55 Motor Siswa Terbakar, Wali Murid SMKN 1 Wonokromo Minta Ganti Rugi

Katanya sekolah juga harus bertanggung jawab

Surabaya, IDN Times - Kebakaran yang terjadi di sebuah rumah sekaligus tempat parkir di Jalan Karangrejo, Kota Surabaya, pada Kamis (18/10), rupanya berbuntut panjang. Pasalnya, para orang tua murid yang motornya hangus terbakar menuntut ganti rugi kepada pemilik lahan parkir.

Baca Juga: Lahan Parkir Terbakar, 52 Sepeda Motor Hangus

1. 55 unit sepeda motor hangus

55 Motor Siswa Terbakar, Wali Murid SMKN 1 Wonokromo Minta Ganti RugiDok. IDN Times/Istimewa

Menurut data yang didapat dari Unit Reskrim Polsek Wonokromo, terdapat 55 sepeda motor yang sedang terparkir turut terpanggang saat kebakaran. Motor-motor ini merupakan milik siswa-siswi SMKN 1 Surabaya yang letaknya berdekatan dengan lokasi kejadian. Motor-motor itu diparkir di lahan parkir lantaran para siswa pemilik motor belum memiliki SIM, sehingga tidak bisa diparkir di dalam sekolah.

"Api yang diduga berasal dari dapur ini menjalar ke rumah parkir dan membakar motor yang pada saat itu terparkir di dalamnya. Sebanyak 55 unit motor dan barang terbakar. Bahkan, 1 unit mobil Daihatsu juga ikut terbakar," jelas Kanit Reskrim Polsek Wonokromo, Iptu Ristianto, Jumat (19/10).

2. Orang tua meminta ganti rugi

55 Motor Siswa Terbakar, Wali Murid SMKN 1 Wonokromo Minta Ganti RugiDok. IDN Times/Istimewa

Para orang tua murid yang memarkir kendaraannya meminta ganti rugi kepada pemilik lahan parkir, Fatimah. Salah satunya yaitu Nanang, orang tua dari siswa kelas XII Broadcasting ini, menuntut ganti rugi atas motor Yamaha Xeon milik anaknya yang hangus terbakar.

"Harus ada tanggung jawab paling tidak pengelola lahan parkir karena dia menjual jasa parkir. Kami pemakai jasa ini bayar. Berarti harus ada pertanggungjawaban berapa pun yang dibayarkan kalau ada musibah macam-macam," terang Nanang, Jumat (19/10).

3. Sekolah juga dituntut bertanggung jawab

55 Motor Siswa Terbakar, Wali Murid SMKN 1 Wonokromo Minta Ganti RugiDok. IDN Times/Istimewa

Nanang menambahkan bahwa tragedi ini  juga seharusnya diperhatikan oleh pihak sekolah. Para siswa memutuskan parkir di luar sekolah karena regulasi sekolah dan juga SIM kolektif yang tak kunjung selesai, padahal sudah diurus sejak bulan Juli.

"Sekolah pun tidak boleh lepas tangan apapun ini ada kaitannya dengan kegiatan sekolah. Jadi anak-anak ini tetap saja berangkat pakai motor karena tidak ada pilihan lain, mau diantar, ya orang tua kerja, naik angkutan berapa akses berganti, dan waktu cukup lama untuk sampai sekolah," imbuhnya.

Baca Juga: Pascakebakaran, Gerbang Tol Pejompongan Beroperasi Kembali

Topik:

  • Edwin Fajerial

Berita Terkini Lainnya