8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November Surabaya

Merdeka atau Mati!

Selepas proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, tak membuat Indonesia merdeka begitu saja. Banyak negara kolonial yang masih belum mengakui kemerdekaan Indonesia, seperti Belanda dan negara sekutu Inggris-Amerika yang menjadi pemenang Perang Dunia II.

Pasukan sekutu kembali datang ke Indonesia, khususnya Surabaya pada 25 Oktober 1945. Kedatangan kembali pasukan sekutu itu sontak membuat geram rakyat Surabaya. Hingga pada 30 Oktober 1945 terjadi baku tembak antara keduanya di Jembatan Merah, depan Gedung Internatio. Salah satu tokoh penting sekutu yaitu Brigjen Mallaby yang juga turut hadir di Surabaya kala itu, tewas dan mobilnya meledak. Hal itu yang memicu sekutu mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya, sehingga menyebabkan pecahnya Pertempuran 10 November.

Pertempuran 10 November merupakan perang pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Dalam pertempuran ini banyak memakan korban jiwa, khususnya dari pihak Surabaya. Sejumlah tokoh juga memiliki peran penting dalam Pertempuran 10 November, baik dari pejuang, tokoh politik, hingga tokoh agama. Berikut penjelasannya.

1. Bung Tomo

8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November SurabayaBerbagai sumber

Jika mendengar Pertempuran 10 November, maka pikiran kita akan tertuju kepada sosok pejuang dari Surabaya, yaitu Bung Tomo. Bung Tomo bernama asli Soetomo, lahir pada 3 Oktober 1920 di Surabaya. Dalam Pertempuran 10 November, Bung Tomo berperan sebagai orator yang membangkitkan semangat berjuang rakyat Surabaya. Orasi Bung Tomo yang berapi-api selalu diselipkan pekikan takbir untuk membakar semangat jihad umat Islam.

Suara orator Bung Tomo juga sering muncul pada program RRI kala itu. Bung Tomo juga menjadi tokoh paling ikonik dalam peristiwa perobekan bendera di Hotel Majapahit. Tak hanya berorasi, Bung Tomo juga turut serta secara langsung berjuang di medan pertempuran.

Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah ketika melaksanakan ibadah haji. Jenazahnya kemudian dipulangkan ke tanah air, selanjutnya dimakamkan di TPU Ngagel, Surabaya.

Baca Juga: Biografi Bung Tomo, Pria Saleh yang Pernah Mengkritik Bung Karno

2. Gubernur Suryo

8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November SurabayaGubernur Suryo (civitasbook.com)

Gubernur Suryo adalah tokoh di pemerintahan yang ditunjuk Belanda untuk memimpin Jawa Timur. Meski diberi jabatan oleh Belanda, rasa cintanya terhadap tanah air tak pudar begitu saja. Gubernur Suryo lahir di Magetan, 9 Juli 1898.

Ketika sekutu mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya, Gubernur Suryo memberikan komando untuk melawan sekutu sampai titik darah penghabisan. Komando Gubernur Suryo tersebut sering dijuluki sebagai Komando Keramat.

Gubernur Suryo juga disebut sebagai pencetus Pertempuran 10 November. Ia melakukan komunikasi intens dengan para petinggi di Jakarta untuk meminta bantuan mempertahankan Surabaya. Seperti berkomunikasi dengan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.

Selain berkomunikasi dengan para petinggi di Jakarta, Gubernur Suryo juga dikenal cekatan dalam bekerja bersama staffnya di Jawa Timur untuk mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Staff Gubernur Suryo yang juga merupakan tokoh penting di antaranya, Doel Arnowo, Roeslan Abdulgani, Mr Dwijoyosewoyo, Bambang Suparto, Subyantoro, dan Residen Sudirman sebagai wakil gubernurnya.

Gubernur Suryo wafat pada 10 September 1948 saat perjalanan menuju Madiun. Gubernur Suryo bersama dua orang rekannya terbunuh dan ditemukan jenazahnya di Kali Kakah, Desa Bangunrejo, Kabupaten Ngawi. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Sawahan, Desa Kepolorejo, Kabupaten Magetan.

3. Doel Arnowo

8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November SurabayaDoel Arnowo (khastara.perpusnas.go.id)

Doel Arnowo berperan menjadi penghubung Surabaya dengan Jakarta pada penyusunan strategi di Pertempuran 10 November. Doel dijadikan penghubung karena berteman dekat dengan Ahmad Soebardjo yang kala itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri RI.

Doel Arnowo lahir pada 30 Oktober 1904 di Genteng, Surabaya. Ketika sekutu mengeluarkan ultimatum, Doel diamanati untuk melapor ke Jakarta. Pada saat itu pihak Jakarta memberikan jawaban menghimbau rakyat Surabaya untuk menunggu dan tidak melakukan pergolakan. Namun jawaban tersebut kemudian berubah menjadi "terserah Surabaya" yang menyebabkan terjadinya pertempuran.

Doel Arnowo juga merupakan orang nomor satu di KNI Surabaya (Komite Nasional Indonesia Surabaya). Dalam perundingan 30 Oktober 1945 di Gedung Internatio yang membahas cara pelucutan senjata Jepang dan pembebasan interniran perang, Doel Arnowo menjadi salah satu tokoh yang hadir dalam perundingan tersebut. Belum usai perundingan, Doel Arnowo dihampiri oleh salah satu pemuda TKR (Tentara Keamanan Rakyat).

Pemuda itu mengatakan "Sudah beres, Pak" kepada Doel dan Roeslan Abdulgani. Sontak Doel heran dan menanyakan apanya yang beres. Ternyata maksud ucapan pemuda tersebut adalah kematian Brigjen Mallaby di Jembatan Merah. 

Kematian Brigjen Mallaby jelas akan membawa konsekuensi buruk bagi rakyat Surabaya. Reaksi mereka tak lain hanya memperingatkan pemuda itu untuk tutup mulut. Siapa pembunuh sebenarnya Brigjen Mallaby pun tak pernah terungkap hingga bertahun kemudian. Kisah ini tak pernah disinggung lagi oleh Doel Arnowo, setidaknya hingga awal 1970-an.

Setelah revolusi usai, Ia dipilih sebagai Wali Kota Surabaya dan menjabat dari Maret 1950 hingga Februari 1952. Doel Arnowo wafat pada 18 Januari 1985.

4. Roeslan Abdulgani

8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November SurabayaRoeslan Abdulgani (id.wikipedia.org)

Roeslan Abdulgani adalah teman dekat Doel Arnowo. Jika Doel Arnowo berasal dari Genteng, Roeslan Abudlgani berasal dari Plampitan. Roeslan Abdulgani lahir pada 14 November 1914. Perannya dalam Pertempuran 10 November tak jauh berbeda dari Doel Arnowo.

Roeslan Abdulgani berperan menyusun strategi dan melakukan komunikasi dengan para petinggi. Selain itu, Roeslan juga ditugaskan untuk berdiskusi dengan pasukan sekutu sebagai juru runding dan bahasa. Roeslan juga merupakan salah satu cendekiawan, Ia banyak menulis buku tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan, khususnya yang terjadi di Surabaya. Seperti karyanya yang berjudul Seratus Hari di Surabaya.

Roeslan juga dikenal sebagai tokoh nasional sepanjang zaman yang bekerja di berbagai rezim. Mulai dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi, Roeslan memiliki jabatan yang penting. Seperti pada peralihan Orde Lama ke Orde Baru, Roeslan menjabat sebagai Duta Besar RI perwakilan PBB (1967-1971). Roeslan wafat pada 29 Juni 2005, kemudian dimakamkan di TMP Kalibata sehari kemudian.

5. Mayjend Sungkono

8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November SurabayaMayjend Sungkono (id.wikipedia.org)

Mayjend Sungkono lahir di Purbalingga pada 1 Januari 1911. Mayjend Sungkono dikenal sebagai jagoan di Pertempuran 10 November. Tak hanya pandai berorasi, Mayjend Sungkono juga turun langsung menjadi pemimpin komando rakyat Surabaya kala itu.

Sebelumnya Mayjend Sungkono memang telah bergelut di dunia militer. Ia pernah tergabung dalam Koninklijk Marine (KM) Angkatan Laut Kerajaan Belanda, hingga menjadi tentara PETA di Surabaya. Mayjend Sungkono juga termasuk tokoh militer yang masyhur di kalangan pemuda Surabaya. Ia termasuk dalam jajaran pimpinan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Surabaya. Banyak pemuda yang kemudian bergabung dalam komando Sungkono dan ia pun didapuk jadi kolonel perjuangan.

Usai Pertempuran 10 November, popularitas Mayjend Sungkono kian melejit. Ia kemudian ditugaskan memimpin sebuah resimen sebelum ditunjuk jadi Panglima Divisi VI/Narotama pada 5 Oktober 1946. Mayjend Sungkono menghembuskan napas terakhirnya pada 12 September 1977 pada usia 66 tahun.

6. KH Hasyim Asy'ari

8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November SurabayaKH Hasyim Asy'ari (id.wikipedia.org)

Tak hanya di kalangan pejuang dan politik, sejumlah tokoh agama juga turut berperan dalam Pertempuran 10 November. Di Surabaya, beberapa tokoh Islam berkumpul, mengatur strategi menghadapi ultimatum yang dikeluarkan sekutu.

Kala itu, KH Hasyim Asy'ari memerintahkan KH Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syamsuri untuk mengumpulkan Kyai se-Jawa dan Madura. Para Kyai dari itu lantas rapat di Kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO). KH Hasyim Asy'ari mencetuskan untuk mengajak para kyai tersebut melawan sekutu. Sedemikian dahsyat perlawanan umat Islam, sampai salah seorang komandan pasukan India, Zia-ul-Haq, terheran-heran menyaksikan para Kyai dan santri bertakbir sambil mengacungkan senjata di Pertempuran 10 November.

KH Hasyim Asy'ari yang lahir pada 14 Februari 1871 ini, seusai Pertempuran 10 November memilih kembali menjadi pengasuh pesantren dan tidak ikut dalam kemiliteran. Kemudian pada 25 Juli 1947 KH Hasyim Asy'ari wafat.

7. KH Abdul Wahab Hasbullah

8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November SurabayaKH Abdul Wahab Hasbullah (nu.or.id)

KH Abdul Wahab Hasbullah atau seting disebut Kyai Wahab lahir di Jombang pada 31 Maret 1888. Ia dibesarkan di kalangan pesantren sejak belia. Dalam perundingan strategi Pertempuran 10 November, Kyai Wahab memimpin rapat PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO), yang diikuti para Kyai se-Jawa dan Madura.

Dalam rapat tersebut, para kyai setuju dengan seruan melawan sekutu yang dicetuskan KH Hasyim Asy’ari untuk berperang mempertahankan kemerdekaan RI. Seruan tersebut kemudian dikenal sebagai Resolusi Jihad.

Kyai Wahab ikut turun dalam Pertempuran 10 November. Ia menjadi Komandan Laskar Mujahidin, sebuah milisi yang melengkapi keberadaan Hizbullah dan Sabilillah. Tokoh pejuang Islam tersebut wafat pada 29 Desember 1971.

8. KH Mas Mansur

8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November SurabayaKH Mas Mansur (id.wikipedia.org)

KH Mas Mansur adalah teman dekat KH Abdul Wahab Hasbullah. Ia lahir di Surabaya, 25 Juni 1896. Dalam catatan karirnya, Ia pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar (PB) Muhammadiyah di Yogyakarta, kemudian menjadi Wakil Ketua Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) pada 1943 di Jakarta.

Ketika mendengar kabar bahwa Surabaya di ultimatum sekutu, KH Mas Mansur kembali bergegas ke Surabaya pada 9 November 1945. Ia turut serta dalam perundingan Kyai se-Jawa dan Madura di  PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO). 

Selain mendatangi perundingan tersebut, KH Mas Mansur juga ikut berjuang dan menggerakkan pemuda Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan. Dia mendatangi tempat-tempat para kaum muda dan membangkitkan semangat perjuangan mereka.

Kemudian pada tahun 1946, setelah Pertempuran 10 November terjadi KH Mas Mansur ditangkap dan dipenjara oleh tentara NICA. Hingga pada 25 April 1946 KH Mas Mansur menghembuskan napas terakhirnya.

Perang 10 November mengugurkan banyak para pejuang. Tapi perang yang berlangsung selama tiga minggu itu, mengubah arah sejarah Republik Indonesia. Hingga kini bisa tanah air Indonesia bisa dinikmati kemerdekaannya oleh generasi selanjutnya. Merdeka!

Baca Juga: 10 November Hari Pahlawan: Sejarah dan Maknanya

Fika Febriana Photo Community Writer Fika Febriana

Writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya