Dear Minyak Goreng, Kamu Maunya Gimana Sih? 

Kucari kau lari, kau datang regomu larang

Surabaya, IDN Times - Peredaran minyak goreng di Indonesia, khususnya Jawa Timur (Jatim) membuat emak-emak pusing tujuh keliling. Sempat langka karena adanya kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET). Komoditas satu ini kini langsung menghiasi rak-rak mini market dengan harga ugal-ugalan.

Seperti diketahui, pemerintah sempat menetapkan HET minyak goreng pada 1 Februari lalu. HET minyak goreng curah Rp11.500 per liter, kemasan sederhana Rp13.500 per liter dan premium Rp14.000 per liter. Regulasi ini dikeluarkan untuk menekan harga minyak goreng yang melambung. Saat itu pemerintah menjanjikan subsidi hingga enam bulan. Hasilnya, minyak goreng raib di pasaran.

Gagal dengan strategi tersebut, pemerintah putar haluan. Kini, mereka mencabut kebijakan HET dan mempersilakan semua pedagang menjual dengan harga keekonomian alias bebas. Tujuannya untuk memberantas penimbunan. Apa yang terjadi?  Pasar dipenuhi dengan minyak goreng kemasan dengan harga selangit. Masyarakat kian pusing.

1. Emak-emak milenial sambat harga minyak goreng ugal-ugalan

Dear Minyak Goreng, Kamu Maunya Gimana Sih? Stok minyak goreng kembali ditambah di Superindo Intercon, Meruya, Jakarta Barat pada Selasa (1/2/2022). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Harga minyak goreng kemasan sendiri sendiri langsung melambung tanpa kontrol setelah dicabutnya HET. Menurut data Sistem Informasi milik Pemprov Jatim, harga rata-rata minyak goreng kemasan merek Bimoli Rp20.778 per liter. Harga rata-rata tertinggi di Lumajang, Magetan dan Sampang Rp24.000 per liter dan terendah di Gresik dan Situbondo Rp18.000 per liter.

Apa yang tercatat dalam Sistem Informasi Pemprov Jatim berbeda dengan yang terjadi di lapangan. Emak-emak menjerit dengan harga minyak kemasan yang kian mencekik. Rina Nanda (25), misalnya. Ia menemukan harga minyak goreng kemasan di mini market sekitar rumahnya, Bungurasih, Sidoarjo, mencapai Rp46 ribu - Rp48 ribu per dua liter. Artinya, tiap satu liter dipatok harga Rp23 ribu - Rp24 ribu. Rina merasa aneh, karena sekarang ini minyak goreng tidak lagi langka.

"Dulu waktu minyaknya disubsidi, stoknya kosong. Tapi sekarang harganya nggak subsidi, eh stoknya lumayan banyak ditemui. Tadi sempat cek di Alfa harganya mulai Rp46 ribu sampai ada yang Rp48 ribu (per 2 liter) ugal-ugalan banget emang," ujarnya kepada IDN Times.

Senada dengan Rina, ibu rumah tangga di Sedati, Sidoarjo, Ervina (30) juga sambat dengan harga minyak goreng. Dia mengaku, pengeluaran untuk kebutuhan minyak goreng dua liter untuk seminggu. Artinya, sebulan bisa membutuhkan delapan liter. Itu untuk kebutuhan memasak biasa sehari-hari rumah tangga.

"Karena kami rumah tangga yang sejak dulu makan masakan sendiri, maka kami sangat keberatan dengan harga minyak ini. Padahal sebelum subsidi, harganya Rp38 ribu kemasan dua liter, setelah subsidi jadi Rp47.800 itu harga HET pemerintah. Ini makin mahal," Ibu tiga anak ini mengungkapkan.

Ervina merasakan, stok minyak goreng sekarang ini stabil tapi ganti harga lebih mahal. "Sekarang stok sudah kembali seperti semula, hanya harganya makin bikin tak berdaya," dia menambahkan.

Baik Rina dan Ervina berharap ada ketegasan dari pemerintah. Rina sendiri ingin penegak hukum yang tergabung dalam Satgas Pangan Jatim ikut menindak oknum-oknum yang bermain minyak goreng. "Kayaknya polisi atau satgas pangan harus turun deh. Gimana bisa stok langsung melimpah begitu harganya diputuskan naik. Terus udah gitu merk minyaknya bagus-bagus," katanya.

