Kasus Santri Kediri Meninggal, RMI Jatim: Optimalkan Satgas Pesantren

Minta tidak bully ponpes

Surabaya, IDN Times - Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia atau Rabithah Ma'ahidil Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim) tak mau tinggal diam atas meninggalnya santri di salah satu pondok pesantren di Kediri.

Diketahui, seorang santri berinisial BBM (14) meninggal dunia diduga akibat penganiayaan di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyyah, Kabupaten Kediri. Korbanyang berasal dari Banyuwangi ini diduga dianiaya kakak kelasnya.

Dalam kasus kekerasan di Kediri ini, Ketua RMI PWNU Jatim, KH M. Iffatul Lathoif mengatakan, kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi pengelola pondok pesantren untuk melakukan pengawasan yang ketat di antara para santri.

"Ya, terus terang, kami sangat prihatin dengan kejadian ini. Kami akan terus melakukan koordinasi yang mengaktifkan secara optimal Satgas Pesantren Ramah Santri," ujarnya, Selasa (5/3/2024).

Pria yang juga keluarga besar Pondok Pesantren Al-Falah Mojo Kediri ini pun menjelaskan setiap santri disediakan kakak asuh atau musrif di setiap kamar dan kompleks asrama. Tak hanya itu saja, secara spiritual, kiai mendoakan akan keselamatan akhirat dan dunia sang santri.

"Pondok pesantren butuh didukung keberadaannya, bukan di-bully ketika ditimpa musibah," tegas Gus Thoif.

RMI NU Jatim, kini melakukan tindakan preventif dan antisipatif terhadap permasalahan di lingkungan pondok pesantren. Dengan mengoptimalkan fungsi Satgas Pesantren Ramah Santri.

"Pondok pesantren menjadi lembaga pendidikan tertua dan khas di Nusantara dalam mengembangkan dakwah Islam ala Ahlussunnah Waljamaah. Sebagian besar menjadi bagian dari organisasi Islam moderat di Indonesia, NU," terangnya.

Pendiri NU, lanjut Gus Thoif, ada Hadratusy Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari merupakan pendiri pesantren tua pada akhir abad ke-19. Demikian pula guru para ulama dan kiai pesantren di Nusantara, yakni Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bankalany, mempunyai sejarah panjang dalam penerapan pola pendidikan Islam di pesantren.

Dari pesantren lahir para tokoh bangsa dan menjadi pendiri negara. Seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH As'ad Syamsul Arifin, KH Masjkur, dll. Mereka kemudian mendapat anugerah Pahlawan Nasional.

Setiap harinya, kata Gus Thoif, pengasuh pondok pesantren mempunyai tanggung jawab yang besar karena dipercaya para orangtua dan wali santri. Mereka dititipi secara penuh untuk mengasuh, mendidik, dan mengajar, dengan sistem holding school, 24 jam, 7 hari dalam seminggu dan berlangsung selama bulanan hingga tahunan.

"Para kiai pondok pesantren, telah mengambil alih tugas orangtua di rumah, terkait keimanan, akhlak, ilmu dan ibadah. Kami kira, masyarakat secara umum perlu kiranya memahami betapa hal ini merupakan tugas berat yang harus diemban para kiai pesantren," terangnya.

Gus Thoif bersama jajaran lembaga urusan pesantren yang dipimpinnya, secara intens melakukan koordinasi dan melakukan pelbagai tindakan dalam mengatasi masalah yang dihadapi para santri dan pondok pesantren.

"Bila ada salah di pihak pondok pesantren ada seperti pembulian atau perundungan yang terjadi terhadap santri, tentu menjadi bagian penting yang harus diperhatikan penyelesaiannya," katanya.

"Kami berharap, masyarakat secara umum, terutama kalangan keluarga santri, mohon bersikap secara bijak, tidak melakukan penghakiman sendiri. Karena, bisa dipastikan, itu semua bukan kesengajaan dan di luar kuasa para pengurus dan pengasuh pondok pesantren," pungkasnya.

Baca Juga: Keluarga Santri Korban Penganiayaan Tolak Restorative Justice

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya