Ada Mahasiswa UINSA KIPK Diduga Curang, Sering Bolos Kuliah

Apakah masih layak menerima bantuan?

Surabaya, IDN Times - Terbongkarnya sebagian mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) yang hidup mewah, menyeret beberapa temuan seputar ulah 'nakal' mahasiswa penerima bantuan uang negara itu.

Perilaku terindikasi curang, tampaknya juga dilakukan oleh salah seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Sebut saja Paijo (21) seorang mahasiswa yang tengah menjadi perbincangan hangat di antara teman mahasiswa lainnya. Paijo ini merupakan seorang penerima KIPK aktif, tapi dia sering sekali bolos kuliah. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius terkait pengawasan dan pengelolaan dana beasiswa itu.

Menurut keterangan salah seorang temannya Paijo, sebut saja namanya Iga (20), bahwa Paijo jarang sekali masuk kelas, bahkan kehadirannya dapat dihitung dengan jari. Kebiasaan Paijo ini telah menimbulkan pertanyaan dari rekan-rekan mahasiswa lainnya, karena Paijo selalu absen dengan alasan yang sama, yaitu sakit.

"Dia selalu memberikan alasan yang sama, yaitu sakit. Tapi yang paling aneh, setiap  kami ingin menjenguknya, dia selalu menolak. Dia mengatakan bahwa kondisinya sudah membaik," jelas Iga.

Selain itu, Paijo tampaknya sering mengerjakan tugas kuliahnya kepada penjoki tugas. Meskipun demikian, dia tetap aktif dan terlibat dalam kegiatan di luar kampus. Temannya mengungkapkan bahwa dia belum pernah melihat Paijo mengerjakan tugas sendiri. Yang menarik, meskipun Paijo jarang masuk kelas, dia tetap aktif dalam organisasi di luar kampus.

"Dia itu aneh, jarang masuk tapi instastorynya dia ada kegiatan di luar kampus,"imbuhnya.

Tidak hanya Iga, tapi Rani (20) yang juga merupakan penerima KIPK UINSA, berpendapat bahwa seharusnya para penerima KIPK lebih rajin dalam menghadiri kuliah karena biaya pendidikan mereka telah ditanggung oleh pemerintah. Pendapat Rani ini juga memunculkan pertanyaan, mengingat bahwa penerima KIPK akan diminta untuk menyampaikan laporan keuangan yang mencakup penggunaan dana selama masa kuliah.

"Penasaran di laporannya saja sih, kira-kira gimana laporan keuangan KIPK dia. Kartu hasil studinya bagaimana ya? Dia saja jarang masuk kuliah," ungkapnya.

Iga dan Rani berharap agar pihak kampus segera menangani kasus ini dan mengusulkan pencabutan status penerima KIPK bagi pelaku. Dikarenakan masih banyak mahasiswa lain yang membutuhkan bantuan beasiswa tersebut. Selain itu, mereka juga berharap agar seleksi penerima KIPK dilakukan sesuai kriteria yang ditetapkan, sehingga dapat membantu masyarakat dengan keterbatasan ekonomi untuk mengejar pendidikan tinggi.

Dikonfirmasi terpisah, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Prof Abdul Muhid mengaku sejauh ini belum menerima laporan mahasiswa KIPK yang bermasalah. Pihaknya masih menunggu data atau laporan dari pusat.

"Menunggu petunjuk Jakarta. Belum ada petunjuk," ujarnya saat ditelepon, Selasa (7/5/2024).

Lebih lanjut, Muhid memastikan bahwa pihaknya kerap melakukan pemantauan terhadap para mahasiswa penerima beasiswa. Jika ada nilanya yang mengalami penurunan, maka langsung dievaluasi.

"Ada prosesurnya di KIPK. Kalau IPK tidak naik akan diputus. Ada KIPK on going yang kami pantau di sistem ada lewat Sinau," katanya.

"Jika ternyata IPK-nya turun akan ada warning, akan dipanggil. KIPK itu kan berprestasi, kemudian harus melaporkan tiap semesternya. Laporannya diaudit oleh pihak terkait," tegasnya menambahkan.

Baca Juga: Gagal Dapat KIPK, Sang Ibu Jual Gelang Demi Kuliah Anaknya 

Faradiba Divani Photo Community Writer Faradiba Divani

hai

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya