Cerita Hari Pertama Sekolah, Tetap Ceria Meski Tak Bersua Teman Baru

Semangat masuk sekolah lagi meski via daring

Surabaya, IDN Times - Alaric Mahira Dzikra Almastury begitu antusias menyambut pagi. Senin (13/7/2020) adalah hari pertamanya masuk sekolah. Tahun ini dia resmi 'naik pangkat' jadi siswa sekolah dasar (SD). Girang. Bahagianya bukan main.

Sayangnya, bocah lelaki berusia 7 tahun itu tidak bisa menyapa teman-teman barunya secara langsung. Ya, pandemik COVID-19 membuat anak-anak Indonesia harus sekolah dari rumah. Sekolah online. Menghadap laptop atau layar handphone. Bukan papan tulis.

Meskipun begitu, Dziyo-sapaan akrabnya- tetap tak kehilangan keceriaan. Begitu bangun tidur, Dziyo langsung bertanya di mana seragamnya. "Tadi pagi bangun jam 6, awalnya klewas-klewes, begitu melek langsung tanya seragam. Dari semalam malah, sudah tanya seragam," cerita ibunda Dziyo, Junesha Kirana Ayu kepada IDN Times.

1. Antusias tanya nama teman-teman baru di sekolah

Cerita Hari Pertama Sekolah, Tetap Ceria Meski Tak Bersua Teman BaruAlaric Mahira Dzikra Almastury menyempatkan diri bersepeda sebelum masuk sekolah via daring. Junesha Kirana for IDN Times

Perempuan yang akrab disapa Rana itu melanjutkan, putra sulungnya itu memang tak sabar untuk masuk sekolah. Apalagi, sudah sebulan dia libur. Sejak 15 Juni 2020.

Sehabis mandi, Dziyo langsung pakai seragam. Dia sempat bersepeda sejenak. Sekadar untuk menyapa teman-teman seusianya di lingkungan perumahan tempatnya tinggal yang juga merasakan hari pertama masuk sekolah.

Tahun ini Dziyo mendaftar di MIN 1 Sidoarjo. Pendaftaran sekolah itu juga dilakukan secara daring. "Orangtua juga gak pernah ketemu sama guru. Setelah diterima, ke sekolah itu cuma ambil seragam. Dua minggu sebelum masuk," lanjutnya.

Rana sendiri sudah terbiasa mendampingi Dziyo sekolah daringSejak COVID-19 mewabah dan sekolah ditutup, dia sudah memberi pengertian kepada Dziyo. "Ya, aku bilang gak boleh keluar rumah karena ada virus. Dia paham. Dulu guru-guru TK-nya juga sering ngirim video animasi tentang corona, itu cukup membantu," ujar ibu dari tiga orang anak ini.

Dziyo sudah paham kalau dirinya harus belajar di rumah. Tentu saja dia penasaran dengan teman-teman di sekolahnya yang baru. Ya, walaupun tak bertemu secara langsung, Dziyo jelas ingin mengenal teman-temannya. "Kalau dari sekolah itu punya WhatsApp group. Di situ semua murid baru disuruh ngirim video perkenalan. Ngasih tahu nama, alamat, hobi, sampai cita-cita," katanya.

"Nah, baru tadi pagi ini tadi take videonya. Dia senang lihat video teman-temannya. Tanya-tanya, ini namanya siapa, rumahnya di mana. Antusias pokoknya, aktif tanya, alhamdulillah," lanjut alumnus Universitas Airlangga tersebut.

MIN 1 Sidoarjo sendiri tahun ini menerima 56 siswa baru. Menurut Rana, nantinya kelas akan dibagi menjadi dua. Untuk sementara belum ada mata pelajaran yang diajarkan.

"Sekarang belum pakai Zoom, sekolah masih ngasih arahan lewat WA. Mungkin karena belum semua orangtua terbiasa pakai Zoom, ya. Jadinya masih adaptasi dulu, gak masalah," tutur Rana.

2. Harus pintar-pintar mengajak anak untuk sekolah lagi setelah libur sebulan

Cerita Hari Pertama Sekolah, Tetap Ceria Meski Tak Bersua Teman BaruMuhammad Azkanio Rahman bersemangat masuk sekolah lagi setelah libur sebulan. Finh Yutta Dhipiya for IDN Times

Antusiasme tinggi juga ada dalam diri Muhammad Azkanio Rahman. Bocah berusia 5 tahun yang akrab disapa Azka itu naik kelas ke TK B Al Falah Darussalam Tropodo. Sekolah daring bukan hal baru baginya.

"Sebelumnya dia juga sudah ngerasain sekolah lewat Zoom pas di TK A," kata ibunda Azka, Finh Yutta Dhipiya.

Finh mengungkapkan, selama sebulan libur sekolah dirinya tetap mendampingi Azka untuk mengulang-ulang materinya agar tak lupa. Terutama mengaji dan murojaah.

Kendati demikian, Finh tak menampik kalau anaknya lebih senang sekolah konvensional. Sebab, dia bisa berinteraksi langsung dengan teman-temannya. "Kadang dia males ya kalau video call terus. Harus cari mood-nya anak," imbuh Finh.

Selama ini Finh juga memberikan pemahaman kepada anaknya seputar corona. Sudah tiga bulan lebih Azka banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Tentu ada rasa bosan. Sesekali Finh dan suaminya mengajak anak-anaknya keluar. "Tapi ya cuma muter-muter aja. Di dalam mobil, gak keluar. Pas ambil rapor itu dia juga di dalam mobil, untungnya bisa ngerti," ucap ibu dua orang anak ini.

Seminggu sebelum hari pertama masuk sekolah, Finh sudah memberi tahu anaknya. Azka bisa mengerti. Nurut. Untungnya dia tidak terlalu susah beradaptasi. "Ya, teman-temannya masih sama. Lancar saja tadi pas di Zoom," katanya.

Baca Juga: Siswa SMA Tulungagung Ikuti Pembukaan MPLS Daring, Wajib Pakai Masker

3. Seminggu isi masa pengenalan dengan bernyanyi bersama via Zoom

Cerita Hari Pertama Sekolah, Tetap Ceria Meski Tak Bersua Teman BaruIlustrasi sekolah hari pertama via daring. IDN Times/Dida Tenola

Tak kalah antusiasnya dengan para siswa, sekolah pun juga mempersiapkan diri secara matang pada hari pertama Tahun Ajaran 2020/2021 ini. Salah satunya adalah TK Bisma.

Tahun ini, sekolah yang terletak di Kutisari Indah Barat, Surabaya itu menerima 42 murid baru. 31 di TK A dan 11 anak di Kelompok Bermain (KB). "Untuk seminggu ini kami targetkan pengenalan. Baik sesama murid, dengan guru, maupun tentang lingkungan sekolahnya," terang Kepala TK Bisma Dewi Winarti.

Dewi menuturkan, sebenarnya proses pengenalan secara daring cukup membantu anak-anak. Sebab, anak-anak kelompok bermain maupun TK sangat kuat di audio visual. "Jadi pengenalannya lebih cepat ditangkap dengan menyanyi bareng, saling menyapa. Tentunya, karena usianya PAUD, harus ada yang mendampingi," tambah Dewi.

Oleh sebab itu, pihak sekolah juga mengajak orangtua untuk berkomunikasi. Sebelumnya para orangtua juga sudah diajak untuk berdiskusi untuk membahas soal metode pembelajaran yang akan diajarkan ke para siswa. Mereka terbuka, mau mendengar saran dari sekolah. "Karena sekolah ini kan bareng sama jam kerjanya orangtua, jadi kami selaraskan keinginan sekolah dan orangtua. Sekolah memberikan stimulus, orangtua tetap perhatian," kata Dewi.

"Meskipun orangtua tidak bisa menemani secara langsung, paling tidak anak tetap harus ada yang mendampingi," lanjutnya.

Sebelum bertemu dengan murid baru secara daring, sekolah juga sudah mempersiapkan diri. Mereka menyiapkan 6 lagu yang diputar di tengah-tengah pertemuan daring. "Anak-anak baru ini masih belum bertemu secara langsung, tentu ada bedanya online sama tatap muka langsung. Tapi tak masalah, kami fokus pada nyanyi dan tepuk agar anak-anak ini terbiasa dengan media yang dipakai," ungkapnya.

Sejauh ini hari pertama di TK Bisma secara daring berjalan lancar. Tidak ada kendala. Termasuk teknologi. Para orangtua dari murid baru itu juga bisa bekerja sama dengan pihak sekolah. Mereka juga sudah terbiasa menggunakan beragam aplikasi meeting online.

4. Sekolah bikin WhatsApp group untuk berkomunikasi dengan orangtua dan murid

Cerita Hari Pertama Sekolah, Tetap Ceria Meski Tak Bersua Teman BaruIlustrasi hari pertama masuk sekolah secara daring. IDN Times/ Dida Tenola

Hal serupa juga dilakukan oleh SD Bisma Dua. Tahun ini sekolah tersebut menerima 41 siswa baru. Siswa-siswa kelas I belum bisa bertemu secara langsung karena pandemik.

Sebagai solusinya, sekolah juga sudah mempersiapkan masa pengenalan secara daring. Kepala SD Bisma Dua Ahmad Hizbullah Fachry mengungkapkan, pihaknya sejak awal sudah mempersiapkan video soal profiling sekolah. "Kami share video soal profil sekolah melalui WhatsApp group maupun YouTube," ungkap pria yang akrab disapa Aik tersebut.

Setelah itu, sekolah melakukan WhatsApp Call Group  kepada para siswa secara bergantian. Masing-masing memperkenalkan diri. Tak hanya siswa, para guru pun juga diminta memperkenalkan diri. "Tapi, para siswa setiap hari juga kami minta pakai seragam. Supaya mereka tahu sedang sekolah," tambahnya.

Berbeda dengan TK, SD Bisma berharap agar para siswa baru itu cepat untuk mandiri. Artinya, mereka tidak perlu didampingi oleh orangtua ketika proses belajar mengajar secara daring. 

Mungkin saat awal-awal perkenalan para siswa baru itu masih ditemani orangtuanya. Tapi ke depan, sekolah akan berusaha untuk memberi pemahaman kepada siswa agar mau belajar sendiri. "Kami juga berusaha memahami para orangtua yang juga bekerja. Kalau selama sekolah daring menemani anak terus, tentu mereka juga repot untuk bekerja," ucapnya.

Satu hal yang pasti, adanya pandemik ini mau tidak mau memacu sekolah untuk melakukan akselerasi digital.

"Kami berharap Januari tahun depan sudah bisa masuk sekolah. Cuma yang pasti kegiatan daring juga akan tetap dipertahankan, saya yakin kalau siswa-siswa baru ini ke depannya akan terbiasa dengan pendidikan digital," tutur alumnus Universitas Surabaya tersebut.

Baca Juga: MPLS Daring, 400 Ribu Siswa SMA/SMK Jatim Diwanti-wanti Putus Cinta

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya