Profil Sri Mulyani, Srikandi Ekonomi yang Empat Kali Jabat Menkeu

Surabaya, IDN Times - Sri Mulyani Indrawati menjadi salah satu sosok yang sudah dipastikan akan mengisi salah satu pos menteri di kabinet Prabowo Subianto. Kepastian itu didapat usai dirinya menjadi salah satu orang yang dipanggil Prabowo, Senin (15/10/2024).
Sri Mulyani mengatakan, kedatangannya memenuhi panggilan Prabowo yang memintanya kembali memimpin Kementerian Keuangan (Kemenkeu). "Untuk pembentukan kabinet, beliau meminta saya untuk menjadi Menteri Keuangan," kata Sri Mulyani.
Dia juga kembali diminta untuk memperkuat kembali posisi Kemenkeu dan keuangan negara selama lima tahun ke depan. "Saya dengan pak Prabowo beberapa kali breafing keuangan negara dan APBN," ujarnya.
Tak cuma sekali atau dua kali, ini adalah kali keempat Sri Mulyani menjabat Menkeu dengan tiga Presiden berbeda. Ini dia profil singkat dari Sri Mulyani.
1. Lahir hingga SMP di Lampung, Sri Mulyani pindah ke Semarang saat SMA

Sri Mulyani Indrawati lahir di Bandar Lampung pada 26 Agustus 1962 dari pasangan guru besar Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof. Satmoko dan Prof. Dr. Retno Sriningsih Satmoko. Keduanya adalah pengajar sekaligus bagian dari pendiri kampus yang dulu bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Semarang tersebut.
Sri Mulyani sendiri merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Sri Mulyani kecil menempuh pendidikan dasarnya SD Xaverius, Pringsewu Lampung. Tak seperti karirnya saat ini, ia justru mengaku tak pernah mendapat juara kelas di sana. Sri Mulyani lalu melanjutkan pendidikannya ke SMPN 2 Bandar Lampung pada tahun 1975.
Setelah merampungkan tiga tahun studinya di SMP, Sri Mulyani pindah ke Semarang dan bersekolah di SMAN 3 Semarang. Di sinilah ia kemudian bertemu dengan sahabat karib, sekaligus Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi. Meski satu angkatan, keduanya ternyata berbeda jurusan. Sri Mulyani mengambil jurusan IPA, sementara Retno adalah anak Bahasa. Di sekolah ini pula Sri Mulyani mulai aktif berorganisasi. Ia bahkan pernah menjabat sebagai Ketua OSIS.
2. Sri Mulyani kuliah di FE UI, karirnya di bidang ekonomi terus melesat usai lulus, bahkan ditunjuk sebagai penasihat Presiden Gus Dur

Dari Semarang, Sri Mulyani melanjutkan kuliah ke Jakarta, tepatnya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1981. Di sana, keahliannya di bidang ekonomi benar-benar terasah. Sri Mulyani bahkan pernah mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi saat lulus. Usai lulus, Sri Mulyani sempat menjadi asisten pengajar di kampus tercintanya.
Dua tahun setelah lulus, Sri Mulyani kemudian meneruskan jenjang kuliah S2-nya di Amerika Serikat, tepatnya di University of lllinois Urbana Champaign. Ia pun mendapatkan gelar Master of Science of Policy Economics pada tahun 1990. Dari kampus yang sama, Sri Mulyani juga mendapatkan gelar doktoralnya pada tahun 1992.
Sepulangnya dari Amerika, Sri Mulyani memulai karirnya sebagai profesional di beberapa lembaga keuangan. Pada tahun 1994, ia menjadi staf ahli di Staf Ahli Bidang Analisis Kebijaksanaan OTO-BAPPENAS. Setahun berselang ia ditunjuk menjadi anggota kelompok kerja General Agreement on Trade in Services (GATS) Departemen Keuangan. Di saat bersamaan dia juga aktif mengajar di S1, S2 dan S3 FE UI.
Pada tahun 1998, ia didapuk sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI). Di lembaga inilah namanya mulai melambung menjadi pengamat ekonomi. Media massa kala itu kerap menjadikannya narasumber utama dalam pemberitaan ekonomi.
Kemahirannya dalam bidang ekonomi pun membuat Presiden Abdurahman Wahid menunjuknya sebagai salah satu penasihat pemerintah. Bersama pakar ekonomi top lainnya ia masuk dalam Dewan Ekonomi Nasional (DEN).
3. Punya karir moncer di Amerika, Sri Mulyani memilih kembali ke Indonesia

Setelah Gus Dur lengser pada tahun 2001, Sri Mulyani kembali hijrah ke Amerika. Di sana dia mendapat beberapa jabatan penting di lembaga keuangan dunia, seperti konsultan di USAid dan Executive Director di International Monetary Fund (IMF).
Negara kembali memanggilnya pulang saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat. Mulanya, ia ditunjuk sebagai Kepala Bappenas pada tahun 2004 sebelum setahun setelahnya digeser menjadi Menteri Keuangan. Kepercayaan SBY dijawab penuh dengan berbagai prestasi. Sri Mulyani pernah diganjar sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia oleh Emerging Markets Forum pada 18 September 2006 di Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura.
Empat tahun menjabat, Sri Mulyani mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan karena terpilih sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Ini adalah salah satu puncak karir Sri Mulyani. Maklum, selain orang pertama Asia, ia adalah wanita pertama yang menduduki jabatan itu.
Enam tahun melanglang buana di Bank Dunia, Sri Mulyani lagi-lagi dipanggil pulang untuk mengisi salah satu pos penting di kabinet. Kali ini Jokowilah yang meyakinkannya untuk kembali menduduki kursi Menteri Keuangan. Sejak tahun 2016, ia diminta menggantikan Bambang Brodjonegoro.
Sederet penghargaan pun ia torehkan. Misalnya, pada 2018 ia dinobatkan sebagai "Best Minister in the World" pada World Government Summit di Dubai. Masih pada tahun yang sama, Global Markets juga memilihnya menjadi "Finance Minister of the Year - East Asia Pacific". Prestasi itulah yang membuat Jokowi kembali menunjuknya sebagai Menteri Keuangan di masa jabatannya yang kedua, tahun 2019-2024.