Profesor Unair: Glorifikasi Saipul Jamil Bisa Bikin Dia Tidak Jera

Karena merasa tidak dikontrol oleh publik

Surabaya, IDN Times - Bebasnya selebritas Saipul Jamil setelah melakukan kekerasan seksual menjadi sorotan publik. Kebebasan Ipul disambut bak pahlawan lengkap dengan kalungan bunga. Melihat fenomena ini, pakar komunikasi FISIP UNAIR, Prof. Dra. Rachma Ida, M.Comms, PhD mewanti-wanti kemungkinan adanya efek negatif dari sikap tersebut.

1. Loyalitas fans Saipul Jamil bisa berbahaya

Profesor Unair: Glorifikasi Saipul Jamil Bisa Bikin Dia Tidak JeraSaipul Jamil (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Ida menjelaskan bahwa terdapat empat poin utama yang menjadi perhatiannya mengenai fenomena tersebut. Pertama, penyambutan kebebasan Ipul dari penjara menunjukkan banyaknya fans yang dimiliki mantan suami Dewi Perssik itu. Sayangnya, loyalitas fans bisa menjadi keliru jika tak diimbangi obyektivitas sehingga kelakuan keliru dari idolanya pun termaafkan begitu saja.

“Yang menjadi bahaya dari fansholic adalah orang-orang tidak bisa melihat secara objektif
terhadap suatu fenomena karena rasa ‘kegilaannya’ sudah besar,” ujarnya, Jumat (10/9/2021).

Baca Juga: Komnas Anak Sebut Tayangan Saipul Jamil Menyakiti Korban 

2. Perlakuan bak pahlawan bisa bikin dia tidak jera

Profesor Unair: Glorifikasi Saipul Jamil Bisa Bikin Dia Tidak JeraSaipul Jamil (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Poin kedua dan yang paling disorot oleh Ida adalah tindakan pengalungan bunga kepada Ipul saat ia ke luar dari pennjara. Euforia yang dianggap berlebihan ini merupakan luapan kegembiraan fans atas kerinduannya selama Ipul di penjara. Sayangnya, euforia tersebut dirasa kurang tepat.

"Nah, yang menjadi pertanyaan sekaligus poin ketiga adalah apakah mantan napi setelah bebas itu sudah merasakan jera atau belum. Dalam hal ini, sikap publik turut menentukan. Apabila publik mendukung untuk tidak melakukan perbuatan itu kembali, sang idola akan merasa diawasi perbuatannya. Akan tetapi, jika publik justru mengelu-elukan dan masa bodoh, tidak menutup kemungkinan dia akan melakukan kesalahan yang sama," tuturnya.

Poin terakhir yaitu ramainya pemberitaan tentang Ipul merupakan bentuk pengalihan isu atau escaping. Artinya, di tengah pandemi yang tak kunjung selesai, media mengalihkan perhatian masyarakat dari isu COVID-19 agar tidak stress kepada isu Ipul.

3. Saipul Jamil harusnya boleh tampil di TV asal tidak mengenai kasusnya

Profesor Unair: Glorifikasi Saipul Jamil Bisa Bikin Dia Tidak JeraSaipul Jamil (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Lebih lanjut, Ida menilai bahwa sebenarnya Saipul Jamil sudah tak bermasalah jika kembali tampil di layar televisi. Setelah selesai menjalani hukumannya, status Ipul kembali menjadi warga biasa yang dapat menjalani profesinya serupa yaitu sebagai selebritas. Namun, munculnya Ipul harus sesuai dengan keahliannya, bukan untuk menjual sensasi atas kasus kekerasan seksualnya.

"Asalkan tidak didramatisasi, contohnya diundang untuk menyanyi ya boleh-boleh saja. Dalam hal itu KPI tidak bisa melarang karena dia punya hak untuk tampil. Tapi, kalau tayangannya justru mendramatisasi kasus Ipul demi kenaikan rating, maka KPI sebagai regulasi bisa memberikan larangan," katanya.

Baca Juga: KPI Minta Semua TV Tak Rayakan Kebebasan Saipul Jamil, Tidak Patut!

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya