

Kayla Jasmine Yasmara Photo Community Writer Kayla Jasmine Yasmara

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya