Pakar ITS Sebut Tanah di Surabaya Juga Rawan Alami Likuifaksi

Waspada boleh, asal tetap tenang

Surabaya, IDN Times - Warga Jatim dikejutkan dengan gempa 6,4 magnitudo pukul 01.44 WIB, Kamis (11/10) di Situbondo. Meski begitu, beberapa pulau di Sumenep Madura luluh lantak. Gempa ini tak hanya dirasakan di kawasan Tapal Kuda dan Madura saja. Di Surabaya, guncangannya juga terasa.

Pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, (ITS) Amien Widodo angkat bicara. Menurutnya, tanah di Surabaya bisa saja berubah seperti di Palu Sulawesi Tengah. Kondisi tanah yang semula padat tiba-tiba menjadi lumpur. Akibatnya bangunan bergeser dan runtuh dengan sendiri. Nah, dia pun membeberkan analisa potensi fenomena itu.

1. Karakter tanah bisa berubah jika terkena gempa

Pakar ITS Sebut Tanah di Surabaya Juga Rawan Alami LikuifaksiDok IDN Times/Istimewa

Amien menyampaikan kondisi tanah menjadi parameter untuk melihat efek yang ditimbulkan oleh gempa. Sebab, tanah memiliki karakteristik yang berbeda saat dikenai beban gempa tersebut. “Tanah memiliki karakter sendiri saat terkena gempa, mereka bisa saja mengalami likuifaksi ataupun amplifikasi,” paparnya.

Pria dengan bidang keahlian geologi bahaya itu menuturkan, likuifaksi merupakan peristiwa yang terjadi pada tanah yang memiliki lapisan pasir. Di dalam tanah tersebut terdapat air dalam kondisi jenuh yang kemudian akan mendorong ke atas dan mengakibatkan pasir dan air langsung keluar. “Air itu menjadi bertekanan saat terkena beban gempa,” ulasnya.

2. Tekstur tanah Surabaya memungkinkan terjadi likuifaksi jika terjadi gempa

Pakar ITS Sebut Tanah di Surabaya Juga Rawan Alami LikuifaksiTwitter/Sutopo

Amien menambahkan bahwa masih ada kemungkinan terjadinya likuifaksi di wilayah Surabaya. Hal ini karena selain endapan rawa juga terdapat tanah yang berjenis endapan pasir pantai. Namun, diakuinya, untuk rincian luas tanah yang terdampak masih belum bisa ditentukan karena penelitian tanah yang berlangsung sifatnya hanya memindai lapisan. “Kalau dilanjutkan dengan melakukan pengeboran bisa dilihat berapa luas tanah yang berpasir dan sebagainya,” pungkasnya.

Baca Juga: Ini Penjelasan Ilmiah Penyebab Likuifaksi di Donggala-Palu

3. Bisa diatasi dengan pemadatan tanah

Pakar ITS Sebut Tanah di Surabaya Juga Rawan Alami LikuifaksiANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Lebih lanjut, Kepala Laboratorium Geofisika Teknik dan Lingkungan ini mengungkapkan, untuk kawasan Surabaya Timur dan Utara yang jenis tanahnya berupa endapan rawa lebih berpotensi untuk mengalami amplifikasi. Di mana amplifikasi tersebut merambat melalui tanah yang lunak dan menghasilkan amplitudo yang besar. Pembesaran ini yang nantinya akan memengaruhi energi dari gempa tersebut. “Dengan kata lain kekuatannya akan berlipat beberapa kali,” tandasnya.

Ditanya mengenai cara pencegahannya, Amien menyebutkan bahwa pemadatan tanah menjadi salah satu hal yang solutif untuk dilakukan. Selain itu, penggunaan fondasi tiang pancang pada bangunan bertingkat juga bisa dilakukan untuk mengurangi dampak dari amplifikasi. “Sebenarnya sudah banyak yang tahu kalau kualitas tanah di Surabaya kurang baik, hal itu terlihat dari tingginya pengurukan tanah sebelum membuat bangunan,” ungkap pria asal Yogyakarta tersebut.

Baca Juga: Dampak Likuifaksi, Tata Ruang Palu Perlu Peta Mikrozonasi

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya