Lebaran di Kampung Seribu Bulan

Selamat Idul Fitri

Madiun, IDN Times - Sejak pukul 05.00, para jamaah berduyun-duyun menuju Masjid Al Basyariah, Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, untuk melaksanakan salat Idul Fitri 1445 hijriah.

Sudah dua kali lebaran ini sejak COVID-19 mereda, Masjid yang masuk dalam warisan cagar budaya ini, dipenuhi jamaah. Pun juga selama sebulan penuh di bulan suci Ramadan, banyak jamaah melaksanakan kegiatan ibadah wajib maupun sunnah di Masjid kebanggaan masyarakat Sewulan ini.

Tradisi dalam momen lebaran, di Desa yang bernama Sewulan kependekan dari Sewu Wulan atau Seribu Bulan ini mungkin tak jauh beda dengan tradisi di kampung lain di Jawa Timur.

1. Salat Idul Fitri dilanjutkan bersalaman antar jamaah

Lebaran di Kampung Seribu BulanPara jamaah saling bersalaman usai prosesi salat Idul Fitri selesai di Masjid Al Basyariah, Sewulan, Dagangan, Madiun, Rabu (10/4/2024). (IDN Times/Abidin).

Salat Idul Fitri di Masjid Al Basyariah dilaksanakan pukul 06.30. Dalam momen lebaran 2024 ini, Imam salat dipimpin Kiai Imam Sururi dan Khotib Khutbah dibacakan Kiai Afif Nizam.

Setelah prosesi salat Idul Fitri yang dipungkasi Khutbah, seluruh jamaah kemudian berdiri saling menata barisan untuk bersalaman satu sama lain secara estafet.

"Tradisi bersalaman ini yang dirindukan oleh warga di perantauan untuk mudik. Sebab, bisa langsung bermaafan dengan warga desa sekaligus saat di Masjid," ujar Fathoni salah seorang jamaah.

Selain bersalaman, jamaah juga bisa mendengarkan tabuhan bedug yang dimainkan oleh para jamaah secara bergantian.

Baca Juga: Buron Tersangka TPPO Ferienjob Masih Nekat Melobi Unmer Madiun

2. Ziarah makam leluhur dan keluarga

Lebaran di Kampung Seribu BulanPara jamaah berziarah di makam Ki Ageng Basyariah, Sewulan, Dagangan, Madiun, Rabu (10/4/2024). (IDN Times/Abidin).

Setelah keluar Masjid, para jamaah berduyun-duyun menuju komplek makam Sewulan yang berada di belakang Masjid. Makam leluhur itu adalah Ki Ageng Basyariah atau Raden Mas Bagus Harun yang lahir pada akhir abad ke-17. Beliau ini merupakan tokoh penyebar Islam yang juga dikenal masuk dalam jajaran salah satu wali di tanah jawa.

Ki Ageng Basyariah juga yang memberi nama Desa Sewulan yang diambil dari makna Lailatul Qadar yang berciri Malam Seribu Bulan.

Setelah ke makam leluhur, para jamaah kemudian menyebar ke makam keluarga mereka masing-masing untuk berziarah. Kesempatan ini tidak terlewatkan bagi warga saat Idul Fitri tiba.

3. Sejarah atau saling berkunjung

Lebaran di Kampung Seribu BulanWarga Desa Sewulan saat menuju makam leluhur dan makan keluarga masing-masing usai salat Idul Fitri. (IDN Times/Abidin).

Setelah semua prosesi di kawasan Masjid selesai, para jamaah kemudian bergegas pulang untuk menyiapkan hidangan dan membuka pintu rumah masing-masing untuk para tamu. Tamunya tak lain adalah saudara dekat dan tetangga dekat. Ini yang disebut Sejarah ataua saling mengunjungi. 

Disebut sejarah karena dalam pertemuan antar saudara atau antar tetangga, bisa mengingat kembali silsilah ikatan darah dan kenangan masa lalu.

Berbagai macam hidangan mulai cemilan hingga menu masakan, seperti opor, nasi kebuli, rawon, soto, dan sebagainya menjadi menu suguhan di masing-masing rumah. Tak ketinggalan, tentu Angpau atau bahasa jawanya Sangu untuk anak-anak.

"Tradisi lebaran di Sewulan masih terasa syahdu. Ini yang saya rindukan untuk segera pulang saat lebaran," ujar Ahmad salah seorang warga yang mudik dari Surabaya.

Baca Juga: 40 Ribu Jemaah Salat Idul Fitri di Masjid Al Akbar Surabaya

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya