Poltracking: Prabowo-Gibran Tembus 60,1 Persen di Jatim
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Lembaga survei Poltracking Indonesia menyebut elektabilitas Pasangan Calon (Paslon) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka masih menduduki posisi teratas di Jawa Timur (Jatim). Prabowo-Gibran unggul jika dibandingkan dua pesaingnya, nomor urut 1 Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dan nomor urut 3, Ganjar Pranowo - Mahfud MD.
"Prabowo-Gibran unggul atas paslon lainnya di Jawa Timur," ujar Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda, Selasa (6/2/2024).
Berdasarkan hasil survei Poltracking, elektabilitas Prabowo-Gibran ada di angka 60,1 persen. Kemudian Ganjar Pranowo-Mahfud Md di angka 17,2 persen. Sementara Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di angka 14,9 persen.
"7,8 persen responden di Jawa Timur belum menentukan pilihan," kata Hanta.
Hanta menjelaskan, tren elektabilitas Anies-Muhaimin relatif stabil dengan sedikit kenaikan. Prabowo-Gibran cenderung mengalami kenaikan. Sementara Ganjar - mengalami penurunan. Tren itu diambil sejak Mei 2022-Januari 2024.
"Sementara, berdasarkan peta sebaran ini kekuatan elektabilitas paslon, pemilih di wilayah Arek, Mataraman, Tapal Kuda, Pantura cenderung kepada Prabowo-Gibran, pemilih Madura kompetitif antara AMIN dan Prabowo-Gibran," kata Hanta.
"Berdasarkan kabupaten/kota, dari total 38 kabupaten/kota, pemilih di 32 kabupaten/kota cenderung kepada Prabowo– Gibran, pemilih di empat kabupaten/kota cenderung kepada Ganjar - Mahfud dan pemilih di dua kabupaten/kota cenderung kepada AMIN," imbuh Hanta.
Survei Poltracking menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden sebanyak 8.000 yang diambil secara proporsional di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Survei Poltracking memiliki margin of error 1,1 persen, dengan tingkat kepercayaan survei sebesar 95 persen. Lebih lanjut, survei ini dilakukan pada 25-31 Januari 2024 secara tatap muka.
Baca Juga: IDI Tanggapi Prabowo: Produksi Dokter Berlebihan Bisa Timbul Konflik