KORIDOR, Markas Baru Pebisnis Muda Kota Pahlawan

Di sana pelaku startup berembuk, ciptakan berbagai inovasi

Surabaya, IDN Times - Puluhan millennial tampak hilir mudik di lantai 3 Gedung Siola Surabaya Minggu (9/12). Mereka tak sedang mencari angle foto di taman gantung yang berada di salah satu sudutnya. Alih-alih mencari pojok instagramable, mereka terlihat serius di depan komputer jinjing. Para anak muda ini sedang berkreasi di Co-working space milik Pemerintah Kota Surabaya KORIDOR. 

Gagasan memberikan ruang kepada anak muda agar mau bersaing di dunia usaha ini muncul langsung dari sang Wali Kota Tri Rismaharini. Sejak soft launching pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus lalu, KORIDOR pun kian sering jadi jujukan anak muda Surabaya untuk mengembangkan ide mereka. 

Salah satu startup yang sudah menggunakan fasilitas ini adalah Agenda Kota. Usaha rintisan yang bergerak dalam pengelolaan jadwal dan event organizer ini kini menjadi penghuni tetap di KORIDOR. Tak hanya gratis, mereka juga mendapatkan pembinaan dari Pemkot. 

KORIDOR, Markas Baru Pebisnis Muda Kota PahlawanSempat kesulitan mencari kantor, Agenda Kota kini bisa bernafas lega dengan kehadiran KORIDOR (IDN Times/ Ardiansyah Fajar

Syamsul Qomar, pendiri sekaligus Chief Executive Officer Agenda Kota mengatakan sempat mengalami masa-masa sulit sebelum adanya KORIDOR. Pria yang akrab disapa Sam ini mengaku pernah kesulitan mencari kantor murah.

Bagi pelaku usaha rintisan sepertinya, sewa kantor di Surabaya adalah hal yang mustahil. Terlebih, kebanyakan pengelola gedung memberlakukan pembayaran tiap kepala. "Nah, di Agenda Kota ini ada tim yang jumlahnya tujuh orang. Kalau seperti itu (berbayar) kita yang benar-benar dari nol sangat susah berkembang," terangnya, Selasa (4/12).

Ia pun mensyukuri kehadiran KORIDOR di Surabaya. Menurutnya, startup di Surabaya memang masih butuh penanganan khusus seperti ini. "Support banget. Kita awal ngantor mikir gimana bangun startup baru mulai, mikir internet full, kalau sewa Rp40 jutaan. Itu yang membuat kita kebantu dengan adanya koridor. Kita ada tempat nyaman, full internet, dan bisa buat event," jelas Sam.

Baca Juga: Resmi Dibuka, Inilah Silicon Valley Milik Surabaya

KORIDOR, Markas Baru Pebisnis Muda Kota PahlawanBermula di Surabaya, startup yang beranggotakan tujuh orang ini sudah melebarkan sayap di berbagai kota lain (Dokumentasi Agenda Kota)

Kemudahan yang didapatkan membuat Agenda Kota melesat. Saat ini, klien startup yang berdiri sejak 2014 ini sudah lebih dari 3.000. Jangan tanya soal pendapatan, satu bulan Agenda Kota bisa meraup Rp100 juta lebih. "Sudah tersebar (kliennya) tidak hanya di Surabaya, ada juga di Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga Bali," kata Sam.

Kini Agenda Kota juga tergabung dalam EO Community. Di sini mereka bisa menawarkan berbagai layanan dan produknya. "Jadi dari situ, isinya vendor, EO, talent termasuk manajemen artis, media dan venue. Kalo hotel itu PR (humas). Gabung EOC sejak 2017," katanya.

KORIDOR, Markas Baru Pebisnis Muda Kota PahlawanSalah satu aktivitas tim Garda Pangan di Car Free Day Surabaya (Dok IDN Times/Istimewa)

Hal senada diamini oleh Co-Founder & COO startup yang bergerak dalam ketahanan pangan, Garda Pangan, Dedhy Trunoyudho. Ia menilai KORIDOR bisa menjadi jawaban bagi startup  yang kebingungan mencari tempat untuk bekerja. "Tinggal bawa tim, ke sana garap produk dan kegiatan sehari-hari. Gak ada biaya sewa kantor," katanya.

Selain wadah, lanjut Dedhy, KORIDOR juga cukup intens membuat acara dengan beberapa perusahaan dan komunitas digital. Hal ini menurutnya perlu dilakukan mengingat mayoritas startup yang ada berbasis digital. "Ngasih peluang lewat program dan latihan mentoring juga," terangnya.

Dukungan KORIDOR juga diakui Dedhy memudahkan Garda Pangan untuk terus mengembangkan indovasinya. Terbukti, komunitasnya terus bertambah. "Kita lebih ke komunitas, koordinatornya ada 5 orang, anggota tetap ada 30 orang, relawan ada 200 orang," bebernya.

Meski begitu, KORIDOR menurutnya masih harus berbenah, terutama soal hubungan dengan investor. "Jarang ada investor ke KORIDOR. Larinya harus ke Jakarta. Ya Koridor itu cuma pancingan awal aja, tinggal startup memanfaatkan itu dan pengembangan kerjasamanya," terangnya.

KORIDOR, Markas Baru Pebisnis Muda Kota PahlawanSalah satu aktivitas di KORIDOR (Instagram.com/koridor.space)

Koordinator KORIDOR, Gatra Dwi Adiyasa menyampaikan bahwa co-working space yang dicetuskan Wali Kota Surabaya memang dihadirkan untuk memacu anak muda Surabaya. Gayung bersambut, apa yang dilakukan oleh Pemkot juga direspons positif oleh arek-arek Suroboyo. Dalam satu tahun saja, Pemkot Surabaya sudah memverifikasi sembilan startup yang bisa mendapat akses dan berkantor di Koridor.

"Selain Agenda Kota, ada juga Jahitin.com, Riliv, Garda Pangan, Tictech, Kampuspedia, Ojesy, Riblood dan Tatarupa. Mereka semua residen, bisa akses 7 ruang di Koridor dan ngantornya di sana," kata Gatra, Jumat (8/12).

Selain sembilan startup tersebut, Gatra menyebut ada ratusan start up yang sudah mendaftar di Koridor. Namun ia tak bisa membeberkan detailnya. Pastinya, pengunjung Koridor menembus 300 lebih orang tiap harinya. "Dari Januari-November total pengunjung 73.554 pengunjung," tandasnya.

KORIDOR, Markas Baru Pebisnis Muda Kota PahlawanWali Kota Risma dan Menkominfo saat melakukan kunjungan ke KORIDOR (Instagram/koridor.space)

Catatan positif tersebut nyatanya tak membuat Wali Kota Risma puas. Ia ingin ada lebih banyak lagi anak muda Surabaya yang bergerak dalam bidang usaha rintisan. Maklum, 40 persen anak muda Kota Pahlawan lebih memilih melamar kerja daripada menciptakannya.

Agar makin banyak anak muda yang memanfaatkan fasilitas KORIDOR, Risma pun menggelar berbagai event mingguan. “Jadi kenapa aku sampai buat event satu minggu untuk anak muda. Karena memang (dunianya) sudah berubah,” katanya.

Risma menilai setidaknya ada dua alasan mengapa sebuah kota harus mendukung keberadaan usaha rintisan. Pertama, meningkatnya jumlah penduduk selalu berbanding terbalik dengan kebutuhan lapangan kerja.

Kedua, dengan menjadi enterpreneur, anak muda juga bisa merangkap menjadi pegawai. Dengan begitu, biaya produksi bisa dipangkas sehingga lebih efisien. "Makanya saya kemarin ngotot bagaimana mengubah mindset kita supaya bisa membuka usaha,” jelasnya. Ia pun sudah berjanji akan terus memfasilitasi millennials yang mau merintis usaha.

 

KORIDOR, Markas Baru Pebisnis Muda Kota PahlawanIDN Times/Sukma Shakti

Meski begitu, ia berharap kepada masyarakat Surabaya, khususnya anak-anak muda agar tidak serta-merta berpangku tangan mengandalkan pemerintah. Ia meminta mereka berperan serta mendukung pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran dengan membuka lapangan usaha. “Tidak bisa semuanya bergantung pada pemerintah. Makanya kita mencoba aksesnya,” pungkasnya.

Usaha Risma dalam mendukung usaha rintisan di Kota Surabaya pun perlahan mulai menjadi perhatian dunia. Terbukti, Surabaya dipercaya menjadi tuan rumah Startup Nations Summit (SNS) 2018 November lalu. Surabaya pun kini sejajar dengan beberapa kota yang pernah menggelar event serupa seperti Toronto, Kuala Lumpur, Seoul hingga ibu kota digital dunia, Tallin.

Baca Juga: Mengintip KORIDOR, Ruang Kumpul Startup dan Arek Kreatif Suroboyo

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya