TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tapera Ditolak, Pj Gubernur Jatim Sebut Masih Dievaluasi

Mekanismenya memberatkan gak sih?

Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono dalam misi dagang Jatim - Bali. Dok. Pemprov Jatim.

Surabaya, IDN Times - Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) banyak mendapatkan penolakan dari pekerja maupun buruh. Skema yang ditetapkan dinilai memberatkan buruh. Yakni besaran simpanan peserta 3 persen dari gaji atau upah untuk yang berstatus Peserta Pekerja maupun Peserta Pekerja Mandiri.

Khusus Peserta Pekerja, rincian yang harus dibayarkan terdiri dari 0,5 persen oleh pemberi kerja dan 2,5 persen sisanya oleh pekerja. Sedangkan peserta pekerja mandiri wajib membayar seluruhnya. Aturan itu tertuang dalam PP Nomor 21 Tahun 2024 tentang perubahan atas PP Nomor 25 Tahun 2020 tentang Tapera.

1. Pj Gubernur Jatim anggap program bagus tapi mekanismenya perlu evaluasi

Penolakan itu pun ditanggapi oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur (Jatim), Adhy Karyono. Ia menilai kalau sebenarnya kebijakan atau program ini bagus bagi pekerja. Namun mekanismenya yang mendapat penolakan.

"Itu kebijakan pusat ya, kan kita sedang menunggu ya bagaimana plus minusnya tentu kan dievaluasi kembali, tentu pada prinsipnya semua orang mau pekerja apapun butuh rumah," ujarnya saat ditemui di Surabaya, Rabu (3/7/2024).

"Hanya mekanisme saja, mungkin yang perlu diperhatikan yang sudah punya rumah, itu yang menjadi masalah sebetulnya. Kalau yang belum punya rumah ya bagus sekali, kapan kita bisa nyicil rumah kalau kita nggak ada pemaksaan gitu ya maksudnya sesuatu yang harus wajib begitu," tambah Adhy.

Baca Juga: Tapera Jadi Beban Baru Bagi Gen Z di Magetan

2. Sebut pekerja swasta dan negeri sama saja, harus dibuatkan skema untuk punya rumah

Adhy melanjutkan, pekerja swasta maupun pegawai negeri sebetulnya punya kemiripan untuk bisa menabung beli rumah. Nah, menurutnya Tapera ini menjadi salah satu solusi supaya pekerja maupun pegawai negeri bisa mempunyai rumah.

"Sama dengan pegawai negeri, kalau nggak dipastikan dengan kredit, ya saya nggak bisa juga gitu," katanya.

"Kebutuhan masyarakat itu banyak, ada yg melihat bahwa kebutuhan untuk rumah itu kebutuhan yang sekian karena yang dihadapi kebutuhan pokok. Ini persoalan prioritas, masing-masing orang punya prioritas. Kalau (gaji) UMR mungkin gak mikirin rumah, rumahnya seadanya saja," tambah dia.

Berita Terkini Lainnya