Dokter Sebut Risma Masih Pakai Alat Bantu Pernafasan

Surabaya, IDN Times - Ketua tim dokter yang menangani Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini di RSUD dr Soetomo, dr Hardiono menyebut kalau Risma masih membutuhkan perawatan intensif. Bahkan, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini harus menggunakan alat bantu pernafasan atau respirator.
1. Risma pakai alat bantu pernafasan

Hardiono mengakui, semua pasien yang dirawat ICU memerlukan dukungan fungsi organ, termasuk Risma. Meski kondisinya mulai stabil, alat bantu pernafasan masih terpasang.
"Trennya membaik kita lihat dari pernafasan ibaratanya kita beri oksigen 100 persen, sekarang itu kita berikan oksigen 60 persen. Dengan kondisi yang lebih baik," ujarnya saat konferensi pers, Kamis (27/6).
2. Obat bius sempat diberikan ke Risma

Hardiano juga membeberkan kalau Risma sempat diberi obat bius oleh dokter. Pasalnya alat medis terutama alat bantu makan dan pernafasan membuat pasien tidak nhaman di awal pemasangan.
"Memang awalnya kita berikan, kan orang di ICU dipasang alat enggak nyaman. Jadi untuk kenyamanan beliau ditenangkan, kita berikan 2x24 jam itu penenang. Karena adanya pipa itu enggak nyaman," bebernya.
3. Pastikan organ dalam tidak bermasalah

Meski Hardiono menyebut alat bantu pernafasan terpasang di tubuh Risma, dia memastikan organ dalam wali kota kelahiran Kediri ini tidak bermasalah. Ia memastikan kondisi organ lainnya stabil.
"Semua fungsi organnya baik, jantungnya bagus, organnya bagus. Semuankondisinya bagus. Kita mempertahankan kondisi yang stabil ini," kata Hardiono.
"Yang namanya pasien di ICU itu memang mempertahankan stabilnya ini. Di ICU dipantaunya 24 jam terus menerus. Jadi setiap perubahan sekecil apapun pasti terdeteksi," lanjutnya.
4. Dosis obat Risma diturunkan, target kurang dari 1 minggu keluar ICU

Karena sudah stabil, Hardiono menyampaikan obat yang diberikan ke Risma dosisnya diturunkan. Ia menyebut, jika kondisinya terus membaik, satu minggu bisa keluar dari ICU.
"Ini sekarang sebagian kita hentikan, dosisnya kita turunkan. Karena itu, ibu mau respon. Biasanya pengalaman sebelumnya, minimal satu minggu. Kalau trennya membaik lebih cepet (kelur ICU). Mudah-mudahan enggak sampai (satu minggu)," pungkas Hardiono.