Bonek: No Leader Just Together

Bonek, semua masalah dipikul bersama

Surabaya, IDN Times - Suporter selalu menjadi pemain ke 12 yang menambah semangat tim kesayangan saat berlaga di atas lapangan hijau. Kemenangan tentu menjadi tujuan utama. Namun tak jarang, klub harus menelan kekalahan di depan ribuan suporternya.

1. Bonek tanpa pemimpin tapi solid dan terus berbenah

Bonek: No Leader Just TogetherIDN Times/Hendy Wardhana

Bonek--suporter Persebaya- beberapa kali harus kecewa karena jagoannya kalah. Puncaknya ialah mengamuk di Gelora Delta Sidoarjo, saat itu Persebaya kalah dengan skor 1-2 dari tim promosi Rans Nusantara FC. Kekecewaan itu langsung diluapkan dengan merusak fasilitas stadion.

Amarah suporter yang turun ke lapangan selepas peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan waktu itu tak bisa dibendung. Terlebih, suporter merupakan massa besar dan reaksioner. Bonek pun mulai mengevaluasi diri atas tindakannya di Sidoarjo. Mereka secara tegas mengakui kerusuhan itu merupakan ulahnya, maka ikut tanggung jawab dengan memberikan galang dana renovasi.

Meski tanpa pemimpin, Bonek selalu solid. Mereka menerapkan "No Leader Just Together". "Tidak ada pemimpin, yang ada itu dituakan yang bisa mengkondisikan teman-teman tapi terbentuk satu kesatuan," ujar Koordinator Bonek Green Nord, Husein Ghozali kepada IDN Times, Rabu (5/10/2022).

Bonek, kata Cak Conk--panggilan karibnya-, tidak bisa disamakan dengan suporter lainnya di Indonesia. Jika di Jakarta ada Ketua Umumnya, kemudian di Solo punya Presiden untuk suporternya, maka di Bonek tidak ada. 

"Di Surabaya beda, historinya sejak zaman perjuangan, Bung Tomo itu bukan seorang pemimpin, dari itu kita ini kolektif, kalau ada masalah disonggo (dipikul) bareng-bareng (bersama)," tegasnya.

Nah, agar lebih mudah berkoordinasi, Bonek hanya membuat koordinator yang dituakan. "Misalnya gini, Bonek ada empat tribun itu yang membawahi masing-masing. Beda tribun, beda koordinator. Masing-masing koordinator punya visi, pandangan dan ideologi beda-beda," kata dia. Ada hooligans, casual, ultras, dan mania.

Meski berbeda-beda, Bonek sekarang ini lebih mengedepankan rembukan atau diskusi dulu. "Intinya untuk kebaikan biasanya dirembuk dulu gimana bisa disosialisasikan ke akar rumput," kata Cak Conk. Nah, para Bonek yang ada, umumnya punya pendanaan sendiri secara swadaya.

Khusus di Green Nord, Cak Conk bilang kalau pendanaan bisa diolah dari beraneka macam penjualan merchandise. "Apa yang kita jual itu bisa menghasilkan untuk dibuat kreativitas di tribun nanti. Misalkan koreo dan lain sebagainya," ucap dia. 

"Kalau ada bakti sosial kebencanaan atau penyediaan paramedis di tribun, itu kita pendanaannya cari sendiri. Gimana caranta teman-teman mencari cara tanpa ngemis. Urunan dan ada sumbangan. Saat ini teman-teman punya dua ambulans dan satu mobil rescue itu dari swadaya dan sumbangan," terang Cak Conk.

Baca Juga: Kabar Baik, Bonek dan Aremania akan Bertemu untuk Berdamai!

2. Lakukan edukasi suporter cara dukung dan protes dengan elegan

Bonek: No Leader Just TogetherIDN Times/Hendy Wardhana

Selain itu, sambung Cak Conk, Bonek Green Nord juga acap memberikan edukasi kepada anggotanya. Mulai dari aturan datang ke stadion terutama tribun utara, semuanya diwajibkan memakai kaus atau jersey serba Persebaya. "Karena pemain ke-12 sama dengan pemain di lapangan. Yang pasti ada logo kebanggaaan, logo tim di dada," kata dia.

Selama 90 menit, semua yang ada di tribun suporter diwajibkan berdiri di beton bukan di besi. Ini merupakan bentuk perjuangan yang setara dengan pemain di lapangan. Diwajibkan memakai sepatu untuk menghindari injakkan serta putung rokok. Kemudian melarang menyalakan flare dan dilarang aksi di luar batas wajar yang berdampak merugikan Bonek dan Persebaya.

"Biar pun kita tidak ada leader, aturan ini sudah berjalan. Penegakkan aturan itu ada," kata dia. Namun, untuk kerusuhan di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Cak Conk mengakui kecolongan. Hal itu memang kembali ke pribadi masing-masing. Karena dalam momen itu tidak ada instruksi melainkan reaksioner massa.

"Yang dilakukan harusnya cara elegan, duduk bareng (suporter dengan manajemen tim). Unjuk rasa itu cara terakhir kalau pesan kita tidak tersampaikan. Kalau bisa dikomunikasikan kenapa harus turun jalan. Kalau pun turun jalan, tidak dibenarkan jika dengan anarkis," tegas Cak Conk.

3. Hubungan Bonek dan Persebaya dijembatani fans relation

Bonek: No Leader Just TogetherIDN Times/Hendy Wardhana

Nah, untuk hubungan Bonek dengan manajemen Persebaya, Cak Conk menyampaikan kalau biasanya suporter dijembatani oleh fans relation pihak Persebaya. "Harusnya masing-masing klub itu ada fans relation, sepengetahuan saya kalau kita tidak ada komunikasi dengan fans relation, kita harus menyampaikan langsung ke atas. Tapi selama ini ada komunikasi sudah bagus adanya fans relation ini," ungkap dia.

Adanya fans relation ini, kata Cak Conk, membuat komunikasi manajemen Persebaya dengan Bonek menjadi dua arah. Kalau ada informasi dari pihak manajemen langsung disampaikan ke suporter. Begitu sebaliknya, ada aspirasi dari Bonek disampaikan ke fans relation.

Konsep seperti itu, bagi Cak Conk, sudah seperti di luar negeri. Dia mengakui, sedikit banyak, suporter yang ada di Indonesia memang mengadopsi suporter dari luar negeri. Mayoritas berkiblat ke Eropa dan Amerika Latin. "Tapi kita gak memperdulikan kulturnya apa, mahzabnya apa, asal kalau masuk (Bonek) Green Nord, rule (aturannya) harus dipatuhi bersama," tegas Cak Conk.

Baca Juga: Catatan dari Persebaya untuk Liga Indonesia

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya