Buku Kepemimpinan Bos PT Pos Indonesia Dibedah di Surabaya

Surabaya, IDN Times - Acara Cakrukran bersama Alumni ITS sukses digelar bersamaan dengan bedah buku Thriving on Turbulence: Agile Leadership untuk Sukses Melewati Disrupsi karya Faizal Rochmad Djoemadi Direktur Utama Pos Indonesia pada Minggu (9/6/2024) di Kampi Hotel, Surabaya.
Buku itu adalah kristalisasi pengalamannya dalam memimpin Pos Indonesia saat periode pandemi. Kepemimpinan di tengah masa krisis tersebut membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Faizal menuturkan bahwa ini pertama kalinya, bagi dia dan Pos Indonesia, mengelola sebuah perusahaan di dalam lingkungan bisnis yang betul-betul ekstrim, kacau, dan bergolak. Sederhananya penuh turbulensi.
1. Saat pandemi, Pos Indonesia mengalami krisis internal dan eksternal

Di sisi eksternal, industri dihantam pandemi Covid-19. Suasana ini membuat semua orang bingung, sebab ini adalah fenomena baru yang tidak dipahami banyak orang.
“Tetapi yang jelas, pandemi membuat aktivitas bisnis dan industri lumpuh,” ucap Faizal.
Di lain pihak, di sisi internal perusahaan ini mengalami permasalahan yang kompleks. Ada tiga faktor yang jadi penyebab merosotnya performa Pos Indonesia. Pertama, performansi finansial yang melemah. Revenue perusahaan berada di angka memprihatinkan.
Kedua, performansi bisnis. Pos Indonesia kalah bersaing dengan kompetitornya. Portfolio bisnis di bidang jasa kurir dan logistik boleh dikatakan “keok”. Ia tidak dapat mengesankan konsumen, sehingga konsumen beralih ke brand lain.
Penyebab lain menurunnya performa bisnis juga selaras dengan hal ketiga yakni hancurnya disiplin operasional. Salah satu faktornya adalah indikator capaian pengiriman yang jauh dari kata memuaskan.
“Dalam kondisi krisis seperti ini, kita tidak boleh bersikap biasa-biasa saja. Harus extraordinary,” katanya.
2. Diperlukan agilitas dalam memimpin industri yang dilanda krisis

Bagi Faizal strategi memimpin di tengah krisis adalah agilitas: kemampuan untuk bertindak lincah, cepat, dan tepat. Konsep ini terdiri dari lima aspek yakni; agile leadership, agile culture, agile digitalization, agile inno-collab, dan agile execution.
Misalnya dalam agile leadership, seorang pemimpin harus mampu mengkomunikasikan fakta terburuk yang sedang dihadapi perusahaan. Hal itu merupakan langkah penting untuk membangun rasa kebersamaan dan pemahaman yang sama atas krisis. “Penyampaian brutal fact penting untuk menciptakan sense of crisis,” tegas faizal.
Kemudian setelah semua elemen perusahaan paham dengan kondisi yang dihadapi, aksi berikutnya adalah fokus untuk menaikkan performansi perusahaan: baik performansi finansial, bisnis, dan operasional.
“Dalam suasana krisis kita tak punya kemewahan merancang visi. Semua upaya dan tenaga harus fokus ke performansi perusahaan,” kenang Faizal.
3. Strategi kepemimpinan yang terbukti manjur bagi Pos Indonesia

Formula kepemimpinan Faizal di tengah krisis terbukti sukses mengantarkan Pos Indonesia, tidak hanya selamat melewati krisis, tetapi mampu bersaing dengan kompetitor dan memenangkan persaingan pasar.
Dalam acara itu Faizal membagikan pandangannya kepada alumni ITS agar dapat berkarir dengan baik. Ia menyebutnya dengan 3B, merupakan akronim dari Be yourself, Build your character, Broaden your network.
“Artinya apa? Menjadi sukses itu harus pertama, menjadi diri sendrii dengan memberikan prestasi yang terbaik di bidangnya (be yourself). Kedua, harus punya karakter yang kuat (build your character). Ketiga, kita harus memperluas relasi dan memberikan manfaat bagi sesama (broaden your network),” pungkas Faizal yang juga merupakan calon Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember.