Sejarah Erupsi Gas Gunung Ijen, Tsunami Kawah Setinggi 3 Meter

Pemandangan alamnya memang indah, namun juga mematikan

Banyuwangi, IDN Times - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meningkatkan status Gunung Api Ijen dari level normal menjadi waspada. Perubahan status ini menyusul adanya aktivitas vulkanik yang terekam sejak beberapa waktu lalu, Sabtu (7/1/2023). Dalam sejarahnya, Kawah Ijen yang nyatanya tenang ini pernah mengalami gejolak mirip gelombang tsunami dan memakan korban. Berikut sejarah singkat kebencanaan Kawah Ijen yang dirangkum oleh IDN Times, baik dari catatan Kementerian ESDM maupun hasil liputan langsung di lapangan.

1. Hanya berupa letusan freatik, bukan seperti Merapi atau Krakatau

Sejarah Erupsi Gas Gunung Ijen, Tsunami Kawah Setinggi 3 MeterPixabay

Sejarah mencatat, erupsi gunung Ijen sejak tahun 1900 hanya berupa berupa letusan-letusan freatik yang bersumber dari danau kawah. Erupsi freatik ini berupa semburan gas yang cukup kuat dari dasar kawah. Erupsi ini bisa terjadi tanpa didahului oleh tanda-tanda vulkanik gunung berapi pada umumnya.

Selanjutnya, erupsi freatik pada tahun 1993 menghasilkan tinggi kolom asap berwarna hitam yang mencapai ketinggian 1000 m. Pada tahun 2011 – 2012 juga mengalami peningkatan aktivitas berupa kenaikan kegempaan dan suhu air danau. Lalu pada tahun 2017 juga sempat terjadi tiga kali semburan gas (CO2 outburst).

Pada tahun 2018 juga terjadi tiga kali semburan gas (CO2 outburst), yaitu pada tanggal 10 Januari 2018, 19 Februari 2018 dan 21 Maret 2018. Ini merupakan merupakan semburan gas yang cukup besar yang diikuti oleh erupsi gas menurun hingga lembah. Kecepatan gas beracun ini bahkan mencapai radius 7 kilometer dari kawah.

Aktivitas vulkanik terakhir terjadi pada 17 Januari 2020, berupa kenaikkan jumlah Gempa Vulkanik Dangkal. Lalu, pada saat artikel ini ditulis, Badan Geologi Kementerian ESDM telah meningkatkan status Gunung Api Ijen dari level normal menjadi waspada.

Baca Juga: Air Danau Kawah Ijen Memanas, Rawan Erupsi Semburan Gas Beracun

2. Ada tsunami di atas gunung

Sejarah Erupsi Gas Gunung Ijen, Tsunami Kawah Setinggi 3 Meterfodors.com

Pada 29 Mei 2020, fenomena semburan gas kawah Ijen menelan korban. Satu orang penambang dilaporkan hilang usai terhempas gelombang air danau belerang setinggi 3 meter. Fenomena gelombang tsunami gunung tersebut terjadi sekitar pukul 15.00 WIB.

Saat itu, air danau Kawah Ijen mengalami perubahan warna dari hijau menjadi hijau keputih-putihanan. Perubahan warna ini dipicu naiknya endapan dari dasar danau ke permukaan oleh adanya tekanan gas yang kuat dari dasar danau. Para penambang belerang dari Banyuwangi, menyebut fenomena ini sebagai fenomena Bubble.

Saat kejadian, dilaporkan ada dua orang penambang berada di dasar kawah. Satu orang berhasil menyelamatkan diri, namun seorang lainnya tidak bisa ditemukan. Kondisi hujan lebat menyebabkan proses evakuasi berlangsung sulit. Gas beracun yang cukup tebal sangat membahayakan tim evakuasi.

3. Seorang sahabat nekat berenang di danau Kawah Ijen

Sejarah Erupsi Gas Gunung Ijen, Tsunami Kawah Setinggi 3 Meterunsplash.com

Adalah Ahmad Arifin yang kala itu usianya 59 tahun, nekat berenang di Kawah Ijen yang sedang bersuhu 40 derajat Celcius. Dia merupakan seorang penambang belerang sekaligus rekan dari korban yang jenazahnya hilang di kawah.

Beberapa hari setelah insiden tsunami Kawah Ijen, jenazah korban tiba-tiba saja nampak di permukaan kawah. Berjarak sekitar 150 meter dari tebing kawah. Melihat jenazah temannya itu, Arifin langsung mendekat. Tanpa alat pengaman apapun.

Arifin dan korban diketahui cukup bersahabat dan sudah 24 tahun lamanya bersama mencari nafkah di dunia belerang. Tak heran jika saat melihat jenazah temannya itu, Arifin langsung bereaksi mencemplungkan dirinya ke kawah Ijen.

Arifin yang berhasil meraih jenazah temannya, lalu berenang menepi. Dia hanya bisa memeluk tubuh temannya itu dan meratapi masa-masa mereka bersama. Hingga akhirnya jenazah bisa dievakuasi dan dimakamkan dengan layak.

Baca Juga: Geopark Ijen, Wisata Taman Bumi di Bondowoso

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya