Peneliti Ingatkan Ancaman Bencana Susulan Usai Erupsi Semeru

Perlu memaksimalkan early warning system

Surabaya, IDN Times - Peneliti senior dari Puslit MKPI ITS, Amien Widodo mengatakan, erupsi Gunung Semeru mengeluarkan dua hal yaitu awan panas dan banjir lahar. Awan panas memiliki kecepatan hingga 200 kilometer per jam dan bisa mencapai suhu melebihi 100 derajat celcius yang berdampak pada terbakarnya pohon.

1. Ada ancaman lain berupa tanah longsor

Peneliti Ingatkan Ancaman Bencana Susulan Usai Erupsi SemeruSeorang warga mengangkut barang yang bisa diselamatkan dari rumahnya yang hancur akibat erupsi gunung Semeru di desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Amien menyebut, perlu adanya kewaspadaan yang tinggi untuk penduduk sekitar terutama yang berada di tepi sungai. “Kami harap adanya komunikasi antara penduduk daerah hulu dengan hilir saat terjadi erupsi seperti diadakan tombol bahaya bencana,” tuturnya mengingatkan.

Ancaman lain dari erupsi ini, kata Amien, tanah longsor yang bersamaan dengan hujan dan awan panas. Namun di pos pantau gunung berapi belum memiliki sistem pengamatan tersebut, maka dapat dijadikan penelitian lebih lanjut agar tidak terjadi dampak lain dari erupsi gunung ini.

“Untuk ke depannya bisa dibuat alat sensor warning system terkait longsor dan dimasukkan ke pos pantau agar meningkatkan kewaspadaan aktivitas gunung,” kata dia.

Baca Juga: Rekomendasi Pascaerupsi Gunung Semeru dari Pakar Geologi

2. Banjir juga jadi ancaman bencana susulan

Peneliti Ingatkan Ancaman Bencana Susulan Usai Erupsi SemeruIlustrasi banjir (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, anggota tim Puslit MKP, Umboro Lasminto membeberkan, ada potensi bencana susulan yang dikhawatirkan akibat area penumpukan lahar yang meluas. Hal tersebut menyebabkan perubahan arah aliran air sungai, sehingga aliran air tidak terkontrol dan diperparah dengan kondisi hujan yang terjadi hingga bulan April.

Terbentuknya arah aliran sungai yang baru bisa mengarah pada permukiman penduduk yang dapat menyebabkan banjir. “Hal yang harus dilakukan adalah mencari solusi agar arah aliran air kembali pada aliran sungai semula,” jelasnya.

3. Perlunya early warning system

Peneliti Ingatkan Ancaman Bencana Susulan Usai Erupsi SemeruANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Anggota tim lainnya, M Haris Miftakhul Fajar mengingatkan bahwa dengan adanya bencana erupsi Gunung Semeru ini bukan saatnya saling menyalahkan. Namun saatnya memaksimalkan peran masing-masing stakeholder yang ada.

“Selain itu, kita juga harus evaluasi terkait early warning system, proses mitigasi bencana, dan sosialisasi kepada penduduk,” tegas dia.

Untuk early warning system, menurut dosen Teknik Geofisika ITS ini, perlu melengkapi pengamatan visual dengan kamera termal yang bisa menangkap awan panas pada volume yang besar.

Baca Juga: Senin Pagi, Semeru Kembali Erupsi Kolom Abu 1.500 meter

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya