Satu Keluarga Meninggal karena COVID-19 di Gubeng, Ini Kisah Aslinya

"Yang jelas COVID-19 ini nyata dan jahat banget"

Surabaya, IDN Times - Hari Raya Idulfitri 2020 terasa berbeda bagi D (27). Justru pada saat semua merayakan Idulfitri 24 Mei 2020 lalu, ia harus mengantarkan papanya ke rumah sakit. Keesokan harinya di hari raya kedua, giliran mamanya yang masuk rumah sakit. Mereka menyusul kakak D yang sudah terlebih dahulu dirawat di rumah sakit yang berbeda.

Namun siapa sangka, hari raya itu merupakan kali terakhir D bisa melihat keluarganya. Kakak D meninggal dan dinyatakan positif COVID-19 bersama seorang calon bayi di kandungan. Sementara kedua orangtua D meninggal sebelum sempat melakukan tes swab PCR. Kini COVID-19 meninggalkan luka yang mendalam bagi seorang D. Kisah ini pun sempat beredar di beberapa grup WhatsApp.

1. Kakak D sempat gagal nafas di rumah sakit

Satu Keluarga Meninggal karena COVID-19 di Gubeng, Ini Kisah Aslinya(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

D menceritakan, sang kakak yang berusia 34 tahun mengalami flu, batuk, dan demam tinggi pada pertengahan bulan Mei 2020. Ia sempat keluar masuk rumah sakit karena hasil rapid testnya negatif. Namun keadaan Kakak D semakin memburuk hingga harus dilarikan ke RS PHC, salah satu rumah sakit BUMN yang menjadi rujukan COVID-19 pada Rabu (27/5).

Kondisi kakaknya saat itu tengah hamil 8 bulan. Sesak nafas karena perut besarnya semakin bertambah oleh penyakit yang tengah menyerangnya kini. Kakak D pun sempat mendapat pertolongan nafas melalui ventilator.

"Tapi malamnya jam 12 (Kamis) saya ditelpon Mama. Katanya Kakak gagal nafas. Tapi qadarullah bayi yang dikandungan sudah gak ada detak jantungnya," ujar D saat bercerita kepada IDN Times, Rabu (3/6).

2. Papa dan Mama D masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas dan diare

Satu Keluarga Meninggal karena COVID-19 di Gubeng, Ini Kisah Aslinyailustrasi ruang isolasi (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Tak hanya kakak D, bolak-balik rumah sakit juga sempat dialami oleh kedua orangtuanya yang tinggal serumah dengan sang kakak di kawasan Gubeng, Surabaya. Setelah sempat pulang dari rumah sakit, sang mama merasa kesehatannya tidak membaik. Sesak nafas yang ia rasakan terus menyiksanya. Ia pun meminta untuk kembali dimasukkan ke rumah sakit yang berbeda, Jumat (29/5).

"Mama telpon bilang sudah gak kuat minta ke RSI, tapi minta naik taksi online saja karna Mama takut saya ikut drop ketularan," tuturnya.

Selang beberapa jam sang masuk ke rumah sakit, rupanya papanya menyusul. Mereka berada di rumah sakit yang sama. Jika mamanya mengalami keluhan sesak nafas, sang papa sempat hilang kesadaran dan diare. Penyakit bawaan yang dimiliki oleh papa D seperti diabetes dan jantung menambah kekhawatiran.

3. Keluarga D meninggal berurutan di hari yang berdekatan

Satu Keluarga Meninggal karena COVID-19 di Gubeng, Ini Kisah AslinyaIlustrasi jenazah (IDN Times/Mia Amalia)

Duka D dimulai. Sabtu (30/5), papa D dinyatakan meninggal dunia. Padahal, ia baru sehari dirawat. Sang papa bahkan belum sempat melakukan tes swab PCR. Namun ketika dites dengan rapid test, hasilnya reaktif.

Selang beberapa jam saja, Minggu (31/5) dini hari, giliran sang kakak yang meninggal dunia bersama calon bayi yang sedang dikandungnya. Meski rapid test menunjukkan hasil non reaktif, ternyata sang kakak sempat melakukan tes swab namun hasilnya belum keluar.

Beberapa hari kemudian, Selasa (2/6) sang mama turut meninggal dunia, menyisakan duka yang mendalam bagi D. Mamanya meninggal akibat sesak nafas yang dialami, tanpa adanya penyakit penyerta lain di tubuhnya.

"Saya gak bisa mengungkapkan perasaan saya. Campur aduk sekali saat itu. Tapi semua sudah takdir Allah," ungkapnya lirih.

4. Kakak D diumumkan positif COVID-19 setelah meninggal

Satu Keluarga Meninggal karena COVID-19 di Gubeng, Ini Kisah AslinyaIlustrasi virus corona/Dok. IDN Times

Beberapa hari setelah Kakak D meninggal, Puskesmas di sekitar tempat tinggalnya tiba-tiba menelpon. Katanya, Kakak D terkonfirmasi positif COVID-19. D pun bingung bagaimana harus menyikapi fakta tersebut.

"Swab ini sebetulnya keluarga gak tahu kapan Kakak diswab. Suami kakak juga gak tahu," ungkapnya.

Tapi sepertinya kabar itu menjadi jawaban dari misteri meninggalnya anggota keluarga D secara beruntun. Setelah itu suami Kakak D beserta anaknya yang masih berusia 17 bulan pun melakukan rapid test. Tak hanya itu, kakak D yang lain juga rapid test bersama anaknya yang berusia 4 tahun. Keseluruhan hasil tes mereka pun reaktif.

"Tapi Alhamdulillah kakak dan ponakan saya kondisinya sehat semua. Saat ini sedang isolasi mandiri bersama. Kakak kedua sudah diswab tinggal tunggu hasil, yang lain masih tunggu giliran," imbuhnya.

Baca Juga: Kunjungi Warga Positif COVID-19, Wawali Surabaya Jadi ODP

5. Belum diketahui dari mana asal penularan

Satu Keluarga Meninggal karena COVID-19 di Gubeng, Ini Kisah AslinyaIlustrasi virus corona (IDN Times/Rochmanudin)

Peristiwa berutun itu pun meninggalkan pelajaran berharga bagi D. Betapa kejam COVID-19 merenggut anggota keluarganya sekaligus, bahkan seorang calon ponakan yang seharusnya lahir dalam hitungan minggu.

"Mohon doa untuk almarhum dan almarhumah. Yang jelas COVID-19 ini nyata dan jahat banget. Jadi harus bener-bener jaga kesehatan dan kalau gak perlu keluar lebih baik di rumah saja. Jangan disepelekan karena virus ini jahat banget," ungkap D.

Namun hingga saat ini, D masih belum tahu darimana rantai COVID-19 ini bermula di keluarganya. D yang tinggal terpisah cukup jauh dari kakak dan orangtuanya tidak paham betul bagaimana semua itu terjadi. Siapa yang tertular duluan dari darimana asalnya, semua masih misteri.

Sedangkan saat ini duka D masih bertambah. Ada pesan berantai di Whatsapp yang menceritakan kisahnya secara tidak benar. Bahkan, pesan tersebut mencantumkan identitas D tanpa sepengetahuannya. Kini D hanya bisa pasrah dan berharap tiap orang mengambil hikmah dari kisahnya.

"Insyaallah keluarga saya syahid," tutupnya.

Baca Juga: Kadiskominfo Jatim Luruskan soal Zona Hitam COVID-19 di Kota Surabaya

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya