Ada 21 Klaster Penularan COVID-19 di Jatim, Enam Sudah Teridentifikasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Tim Gugus Tugas Rumpun Tracing Penanganan Virus Corona atau COVID-19 Jawa Timur (Jatim) mulai mengidentifikasi 21 klaster penularan. Beberapa klaster mulai diungkap satu per satu, meskipun belum rinci.
1. Teridentifikasi enam klaster
Ketua Rumpun Tracing dr. Kohar Hari Santoso mengatakan, saat ini pihaknya telah memperoleh enam klaster dari 21 klaster di Jatim. Enam titik tersebut diduga kuat menjadi episentrum penularan COVID-19.
Yakni klaster pelatihan di Asrama Haji Surabaya, klaster penularan kematian pasien positif Solo di Magetan, klaster pertemuan Bogor di Sidoarjo dan Magetan, klaster pertemuan internasional Yogyakarta di Malang, klaster pasar Surabaya, serta klaster umrah Lumajang.
"Titik episentrum gak bisa dilihat secara utuh, karena beberapa daerah ada yang belum memberikan data lengkap," ujarnya saat konferensi pers di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu malam (5/4).
2. 15 klaster lainnya belum dapat dirinci
Sedangkan untuk 15 klaster lainnya, Kohar mengaku belum dapat merinci lebih jauh. Alasannya, data yang masuk belum lengkap, sehingga tidak bisa dibeberkan terlebih dahulu. Dia masih terus koordinasi dengan daerah-daerah yang menjadi episentrum. Utamanya yang sudah terjangkit COVID-19.
"Kami perlu data yang lebih komplet, lebih detail. Jadi kami mengimbau masyarakat yang memang ada kaitan dengan mereka yang sakit, hendaknya merasa punya tanggung jawab untuk mengisolasi diri," kata dia.
Baca Juga: Penyebaran COVID-19 Klaster Asrama Haji: Dua Sembuh, Dua Meninggal
3. Sebut masyarakat mulai sadar, tandanya peningkatan ODP
Direktur Utama Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang ini cukup senang dengan peningkatan orang dalam pemantauan (ODP) di Jatim. Saat ini jumlah ODP mencapai 10.636. Dia menilai, perlahan masyarakat sadar harus melapor apabila dari luar daerah.
"Karena memang kendala di Tim Tracing itu sebagian besar masyarakat tidak terbuka tentang riwayat perjalanan mereka. Apakah mereka pernah kontak dengan pasien positif atau tidak," kata Kohar.
Baca Juga: Khofifah Sebut Belum Ada Kabupaten/Kota di Jatim yang Ajukan PSBB