Topang Pelajar Kurang Mampu, SAS di Banyuwangi Donasikan Rp17 M

Menanamkan sifat kepedulian sosial anak sejak dini

Banyuwangi, IDN Times - Para pelajar di Banyuwangi aktif menggalang kepedulian sosial dalam gerakan “Siswa Asuh Sebaya” (SAS). Setiap pekan, para pelajar dari keluarga mampu rutin mereka menyisihkan uang sakunya untuk kemudian diberikan kepada siswa yang kurang mampu guna menopang pendidikan mereka. 

“Pengelolaan dana dilakukan sendiri oleh siswa, dari siswa, dan untuk siswa. Pengurus sekolah hanya mengetahui. Jadi tercipta kepedulian sosial sejak dini, kelak mereka tumbuh sebagai anak yang peduli dalam ikatan sosial yang kuat,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Selasa (4/6/2019).

1. Program "SAS Bergerak Berbagi untuk Sesama"

Topang Pelajar Kurang Mampu, SAS di Banyuwangi Donasikan Rp17 MIDN Times/Beautiful Banyuwangi

Pada bulan Ramadan ini, pelajar Banyuwangi membagikan 4.288 paket sembako untuk para pelajar dari keluarga kurang mampu dan warga dhuafa dalam program “SAS Bergerak Berbagi untuk Sesama” yang dipusatkan di di SMPN 1 Muncar, Banyuwangi. Pelajar dari 769 SD dan 73 SMP bergerak bersama membagikan bingkisan tersebut kepada sesama.

"Berbagi dengan sesama adalah kebiasaan baik yang harus ditanamkan sejak kecil.  Saya bangga anak-anak Banyuwangi sudah memiliki kesadaran tinggi tentang hal ini. Semoga istiqomah anak-anakku. Ingat, dengan banyak sedekah, kalian tidak akan kekurangan, justru ini menjadi pintu pembuka kesuksesan kalian kelak," ujar Anas kepada para pelajar yang hadir.

2. Dana sejumlah Rp17,17 miliar berhasil dikumpulkan sejak 2011 guna dukung pelajar kurang mampu

Topang Pelajar Kurang Mampu, SAS di Banyuwangi Donasikan Rp17 MIDN Times/Beautiful Banyuwangi

SAS dikembangkan sejak 2011 untuk mendorong empati dan solidaritas di kalangan pelajar. Sejak 2011, SAS telah berhasil mengumpulkan dana hingga Rp17,17 miliar untuk membantu para pelajar kurang mampu.

"Uang SAS digunakan untuk mendukung pendidikan pelajar kurang mampu. Misalnya, ada pelajar kurang mampu tidak punya sepeda angin, dibelikan dari dana itu. Bahkan, di media sosial sering saya lihat, mereka berangkat bareng ke pasar beli sepeda,” kata Anas.

“Ada pula yang untuk beli kacamata jika pelajar kurang mampu bermasalah dengan kesehatan matanya. Dan banyak lagi. Dana ini on call karena dikelola siswa sendiri,” imbuh Anas.

3. Program SAS yang menjadi nominator MDGs Award 2014

Topang Pelajar Kurang Mampu, SAS di Banyuwangi Donasikan Rp17 MIDN Times/Beautiful Banyuwangi

Menurut Anas, program SAS yang menjadi nominator MDGs (Millennium Development Goals) Award pada 2014 adalah pengejawantahan sikap gotong royong yang menjadi karakter khas Indonesia.

“Dananya di tiap sekolah dilaporkan transparan, karena ini basisnya per sekolah. Jadi sekaligus membangun rasa saling percaya di antara masyarakat kita sejak dini,” papar Anas.

Salah seorang siswa yang rutin menyisihkan uang sakunya adalah Anisa Septi.

"Kebahagiaan tersendiri bisa membantu teman yang membutuhkan. Sama sekali enggak keberatan meskipun uang saku saya harus berkurang. Apalagi puasa gini, kita merasakan kalau enggak makan seharian, jadi tambah semangat aja ingin membantu sesama," ungkap Anisa yang juga tim pengelola SAS di SMPN 3 Muncar.  

Kebahagiaan  juga dirasakan M. Ilham Saputra, sebagai penerima manfaat SAS.

"Dari SAS, tiap bulannya saya dapat 200 ribu untuk uang jajan saya," ujarnya. 

Topik:

  • Ester Ajeng

Berita Terkini Lainnya