Angka Kasus Bunuh Diri di Tulungagung Meningkat Setiap Tahun

Tak berkaitan dengan situasi pandemik yang terjadi

Tulungagung, IDN Times - Kasus bunuh diri di Kabupaten Tulungagung cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Polres setempat, angka kasus bunuh diri meningkat sejak tahun 2019 lalu. Depresi menjadi salah satu penyebab tingginya kasus bunuh diri ini. Meskipun begitu, hal ini tidak berkaitan dengan situasi pandemik yang terjadi.

1. Hingga Oktober terdapat 15 kasus

Angka Kasus Bunuh Diri di Tulungagung Meningkat Setiap TahunIlustrasi bunuh diri (Dok.IDN Times/Istimewa)

Kasi Humas Polres Tulungagung, Iptu Neny Sasongko menerangkan pada tahun 2019 lalu terdapat 11 kasus bunuh diri yang ditangani oleh polisi. Angka ini meningkat menjadi 17 kasus pada tahun 2020. Sedangkan hingga bulan Oktober ini sudah terdapat 15 kasus bunuh diri.

"Kalau dilihat dari angka memang angka kasus bunuh diri mengalami peningkatan," ujarnya, Jumat (08/10/2021).

2. Ada pasien COVID-19 bunuh diri karena frustasi

Angka Kasus Bunuh Diri di Tulungagung Meningkat Setiap TahunIlustrasi bunuh diri (Dok.IDN Times/Istimewa)

Dari kasus bunuh diri yang terjadi, sebanyak 80 persen di antaranya dilakukan oleh laki-laki. Rentang usianya beragam mulai 40 tahun ke atas. Faktor keputusasaan menjadi salah satu penyebab korban melakukan bunuh diri.

Terdapat pula kasus bunuh diri yang terjadi karena frustasi dengan tagihan pinjaman online. Selain itu terdapat juga pasien COVID-19 yang kabur dari lokasi karantina dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

"Yang pasien COVID-19 ini bunuh diri dengan cara menceburkan diri ke sungai," terangnya.

Baca Juga: Dewan Koperasi di Tulungagung Bikin Warung Ikhlas untuk Bantu Warga

3. Mayoritas dilakukan dengan gantung diri

Angka Kasus Bunuh Diri di Tulungagung Meningkat Setiap TahunIlustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Mardya Shakti)

Penyebab bunuh diri yang lain adalah frustasi karena penyakit yang dideritanya tak lekas sembuh. Kasus tersebut rata-rata terjadi pada korban dengan usia lanjut. Korban mayoritas melakukan aksinya dengan cara gantung diri.

"Ada juga yang bunuh diri dengan cara menceburkan ke dalam sumur," pungkasnya.

Mari bersama cegah perilaku bunuh diri 

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan jiwa serius yang sering diabaikan masyarakat. Jika kamu membutuhkan pertolongan atau mengenal seseorang yang membutuhkan bantuan, kamu bisa menghubungi layanan konseling pencegahan bunuh diri, di nomor telepon gawat darurat (emergency) hotline (021) 500–454 atau 119, bebas pulsa.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, saat ini sudah terdapat lebih dari 3.000 Puskesmas yang memiliki layanan kesehatan jiwa. Kamu bisa menghubungi atau langsung mendatangi Puskesmas terdekat untuk mengetahui apakah mereka melayani kesehatan jiwa. Bagi pemegang BPJS, konsultasi kejiwaan di Puskesmas tidak dikenakan biaya alias gratis. Jika belum memiliki BPJS, kamu tetap bisa berkonsultasi dengan biaya administrasi sebesar Rp5.000.

Selain itu, Kemenkes RI juga menyiapkan 5 RS jiwa rujukan yang dilengkapi dengan layanan konseling kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri. RS jiwa tersebut ialah:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang, nomor telepon (024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor, nomor telepon (0251) 8324024, 8324025, 8320467
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta, nomor telepon (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, nomor telepon (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang, nomor telepon (0341) 423444

NGO Indonesia pencegahan bunuh diri:
Jangan Bunuh diri telp: (021) 9696 9293email: janganbunuhdiri@yahoo.com
Organisasi INTO THE LIGHTmessage via page FB: Into The Light Indonesia (@IntoTheLightID)direct message via Twitter: @IntoTheLightID
Kementrian Kesehatan Indonesiatelp: (021) 500454

Baca Juga: Menyelamatkan Nyawa yang Putus Asa

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya