Pakar Politik UNAIR: Debat Itu Adu Pikiran Bukan Gestur Lebay

Penggunaan istilah itu level receh

Surabaya, IDN Times - Debat keempat cawapres 2024 membawa sebuah perbincangan tentang etika dalam berdebat di tengah masyarakat. Pakar komunikasi politik Universitas Airlangga, Dr Suko Widodo Drs MSi menilai, dalam debat perlu cara berkomunikasi yang benar. 

1. Tidak ada yang menang dan kalah dalam perdebatan

Pakar Politik UNAIR: Debat Itu Adu Pikiran Bukan Gestur Lebay(youtube.com/idntimes)

Suko mengatakan, debat itu merupakan tradisi di dalam demokrasi dan cara untuk menemukan kebaikan yang tepat. Sehingga tidak ada kata menang atau kalah di dalam perdebatan. Debat mencari pemikiran-pemikiran yang bagus. Agar dapat menjadi alat bagi masyarakat untuk menyeleksi calon pemimpin mereka. 

"Bagaimana kita bisa mem-promote atau mempresentasikan ide-ide agar bisa diterima orang banyak dengan argumentasi-argumentasi," lanjutnya. 

Baca Juga: Greenpeace Anggap Debat Cawapres Tak Bahas Akar Masalah Krisis Iklim

2. Debat perlu cara komunikasi yang benar

Pakar Politik UNAIR: Debat Itu Adu Pikiran Bukan Gestur Lebayperludem.org

Ia menjelaskan,  selain tema yang jelas, debat memerlukan cara berkomunikasi yang benar. Semua yang dibicarakan harus menjadi jelas dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Hal itu sangat perlu untuk sebuah diskusi dapat berjalan.

"Yang bicara harus mengerti sehingga peserta dan lawan bisa mengikuti alur berpikir. Sehingga nanti akan keluar argumentasi sanggahan atau usulan yang masuk akal terhadap ide itu," jelas dosen ilmu komunikasi itu. 

3. Tujuan debat mengadu pikiran dan ide bukan gestur berlebihan

Pakar Politik UNAIR: Debat Itu Adu Pikiran Bukan Gestur LebayCalon Wakil Presiden Indonesia nomor urut 1, 2, dan 3 (instagram.com)

Menurutnya, tujuan dari debat adalah untuk mengadu pikiran, mengadu ide, serta mengadu gagasan. Maka dari itu, tema di dalam debat harus menjadi fokus atau consent dalam perdebatan. 

Sehingga Suko menganggap gestur-gestur berlebihan itu tidak menjadi perlu di dalam suatu debat.

"Komunikasi itu menyangkut rasa dengan tiga unsur penting berupa logika, etika, dan estetika. Sehingga gaya komunikasi itu menjadi penting bagi calon pemimpin," 

Banyak orang mengatakan bahwa penggunaan istilah itu merupakan sebuah strategi dalam debat. Menurut pakar komunikasi politik itu, penggunaan istilah itu memang benar adalah sebuah strategi, namun tidak berada pada level yang tinggi. 

"Strategi debat itu terdiri dari level 1 sampai 6, mestinya semakin matang berpikirnya semakin bijak. Pengambilan policy itu pada level 6, bukan teknis atau level 1. Itu baru menunjukkan kualitas orang," katanya. 

Untuk mencapai komunikasi efektif di dalam debat, istilah-istilah harus dijelaskan dengan mantap kepada semua audiens dalam perdebatan. Ditopang dengan cara penyampaian yang benar, ide yang digagas akan tersampaikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menilai calon pemimpin yang akan mereka pilih pada 14 Februari mendatang. 

Baca Juga: 7 Potret Unik saat Debat Capres-Cawapres Ronde Keempat Pemilu 2024

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya