TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Derita Warga Wongsorejo Banyuwangi, Sumur Kering, Sungai Surut

Tanah di sejumlah lahan pertanian sudah retak

Warga Wongsorejo Banyuwangi menerima bantuan air bersih. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Banyuwangi, IDN Times - Sejumlah pemukiman masyarakat di Desa Bangsring, Desa Wongsorejo, Desa Alasbuluh dan Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, Desa Sidowangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dilanda kekeringan. Di musim kemarau saat ini, terik matahari menjadikan suhu di daerah tersebut terasa cukup panas hingga suhu 32 derajat celcius. Sumber air pun mulai mengering.

Baca Juga: Musim Kemarau, Warga di Tulungagung Beli Air Bersih Rp250

1. Sumur mengering, sungai menyusut

Ilustrasi lahan sawah mengalami kekeringan. (ANTARA FOTO/Jojon)

Kondisi kemarau ini membuat sejumlah sumber air surut, beberapa titik sumber air bahkan sampai mengering. Akibatnya masyarakat cukup kesulitan untuk mendapatkan sumber air. Baik itu air bersih untuk keperluan sehari-hari atau air untuk keperluan irigasi pertanian sekitar.

"Air susah. Sumur juga kering. Sungai ada tapi airnya surut juga kotor," kata Endang Sulastri warga Dusun Karangrejo, Desa Wongsorejo, Kamis (3/8/2023).

Sulastri mengaku, untuk keperluan memasak dia lakukan dengan mencari air dari sumber yang masih tersisa. Sementara untuk keperluan mandi, ia masih bisa mengambil dari air yang bisa dibilang kotor dari sungai yang ada. Sedangkan untuk area pertanian, Ia hanya bisa pasrah dan menunggu hujan turun.

"Kadang juga menampung air hujan untuk disimpan. Itu bisa digunakan untuk minum dan memasak. Tapi ya itu, sekarang masuk kemarau jadi hujan sangat jarang disini," jelasnya.

2. Air bersih untuk minum, mandi air keruh

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sementara menurut Sekretaris BPBD Banyuwangi, Kecamatan Wongsorejo sudah menjadi wilayah yang rutin menjadi langganan kekeringan di musim kemarau. Total ada 5 desa yang masuk dalam daftar daerah rawan kekeringan. Namun masing-masing desa di Kecamatan Wongsorejo memiliki indeks kerawanan masing-masing.

"Tapi ada tingkat kerawanannya. Ada yang masuk dalam kategori tinggi, sedang maupun ringan," ungkap Mujito.

Mujito menyebut, masyarakat sekitar sudah biasa mengamankan sumber air bersih ketika memasuki musim kemarau. Air ini hanya digunakan oleh masyarakat untuk keperluan memasak dan minum. Sementara untuk keperluan MCK, warga biasa menggunakan air keruh.

"Namun, kondisi tidak seperti dulu. Sekarang pemerintah setempat sudah membangunkan fasilitas," jelasnya.

Baca Juga: Berkah Kemarau, Panen Semangka di Lamongan Meningkat

Berita Terkini Lainnya