Imunisasi Polio Putaran Pertama di Jatim Belum Capai Target

Duh, terus gimana nih?

Surabaya, IDN Times - Capaian vaksinasi polio di Jawa Timur (Jatim) pada Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio putaran pertama pada 15 - 24 Januari 2024 ternyata tidak mencapai target. Hal ini menjadi catatan bagi Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim.

"Capaian pelaksanaan Sub PIN Polio putaran pertama 15-21 Januari 2024 di Jawa Timur sebesar 4.424.154 atau setara 99,7 persen," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, dr. Erwin Astha Triyono kepada IDN Times, Selasa (23/1/2024).

Target vaksinasi polio di Jatim sendiri, lanjut Erwin, sebanyak 4.437.679 anak. Dinkes Jatim pun mengajak seluruh masyarakat untuk menyukseskan pelaksanaan Sub PIN Polio putaran kedua pada 19 - 25 Februari 2024.

"Diharapkan nantinya betul-betul bisa tuntas," kata dia. "Target atau sasaran vaksinasi pertama dan kedua tetap sama," sambung Erwin.

Lebih lanjut, Erwin menjelaskan kalau vaksinasi atau imunisasi polio yang menjadi program nasional ini bertujuan untuk mencegah penularan virus polio. Terlebih, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio. 

"Kita akan memutus rantai penularannya dengan cara melakukan Sub PIN polio dua kali pada tanggal 15 - 21 Januari selama satu minggu kemudian pada tanggal 19 - 25 Februari kemudian juga kita lakukan lagi, sehingga dengan dua kali itu diharapkan rantai penularannya terputus," terang Erwin. 

"Ditambah satu karena pengelolaannya lewat saluran cerna, kotoran yang masuk ke sungai dan sebagainya dan itu nanti polionya bisa nyangkut di makanan dan masuk ke dalam mulut kita, maka yang kita butuhkan adalah kebersihan sanitasi," tambah dia.

Erwin mengimbau, bagi yang buang air besar agar di jamban tertutup. Ia melarang untuk buang air besar ke sungai untuk mencegah penularan lebih lanjut. Sementara yang memakai pampers-pampers supaya disimpan dengan baik. 

"Gak boleh dibuang sembarangan supaya jangan sampai menular ke sungai dan seterusnya. Jangan lupa cuci tangan juga. Jadi pola hidup bersih dan sehat juga sangat membantu diharapkan nanti setelah dua kali ini ditambah pola hidup sehat Jawa Timur InsyaAllah lepas dari polio," terang dia.

Terpisah, Pakar Komunikasi Kesehatan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair), Liestianingsih Dwi Dayanti bilang, pencegahan polio tidak cukup dengan sosialisasi kesehatan saja. Menurutnya, perlu adanya pendekatan lain yakni pendekatan budaya yang lebih dekat dengan masyarakat. 

"Dengan pendekatan ini kita bisa melibatkan tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain,” katanya.

Pendekatan kesehatan maupun budaya perlu menyasar seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal). Pasalnya, hingga saat ini sosialisasi vaksin polio masih belum merata di seluruh Indonesia. 

"Contohnya pendekatan di sekolah-sekolah. Atau bisa juga petugas vaksinasi langsung menyebar ke masyarakat layaknya vaksinasi COVID-19. Dengan demikian, sosialisasi vaksinasi polio dapat menjangkau seluruh elemen masyarakat," terang Lies.

Lies berharap agar seluruh lapisan masyarakat ikut serta menyuarakan urgensi vaksin polio. Perguruan tinggi, kata Lies, bisa menjadi salah satu fasilitator untuk mendukung pencegahan polio dengan berbagai pendekatan. 

"Misalnya mensosialisasikan urgensi vaksinasi polio atau menyadarkan masyarakat tentang bahaya penyakit polio," pungkas Lies.

Baca Juga: 11 Anak Jatim Kena Polio, 2 di Madura Wajib Fisioterapi

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya