Ramai-ramai Sambat Soal Pelayanan di RS Lapangan Tembak

Pemkot membantah berbagai keluhan pasien

Surabaya, IDN Times - "Tolong, ini papanya njenengan butuh njenengan," suara asing dari ujung telepon membuat Sanjayanto Nugroho panik. Tanpa banyak tanya, Sanjayanto langsung meraih kunci mobilnya dan melaju ke Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) tempat papanya dirawat. Pikirannya kalut, menerka-nerka kira-kira apa yang sedang terjadi pada papanya yang baru sehari semalam dirawat lantaran terpapar COVID-19.

Sanjayanto mengantarkan papanya ke RSLT sejak Senin (12/7/2021) malam. Harapannya, sang papa bisa mendapatkan perawatan dengan baik karena kondisinya sudah menurun. Rumah sakit darurat milik Pemerintah Kota Surabaya itu diharapkan bisa menjadi solusi saat rumah sakit-rumah sakit rujukan COVID-19 tengah penuh. 

Selama dua hari dua malam sejak tiba di RSLT, Sanjayanto menuturkan bahwa ayahnya tidak mendapatkan perawatan dengan layak. Bahkan, pada hari pertama perawatan, sang ayah tak mendapat obat. Tak hanya Sanjayanto, sedikitnya sudah 4 orang lain yang juga menuturkan permasalahan yang sama. Mereka pun berusaha mengambil paksa anggota keluarganya dari RSLT.

1. Pasien dirujuk ke RSLT oleh Puskesmas

Ramai-ramai Sambat Soal Pelayanan di RS Lapangan TembakRumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) Kedung Cowek di Surabaya. Dokumentasi Pemkot Surabaya

Sanjayanto bercerita, perujukan papanya ke RSLT ini atas dasar arahan dari petugas Puskesmas Gunung Anyar. Saat itu RSLT memang baru resmi dibuka. Sekitar pukul 21.00 WIB, Sanjayanto beserta papanya tiba di RSLT. Ia menyaksikan pasien dan ambulans hilir mudik dan ikut mengantre agar bisa masuk ke RSLT. Beberapa pasien sudah mendapatkan alat bantu oksigen dan infus sejak di ruang tunggu, lega hati Sanjayanto. Ia berekspektasi papanya juga akan mendapat perawatan dengan baik terhadap kondisinya sudah sangat lemas karena sudah seharian tidak makan.

Rupanya, mengantre di RSLT cukup lama, Sanjayanto dan papanya baru dipersilakan masuk pada keesokan harinya, Selasa (13/7/2021) pukul 03.00 WIB pagi. Sanjayanto pun diminta untuk pulang. Ia meninggalkan catatan nomor telepon kepada petugas di sana agar bisa dihubungi jika sewaktu-waktu papanya membutuhkan bantuan. Pasalnya, papanya yang sudah berusia 71 tahun cukup kesulitan mengoperasikan telepon genggam dalam kondisi lemas dan pusing berat.

"Papa saya gak bawa HP. Paginya saya balik lagi ke sana mau antar baju. Ini mulai aneh, kok gak boleh masuk? Cuma sampai gerbang. Lalu saya mau minta nomor nakesnya yang bisa saya tanya-tanya mengenai kondisi papa tapi mereka malah jawabnya gak tahu," tutur Sanjayanto saat diwawancara IDN Times, Sabtu (17/7/2021).

2. Pasien mengaku tak mendapat pelayanan memadai

Ramai-ramai Sambat Soal Pelayanan di RS Lapangan TembakRumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) Kedung Cowek di Surabaya. Dokumentasi Pemkot Surabaya

Awalnya, Sanjayanto ingin berpikir positif. "Oh ya di dalem papa kan dirawat secara medis," batinnya. Tapi, ternyata pikiran positif Sanjayanto keliru. Keesokan harinya, Kamis (14/7/2021), ia dihubungi oleh nomor asing yang ternyata merupakan pasien RSLT yang dirawat bersebelahan dengan papanya. Lelaki itu mengabarkan bahwa papa Sanjayanto membutuhkan pertolongan.

Tanpa pikir panjang, Sanjayanto pun kembali mendatangi RSLT, ingin mencari tahu kondisi papanya. Nihil, ia tak bisa menembus penjagaan dan tak ada nakes yang bisa menjelaskan kondisi papanya. Saat nomor pasien RSLT yang sempat menghubungi Sanjayanto bisa kembali ditelepon, ia mendapat jawaban yang mengagetkan.

"Tolong ini papanya kasian belum makan. Gak diapa-apain sama nakesnya. Cuma dikasih nasi kotak, ya gak disentuh sama bapak. Papanya njenengan mau ke kamar mandi juga gak ada yang nolongin, akhirnya kencing di celana," sebut Sanjayanto menirukan isi telepon itu.

Sontak, tenggorokan Sanjayanto tercekat. Ia panik dan berusaha membawa papanya pulang. Namun, upayanya gagal. Ia mencoba berbagai cara untuk mengeluarkan papanya dari sana. Apalagi, Sanjayanto mendapatkan kesaksian ada pasien COVID-19 yang meninggal di dalam RSLT.

3. Proses pengambilan pasien cukup sulit

Ramai-ramai Sambat Soal Pelayanan di RS Lapangan TembakPersiapan RS Lapangan Tembak Surabaya. Dok Humas Pemkot Surabaya

Setelah menunggu berjam-jam, Sanjayanto akhirnya mendapat titik cerah. Sekitar pukul 19.00 WIB sebuah nomor tak dikenal mengaku dari Dinas Kesehatan berniat untuk membantunya mengeluarkan sang papa dari RSLT. Namun, ia ternyata diminta untuk menandatangani surat penolakan tindakan medis.

"Saya menolak tanda tangan karena saya pikir lha wong gak ada tindakan medis buat papa saya. Apa yang ditolak? Tapi tetap bisa bawa pulang papa saya. Sekitar jam 8 malam kurang," ungkapnya.

Akhirnya, Sanjayanto bisa bernafas lega. Ia langsung membawa papanya ke IGD RS Mitra Keluarga Pondok Tjandra. Meski tak bisa mendapatkan bed dan terpaksa harus rawat jalan, kondisi papanya sudah membaik setelah ditindak oleh petugas medis di sana. Saat ini, papa Sanjayanto masih meneruskan isolasi mandiri di bawah pengawasan dokter untuk rawat jalan.

"Saya maklum kalau kekurangan nakes. Yang bikin saya sedih adalah papa saya tidak diberikan penanganan medis atau dalam hal ini suntikan infus. Sudah 24 jam lebih papa saya di sana. Berarti 4 hari belum makan papa saya. Bayangkan kondisi positif COVID-19, 4 hari belum makan itu bagaimana?" keluhnya.

4. Seorang pasien meninggal dunia di RSLT

Ramai-ramai Sambat Soal Pelayanan di RS Lapangan TembakPersiapan RS Lapangan Tembak Surabaya. Dok Humas Pemkot Surabaya

Sanjayanto pun membagikan kisahnya ini di media sosial Twitter. Awalnya, ia meminta pertolongan warganet jika ada yang mengerti cara mengeluarkan pasien dari RSLT. Ternyata, utas yang dibuat Sanjayanto direspons ratusan warganet. Bahkan, beberapa orang menanggapi dan mengaku memiliki keluhan yang sama. Mereka pun kebingungan ingin mengeluarkan kerabatnya dari RSLT.

Salah satunya yaitu Swasti Pramadipta. Tak hanya satu, tapi dua kerabatnya sempat dirawat di RSLT atas rujukan Puskesmas Perak Timur. Namun, nasib malang menimpa Swasti. Salah satu kerabatnya yang dirawat berujung meninggal dunia tanpa tahu penyebabnya.

"Pacar saya dan neneknya dirawat di RSLT. Neneknya meninggal, gak ada kabar dari rumah sakit bahkan Puskesmas yang merujuk seakan lepas tangan. Tiba-tiba jenazahnya sudah ada di (TPU) Keputih," ungkap Swasti saat dihubungi IDN Times, Sabtu (17/7/2021).

5. Kabar duka tak langsung disampaikan ke keluarga

Ramai-ramai Sambat Soal Pelayanan di RS Lapangan TembakIlustrasi. Proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19 di TPU Pondok Ranggon pada Selasa (16/9/2020) (IDN Times/Aldila Muharma - Fiqih Damarjati)

Kerabat Swasti dan Sanjayanto masuk ke RSLT hampir bersamaan. Pacar dan neneknya baru mendapat bed sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, Selasa (13/7/2021). Beruntung, pacar Swasti sempat membawa handphone. Sementara sang nenek yang mendapat bangsal terpisah tak membawa alat komunikasi sama sekali.

"Adek pacar saya ini mengirimkan makanan ke keduanya karena terpantau tidak dapat makanan sejak malam. Tapi kiriman ini tidak langsung sampai. Saya tanya pacar saya saya jam 14.30 itu belum sampai, padahal itu kiriman makanan dan obat untuk sarapan," cetus Swasti.

Swasti masih bisa berhubungan intens dengan pacarnya selama dirawat di RSLT. Pacarnya pun bersaksi bahwa tidak mendapat obat, sama seperti kasus Sanjayanto, seharian. Obat pertama diterima pacar Swasti pada Rabu (14/7/2021) pukul 01.00 WIB. Tentu, kondisi ini membuat Swasti dan keluarga pacarnya khawatir. Terlebih lagi, mereka tak mendapatkan kabar apa pun dari sang nenek sejak masuk di kamar perawatan.

"Dia bertanya ke perawatnya tentang kondisi neneknya juga tidak ada yang menggubris. Ini kesaksian pacar saya kak. Jadi semua info dari cerita pacar saya, keluarga buta sama sekali dengan kondisi neneknya," imbuh Swasti.

Keluarga pacar Swasti pun mengantarkan telepon genggam untuk sang nenek pada Rabu (14/7/2021) pagi hari. Setelah ditunggu selama 4 jam, ternyata handphone itu belum juga sampai di tangan neneknya. Saat berusaha dihubungi, telepon nenek berusia 79 tahun itu masih diangkat oleh nakes yang buru-buru menutupnya. Sampai pada akhirnya, ibu Swasti yang merupakan pegawai Puskesmas lain mendapatkan pesan berisi daftar nama pasien RSLT yang meninggal dunia. Salah satunya adalah nenek pacarnya itu.

"Sangat disayangkan kenapa berita duka seperti ini tidak disampaikan langsung oleh pihak RS? Padahal keluarga sudah memberi nomor untuk dihubungi, dan identitas pasien juga sudah jelas, siapa yang merujuk juga jelas. Puskesmas yang merujuk malah tanya kabar kondisi pasien ke keluarga, seperti tidak tahu apa-apa tentang pasiennya," sesal Swasti.

Baca Juga: Risma Berikan Bantuan 250 Bed untuk RS Lapangan Tembak

6. Dinkes Surabaya bantah pernyataan keluarga pasien

Ramai-ramai Sambat Soal Pelayanan di RS Lapangan TembakKepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita saat memantau vaksinasi di RSUD dr.Soewandhi, Rabu, (24/2/2021). IDN Times/Fitria Madia

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita menyangkal kejadian tersebut. Ia mengatakan bahwa tidak mungkin tidak ada tindakan medis sama sekali kepada para pasien di RSLT. Selain itu, pihak RSLT juga tidak menghalangi pasien untuk berhubungan dengan keluarga. Akses memang dibatasi untuk mencegah penularan COVID-19.

"Gak mungkin gak ada tindakan. Mereka kita pakaikan oksigen," sebutnya ketika dikonfirmasi IDN Times.

Selain itu, Feny, sapaan akrab Febria, juga memastikan bahwa tenaga kesehatan yang ada di RSLT sudah mencukupi. Pihaknya sudah membuka lowongan bagi para relawan dengan ijazah medis agar bisa merawat pasien COVID-19 di RSLT. Bahkan, pihaknya membuat kelonggaran agar pelamar tak perlu memiliki SRT (Surat Tanda Registrasi) lantaran akan diterbitkan SIP sementara nantinya.

"Sudah dipenuhi (nakes)," tutupnya singkat. Feny sendiri tak merinci berapa perbandingan pasien dan jumlah tenaga kesehatan di sana. Namun, saat dibuka Kamis (8/7/2021) lalu, rumah sakit ini melayani 150 pasien.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan bahwa jika nantinya sudah siap, RSLT bisa menampung 1000 pasien. Untuk mengimbanginya, Pemkot pun membuka lowongan tenaga kesehatan. “Jadi, kita butuh sekitar 100-200 orang perawat dan dokter umum. Karena nanti pasiennya insyallah sekitar 1.000 orang kalau sudah beroperasi semuanya,” ujarnya, Sabtu (10/7/2021).

Baca Juga: Persiapan RS Lapangan Tembak Hampir Selesai, Bed Pasien Mulai Dipasang

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya