TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Polemik Penelitian Gunung Kawi, Kades Sebut Wisatawan Turun 30 Persen

Penelitian itu katanya menimbulkan citra buruk

Pesarean Gunung Kawi. (Instagram.com/gunungkawistory)

Malang, IDN Times - Pemerintah Desa Wonosari menyayangkan peneliti yang dilakukan 5 mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) terkait ritual pesugihan yang hubungannya dengan kondisi psikologis pelakunya. Mereka merasa jika penelitian yang dipublikasikan di media sosial ini membuat heboh masyarakat. Pemberitaan negatif pada Gunung Kawi ini berdampak pada Pesarean Gunung Kawi. Membuat ribuan warga Wonosarti yang mencari nafkah di pesarean jadi khawatir.

Baca Juga: Ditentang, UB Tetap Melanjutkan Penelitian di Gunung Kawi

1. Kades Wonosari memperbolehkan mahasiswa melakukan penelitian di Gunung Kawi, tapi seharusnya lebih bijak

Pertemuan pihak Kampus UB dengan Yayasan Ngesti Gondo. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Kepala Desa (Kades) Wonosari, Suwito mengatakan jika pihaknya selalu memberikan ijin kepada mahasiswa dari kampus manapun jika ingin melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) atau penelitian di Gunung Kawi. Namun ia meminta agar mahasiswa lebih bijak dalam menerbitkan peneliti agar diksi-diksi yang dicantumkan tidak menimbulkan salah persepsi di masyarakat.

Ia menegaskan jika Pesarean Gunung Kawi yang ada di Dusun Sumbersari, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang bukanlah tempat untuk mencari pesugihan atau ilmu hitam. Di sana hanya ada wisata religi dan budaya. Sementara peneliti yang diterbitkan UB hanya menyebutkan Gunung Kawi, seolah-olah seluruh wilayah Gunung Kawi adalah lokasi pesugihan.

"Memang ada keraton di Desa Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang. Memang ada orang rumor pesugihan ya di luar seperti itu, kita sendiri nggak tahu. Saya kecil di sini (Desa Wonosari), tapi tidak ada namanya pesugihan tumbal," terangnya saat dikonfirmasi pada Rabu (25/10/2023).

2. Ribuan warga Wonosari menggantungkan hidupnya dari wisata di Pesarean Gunung Kawi

Pesarean Gunung Kawi. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Suwito mengatakan jika ribuan warga Desa Wonosari menggantungkan hidupnya karena adanya wisata religi dan budaya di Pesarean Gunung Kawi. Ia khawatir jika pemberitaan negatif terkait Gunung Kawi akan berdampak pada pendapat warganya. Padahal perekonomian mereka baru mulai bangkit usai Pandemik COVID-19.

"Saya tidak tahu pasti jumlah warga yang mendapat pendapatan dari wisata Gunung Kawi. Tapi di Dusun Wonosari sendiri ada 2.000 warga, dan masih ada 3 dusun lagi yaitu Dusun Sumbersari, Bijiombo, dan Kampung Baru. Total ada 7.000 warga yang rata-rata bekerja sebagai pemilik warung, menyewakan kamar atau hotel, dan mengantar tamu," bebernya.

Ia menjelaskan jika sejak rumor negatif Gunung Kawi kembali beredar membuat jumlah wisatawan menurun kembali. Padahal jumlah wisatawan Pesarean Gunung Kawi sudah menyentuh 60 persen dari jumlah wisatawan sebelum Pandemik COVID-19.

"Kemarin melonjak sedikit, tapi dengan adanya rumor seperti ini turun lagi. Wisatawan sendiri biasanya ada lonjakan pada Senin Pahing, Jumat Legi, termasuk hari-hari besar nasional," bebernya.

Baca Juga: Heboh Penelitian Pesugihan di Gunung Kawi, Ini Penjelasan Kampus UB 

Verified Writer

Rizal Adhi Pratama

Menulis adalah pekerjaan untuk merajut keabadian. Dengan menulis kita meninggalkan jejak-jejak yang menghiasi waktu. Tulisan dan waktu adalah 2 unsur yang saling tarik menarik membentuk sejarah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya