Pemkot Bersikukuh Tak Ada Klaster Pakuwon Mall dan Tunjungan Plaza

Karena tidak ditemukan kasus dan bukan tempat penularan

Surabaya, IDN Times - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tetap bersikukuh bahwa tidak ada klaster penularan COVID-19 di dua mal besar yaitu Pakuwon Mall dan Tunjungan Plaza. Hingga saat ini, mereka tidak memiliki catatan atau data terkait dua klaster tersebut.

1. Pemkot anggap tak ada klaster Pakuwon Mall dan Tunjungan Plaza

Pemkot Bersikukuh Tak Ada Klaster Pakuwon Mall dan Tunjungan PlazaKepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita saat ditemui di kampanye pencegahan anak stunting, Rabu (18/12). IDN Times/Fitria Madia

Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita memastikan bahwa Pakuwon Mall dan TP itu tidak termasuk dalam klaster COVID-19. Pasalnya, proses penularan terhadap kasus yang ditemukan tidak berasal dari dua tempat tersebut.

"Kalau dilihat dari hasil tracing, sumber penularannya bukan di Pakuwon, sehingga itu bukan klaster. Yang di TP malah kami gak ada," ujar Fenny, sapaan akrabnya, melalui siaran pers Humas Pemkot Surabaya, Selasa (12/5).

2. Penularan tidak dimulai di Pakuwon Mall

Pemkot Bersikukuh Tak Ada Klaster Pakuwon Mall dan Tunjungan PlazaSuasana Pakuwon Mall Surabaya di tengah pandemik COVID-19. IDN Times/Rosa Folia

Menurut Feny, klaster adalah pengelompokan berdasarkan sumber awal penularan virus corona setelah dilihat dari hasil survei di lapangan, dan prosesnya berjalan terus. Selama ini, Pemkot Surabaya sudah melakukan tracing secara massif terhadap klaster yang telah terdata.
 
“Nah, pakuwon mall itu bukan menjadi sumber awal penularan, sehingga tidak dikatakan klaster,” imbuhnya.

3. Data yang dimiliki Pemkot valid karena berasal dari tracing lengkap

Pemkot Bersikukuh Tak Ada Klaster Pakuwon Mall dan Tunjungan PlazaSuasana Pakuwon Mall Surabaya di tengah pandemik COVID-19. IDN Times/Rosa Folia

Selain itu, Fenny merasa memiliki data yang valid karena ketika ada pasien terkonfirmasi COVID-19, maka rumah sakit melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan diteruskan ke Puskesmas untuk dilakukan tracing. Tracing dilakukan secara cermat termasuk kontak erat sejak sebelum sakit.
 
“Nanti akan diketahui OTG-nya siapa aja? Keluarganya, rekan kantornya dan orang lainnya. Nah, setelah itu pihak Puskesmas membuat laporan epidemiologinya ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Selanjutnya, Dinkes Surabaya melaporkan kepada Pemprov Jatim dan seterusnya,” pungkasnya.

Baca Juga: Pemprov Sebut Dua Mal Pakuwon Klaster COVID-19, Manajemen Membantah

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya