Sidoarjo Masih Terdapat Potensi Radikalisme, Ini Upaya FKUB
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sidoarjo, IDN Times - Masalah kerukunan umat beragama di Indonesia tak hanya seputar perbedaan pendapat dengan agama lain, namun juga perihal munculnya gerakan radikalisme yang mengatasnamakan agama.
Dua permasalahan itu disadari oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sidoarjo. Untuk mengatasi masalah-masalah itu, FKUB Sidoarjo melakukan upaya guna menjaga perdamaian dan rasa toleransi Kabupaten Sidoarjo.
Baca Juga: Seorang Suami di Sidoarjo Pukul Istri Sirinya Pakai Palu Hingga Tewas
1. Tidak berniat melawan kelompok radikal
Sekretaris FKUB Sidoarjo, Idham Khalid, mengatakan pihaknya sebenarnya tidak berniat untuk melawan kelompok-kelompok yang terjangkit radikalisme. Alasannya, telah ada pihak yang berwenang untuk mengatasi hal tersebut.
"Kami tidak bermaksud menekan atau memusuhi mereka. Tapi, kami membangun kesadaran kepada seluruh umat agama, agar tidak mempertentangkan antara agama dan kebangsaan," ujarnya kepada IDN Times, Jumat (30/11).
2. Memberikan pengertian melalui tokoh agama
Oleh karena itu untuk mencegah munculnya paham radikalisme di masyarakat, FKUB memberi pengertian-pengertian soal lerukunan antara umat beragama kepada tokoh agama di agama masing-masing.
"Kami di FKUB ini bertugas menemukan kembali, reinventing idea, tentang social imagine bangsa Indonesia ini. Bahwa NKRI ini dibangun di atas nilai-nilai agama, sehingga tidak perlu menentangkan negara dengan agama," jelasnya.
3. Masih ada radikalisme di Sidoarjo
Idham menjelaskan, hingga saat ini paham radikalisme memang masih ada di Kabupaten Sidoarjo. Sidoarjo sebagai kota dengan tingkat urbansisasi tinggi, membuat paham atau komunitas dari daerah lain ikut masuk ke dalamnya.
"Secara jumlah memang tidak banyak. Tapi, potensinya masih ada. Ada kecenderungan di Sidoarjo ini orang membangun komunitas yang sangat eksklusif," terangnya.
4. Pencegahan melalui sarasehan kebangsaan
Upaya lain yang digunakan secara massal adalah melalui sarasehan kebangsaan. Sarasehan kebangsaan ini membahas hubungan antara agama dan negara yang nyatanya tidak bertentangan. Idham berharap melalui sarasehan ini masyarakat mengerti bahwa agama tidak bertentangan dengan negara.
"Karena kebangsaan sebenarnya dibangun di atas nilai-nilai agama. Jadi tidak mungkin berbenturan. Ini lah yang mau kita tanamkan," jelasnya.
Baca Juga: Jaga Kerukunan Antar Umat Beragama, Begini Cara FKUB Sidoarjo