TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Laju Suroboyo Bus, Mendorong Perekonomian Warga

Keuntungan Suroboyo Bus tak melulu soal uang

IDN TImes/Reza Iqbal

Surabaya, IDN Times - Angkutan umum Suroboyo Bus, dulu digadang-gadang sebagai salah satu solusi mengurangi limbah plastik di Kota Pahlawan. Dengan menggunakan sampah botol bekas sebagai metode pembayarannya, diharapkan barang yang sulit terurai itu terbuang semestinya. Namun, setelah tiga tahun berjalan, kini Suroboyo Bus telah dikomersialisasikan dengan menerima pembayaran uang nontunai.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad menuturkan bahwa penambahan opsi pembayaran dengan uang nontunai bukan berarti menghilangkan esensi Suroboyo Bus sebagai sarana pemanfaatan botol plastik bekas. Alternatif pembayaran ini hadir untuk memenuhi permintaan warga, bukan mencari keuntungan.

Baca Juga: Jadi Pelat Kuning, Suroboyo Bus Bisa Bayar Pakai Uang Digital

1. Berawal dari kampanye lingkungan

IDN TImes/Reza Iqbal

Irvan menjelaskan, pertama kali Suroboyo Bus diluncurkan pada 7 April 2018 memang ditujukan semata-mata untuk melayani warga. Hanya saja, isu lingkungan mengenai sampah plastik yang cukup tinggi di Indonesia membuat wali kota saat itu, Tri Rismaharini menambahkan fungsi lain Suroboyo Bus.

"Bu Wali waktu itu minta kawinkan program transportasi dengan program lingkungan. Intinya, naik bus itu gratis. Tapi, kita memberikan privilege, semakan apresiasi bagi mereka yang mengumpulkan sampah plastik supaya tidak dibuang ke sungai, ke saluran yang bisa mengakibatkan banjir," ujar Irvan saat dihubungi IDN Times, Jumat (27/8/2021).

2. Desakan agar bisa berbayar muncul dari pengguna Suroboyo Bus

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menunjukkan pembayaran digital naik Suroboyo Bus. Dok. Humas Pemkot Surabaya.

Suroboyo Bus pun menjadi salah satu alternatif transportasi sekaligus sarana wisata bagi warga Kota Surabaya serta turis lokal. Dari tahun ke tahun, peminat Suroboyo Bus meningkat. Berdasarkan data Dishub Kota Surabaya, penumpang Suroboyo Bus mencapai 130 ribu orang perbulannya pada Desember 2019-Februari 2020.

Di tengah meningkatnya peminat Suroboyo Bus, berbagai masukan pun datang. Salah satunya yaitu kecenderungan warga yang sudah beralih ke botol minum pribadi sehingga mereka kesulitan mendapatkan botol plastik bekas. Alhasil, setelah masukan dikaji, maka diputuskan bahwa Suroboyo Bus akan memiliki tambahan metode pembayaran dengan uang digital.

"Orang juga sudah mulai banyak yang berpindah ke tumbler dan meninggalkan plastik, banyak masyarakat yang meninginkan berbayar saja karena sudah gak pakai plastik. Sehingga wali kota yang baru ini arahannya memberikan alternatif bisa membayar nontunai," tuturnya.

3. Penjualan botol plastik Suroboyo Bus tak menutupi kebutuhan biaya operasional

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menunjukkan ada alat untuk memasukkan satu botol untuk tiket selain pembayaran digital. Dok. Humas Pemkot Surabaya.

Hingga akhir 2020, telah ada 213 ton sampah botol plastik yang terkumpul dari Suroboyo Bus. Sampah-sampah ini kemudian diserahkan ke Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) untuk dilelang. Dalam periode satu tahun yaitu 2018-2019, 39 ton botol plastik yang terkumpul laku dengan harga Rp150 juta. Jumlah ini sebenarnya memang tidak sebanding dengan biaya operasional bus selama setahun yang menelan miliaran APBD.

Lebih lanjut, tarif yang dipatok untuk satu kali perjalanan Suroboyo Bus saat ini tak mahal. Cuma Rp5 ribu untuk masyarakat umum dan Rp2,5 ribu untuk pelajar serta mahasiswa. Irvan mengaku, tentu jumlah itu pun tidak juga bisa mencukupi biaya operasional bus.

"Jadi tujuan kita itu memang bukan keuntungan. Negara itu ya tujuannya pelayanan dengan diharapkan, dengan semua orang naik angkutan umum, jalanan di Kota Surabaya itu tidak macet, berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi publik," ungkap Irvan.

4. Keuntungan sebenarnya adalah peningkatan perekonomian dan keselamatan masyarakat

Jalan Ahmad Yani, Kota Surabaya dari udara. Dok. Humas Pemkot Surabaya

Irvan mengibaratkan Suroboyo Bus seperti fasilitas frontage, flyover, atau underpass yang diberikan oleh Pemkot Surabaya. Tersedianya Suroboyo Bus memiliki tujuan jangka panjang, bukan hanya semata-mata keuntungan dari tarif yang dipatok saja. Dengan adanya Suroboyo Bus, perekonomian di Kota Surabaya dipercaya bisa meningkat dan dipercaya bisa mendatangkan lebih banyak investasi.

"Nilai ekonomi masyarakat kan meningkat karena gak macet, gak stress, sampai tujuan juga cepat. Polusinya berkurang. Itu nilai ekonominya luar biasa bagi kota. Jadi bukan biaya operasional yang dihitung. Semua hal, tiap kita bangun jalan masak ya kita minta uang tiap orang lewat?" sebutnya.

Selain nilai perekonomian, keuntungan lain yang didapatkan Kota Surabaya dengan adanya Suroboyo Bus adalah menekan potensi kecelakaan di jalan. Warga yang awalnya mengendarai roda dua bisa mulai berpindah ke Suroboyo Bus. Dengan demikian, angka kecelakaan akibat R2 yang mencapai 70 persen bisa ditekan.

"Keuntungan yang didapat oleh kota bukan secara langsung tapi perekonomian dan keselamatan warga. Kalau mereka bisa naik angkutan umum, transportasi publik, itu tentu lebih meningkatkan keselamatan karena nyawa lebih berharga," ungkapnya.

Baca Juga: Suroboyo Bus Jadi Pelat Kuning, Halte dan Waktu Tunggu Jadi Catatan

Berita Terkini Lainnya