Minyak goreng curah pun tak mau kalah. Meski sudah diberikan HET Rp14.000 per liter, harga rata-rata minyak goreng curah di Jatim Rp17.005. Harga rata-rata tertinggi di Ponorogo Rp20.500 sedangkan terendah di Kota Madiun Rp13.500 per liter. Harga ini berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok di Jatim per Kamis (17/3/2022).

Baca Juga: PDIP Kritik Mendag soal Minyak Goreng: Jangan Tambah Beban Jokowi

2. DPRD Jatim nilai ada permainan dan kegagalan pemerintah

Dear Minyak Goreng, Kamu Maunya Gimana Sih? Twitter/ansadad

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Jatim, Anwar Sadad melihat ada permainan di balik fenomena peredaran dan harga minyak goreng. "Ini makin menjelaskan bahwa gonjang-ganjing minyak goreng selama ini memang permainan," tegasnya tertulis.

Kendati begitu, politisi Partai Gerindra ini belum mengambil langkah intervensi khusus. 

Wajar jika banyak yang menuding kelangkaan ini didalangi oleh pihak tertentu. Maklum, Indonesia merupakan produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Dari segi konsumsi, jumlahnya juga masih jauh ketimbang produksi. Dan lagi, beberapa kali sidak, seperti yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menunjukkan bahwa produsen nyatanya tak pernah mengurangi produksi.

Wakil Ketua DPRD Jatim, Anik Maslachah justru melihat, dengan dicabutnya Permendag Nomor 6 Tahun 2022 tentang HET minyak goreng sawit untuk premium, menandakan ketidakmampuan pemerintah dalam menangani ekonomi di tengah pabdemik COVID-19. Hal ini terbukti, ketika dipatok HET Rp14.000 premium terjadi kelangkaan.

"Berarti upaya pemerintah untuk melakukan sidak, sweeping dan sanksi terhadap distributor-distributor maupun usaha produksi yang melakukan penimbunan gagal," dia menegaskan.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini berharap pemerintah mendorong dan membuat kebijakan agar pengusaha tetap produksi minyak curah sesuai HET. Kemudian, pemerintah tetap harus intervensi dengan menerbitkan HET agar terjadi kestabilan ekonomi. Pemerintah harus melakukan operasi pasar murah, agar harga tidak terlalu dimainkan pasar.

"Satgas pangan harus perketat dalam pemantauan pasar, lebih-lebih ini menjelang Ramadan yang tiap tahunya terjadi lonjakan-lonjakan harga sembako, jangan sampai masyarakat semakin tercekik akibat kelemahan pemerintah," ucap Anik.

3. Pemerintah lewat Satgas Pangan masih sebatas lakukan pengawasan

Dear Minyak Goreng, Kamu Maunya Gimana Sih? Ilustrasi minyak goreng. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Dihubungi terpisah, Ketua Tim Satgas Pangan Jatim, Kombes Pol Farman mengaku telah mendengar keluhan di pasaran kalau harga-harga minyak goreng kemasan terus merangkak naik. Kini, perwira dengan tiga melati emas itu menugaskan timnya untuk memperketat pengawasan.

"Pasti (ada pengawasan khusus). Dari tadi pagi hingga saat ini masih pantau dan awasi," katanya saat dikonfirmasi. Namun, sampai sekarang Satgas Pangan Jatim belum mendapati temuan penyelewangan minyak goreng.

Hingga berita ini ditulis, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim, Drajat Irawan belum merespons saat dikonfirmasi IDN Times ihwal harga minyak goreng. Namun, sebelumnya, Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengakui kalau mencari minyak goreng sesuai HET sangat sulit. Pernyataan ini dilontarkan pada 15 Maret 2022, saat itu harga minyak goreng masih sesuai Permendag 6/2022.

"Bisa mendapatkan sesuai HET kadang masih sulit, masih di atasnya. Tapi (ketersediaannya) relatif mengalir," katanya.

Baca Juga: Jokowi Janji Perhatikan Stok dan Distribusi Minyak Goreng

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya