Kisah Azis dan Seblak Maut Lamongan, Minta Dicomblangi Malah Diracun

Ia sudah transfer uang Rp20 juta

Lamongan, IDN Times - Bengkel tambal ban milik Khoiruman (52) di Dusun Semperat, Desa Sumberwudi, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan, tampak sepi pada Rabu (7/2/2024). Tak ada suara kompresor yang biasanya bikin bising di sana. Bengkel itu memang ia tinggal pulang kampung ke Jombang sejak Senin (5/2/2024). Selama dua hari itu, Khoiruman meminta sang anak, Abdul Azis (23) untuk menjaganya.  

Saat tiba di bengkel Khoiruman tak curiga. Ia menduga sang anak masih tidur atau sedang keluar. Namun, betapa terkejutnya warga Sumobito Jombang itu saat mendapati tubuh anaknya telengkup. Ia coba beberapa kali membangunkannya. Namun, tak ada respons. Belakangan ia sadar bahwa sang anak sudah meninggal. 

Meskipun sedih, Khoiruman menerima kepergian anaknya. "Atas kejadian tersebut ayah korban menerima sebagai musibah dan tidak bersedia dilakukan autopsi selanjutnya jenazah korban dibawa pulang oleh keluarganya Jombang untuk dimakamkan," ujar Kasat Reskrim Polres Lamongan, AKP I Made Suryadinata kepada IDN Times, Kamis (7/3/2024).

Sembilan hari kemudian, Jumat (16/2/2024), Khoiruman dan keluarga coba membuka ponsel milik korban. Seperti tersambar petir di siang bolong, ia menemukan rekaman suara Azis. Intinya, korban memberitahu bahwa ia keracunan seblak yang diberikan oleh seseorang bernama Didi.

Tak sampai di situ, di ponsel itu juga ada bukti transfer uang secara berkali-kali. Jumlahnya cukup besar untuk ukuran tukang tambal ban sepertinya, Rp20 juta. Uang itu dikirim ke rekening BRI atas nama Suhartono.

Temuan itu pun ditindaklanjuti Polres Lamongan. Made mengatakan bahwa polisi kemudian menemukan sosok Suhartono. Ia diketahui merupakan warga Desa Pucangro, Kecamatan Kalitengah. Dari keterangan Suhartono didapat bahwa rekening miliknya dipinjam oleh seorang bernama Nur Fadillah alias Didi Manggala (26).

Polisi kemudian bergerak cepat dan menangkap Didi di sebuah kafe di Karanggeneng pada Selasa (5/3/2024), pukul 13.00 WIB. Perempuan ini diketahui bekerja sebagai pemandu lagu. "Nur Fadillah mengakui perbuatannya bahwa dia telah membunuh korban. Ia menggunakan racun tikus yang dicampur ke makanan seblak," kata Made.

Dari hasil pemeriksaan, pembunuhan yang dilakukan Didi tersebut dipicu sakit hati karena Azis terus menagih uang jasa yang diberikannya. "Tersangka mengaku jengkel karena korban terus meminta dan menagih uangnya lewat WhatsApp agar dikembalikan," terang Made.

Made menjelaskan, Azis diketahui pernah memberi uang jasa kepada Didi hingga mencapai Rp20 juta. Azis memberi uang jasa karena Didi menjanjikan akan memperkenalkannya dengan seorang perempuan. Menurut Made, Azis terus menagih. Sementara Didi juga tak juga menepati janjinya.

Jengah terus ditagih, Didi merencanakan pembunuhan terhadap Azis. Pada Rabu (7/2/2024), ia membeli seblak. Bukan dengan sambal, ia mencampur seblak itu dengan racun tikus.

Sore itu ia mengantarkan seblak maut tersebut ke bengkel Azis. Korban yang sedang sibuk tak langsung memakannya. Ia meminta Didi untuk meletakkannya di meja terlebih dahulu. Sebaliknya, Didi langsung meninggalkan bengkel Azis. Di saat itulah Azis menyantap seblak tersebut dan akhirnya meninggal.

Polisi pun menetapkan Didi sebagai tersangka. Tak hanya itu, sejumlah barang bukti disita. Selain bekas makanan seblak, pakaian korban, rekening koran dan ponsel milik korban juga diamankan polisi. Ia pun kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hukuman mati siap menanti Didi. "Pasal yang disangkakan, pembunuhan berencana atau pembunuhan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340 KUHP atau Pasal 338 KUHP," pungkas Made.

Baca Juga: Jeratan Pinjol yang Berujung Kopi Sianida di Pacitan

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya