Memaknai Halalbihalal saat Hari Raya Idul Fitri

Ini nih menurut Pakar Unair

Surabaya, IDN Times - Kumpul keluarga besar dan halalbihalal menjadi tradisi masyarakat muslim di Indonesia ketika lebaran Idul Fitri. Sebagian besar rela menempuh perjalanan jauh alias mudik untuk bisa menikmati momen ini. 

Tapi, menurut Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair), Puji Karyanto, tradisi lebaran tidak sekadar sebagai ajang berkumpul dengan keluarga besar. Namun juga untuk mengenal lebih dekat semua kerabat.

"Kita tahu salah satu konsep kekerabatan yang ada di Nusantara itu kan, rasa guyub, dan halalbihalal itu sebenarnya merupakan ekspresi rasa keguyuban antarkerabat yang bertemu saat momentum lebaran," katanya. 

1. Halalbihalal bermula dari kumpul keluarga dan berkunjung saat lebaran

Memaknai Halalbihalal saat Hari Raya Idul Fitripinterest

Puji mengatakan, tradisi halalbihalal ini muncul ketika sanak saudara dalam keluarga besar berkumpul. Mereka saling berkunjung satu samal lain. “Awalnya sebenarnya kan unjung-unjung itu bukan sekadar saling sapa tetapi juga kalau orang Jawa mengatakan ngambah bature,” tuturnya.

Baca Juga: Jokowi Akan Mudik ke Yogyakarta, Tidak Ada Halalbihalal

2. Kemudian diadopsi oleh instansi

Memaknai Halalbihalal saat Hari Raya Idul Fitri

Namun, lanjut Puji, tradisi lebaran unjung-unjung ini diadopsi oleh instansi, baik pemerintah atau swasta dengan konsep halalbihalal. Kini cenderung dimaknai dengan berkumpulnya banyak orang di sebuah tempat untuk saling bermaaf-maafan.

"Jangan-jangan itu akan berhenti di salam-salaman saja tapi sebenarnya siapa yang salaman juga tidak kenal, karena sangat berbeda jika berkunjung ke rumah, silaturahmi, dengan keluarga terbatas," tuturnya.

"Jadi semacam melembagakan tadinya yang sudah ada di masyarakat, antarkerabat, antarkeluarga yang kemudian dilembagakan oleh kawan-kawan yang ada di instansi," tuturnya.

Baca Juga: 5 Fakta Halalbihalal, Tradisi Lebaran yang Hanya Ada di Indonesia 

3. Kemunculan halalbihalal dikaitkan dengan 3 asumsi

Memaknai Halalbihalal saat Hari Raya Idul FitriUnsplash/Michael Browning

Terkait waktu munculnya nama halal bihalal telah muncul banyak asumsi atau cerita dengan versi yang berbeda-beda. Tetapi menurut Puji, jika membaca literatur yang ada sifatnya masih sporadis yaitu pendapat-pendapat yang belum ada riset sejarah yang baku.

Ada tiga asumsi yang berkembang di masyarakat. Pertama, paling banyak diyakini di masyarakat, halal bihalal merupakan inisiasi KH Wahab Chasbullah yang mencoba mendamaikan beberapa tokoh politik nasional. Para tokoh dikumpulkan pada sebuah forum saat lebaran.

Kedua, jauh sebelum Indonesia merdeka sudah ada kata halal bihalal yang munculnya di Solo dari pedagang martabak di pasar malam Solo. Ketiga, bentuknya sudah ada tapi belum bernama halal bihalal melainkan modelnya seperti open house yang muncul pada saat Pangeran Samber Nyowo berkuasa.

“Tetapi yang jelas kata halal bihalal itu sudah masuk dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dan diartikan di sana. Berarti maknanya kan, ini sudah merupakan bagian dari tradisi yang ada di Nusantara,” pungkas Puji.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya