Mengenali ADHD, Gangguan Emosional yang Kerap Diderita Anak-anak

Terapi anak ADHD biasanya selesai satu tahun

Surabaya, IDN Times - Psikolog sekaligus pemilik Pelita Hati Therapy Center Surabaya, Rr Ivonne Yanti Suryandari, S.Psi,.M.Psi, mengatakan anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD perlu perhatian khusus. 

ADHD, kata dia, merupakan suatu gangguan perilaku dan emosional yang terjadi atau muncul pada masa kanak-kanak. Anak yang mengalami ADHD memiliki ciri-ciri perilakunya yang berlebihan dari anak seusianya, yaitu sulit diatur, impulsif dan berkurangnya perhatian terhadap orang atau aktifitas apapun di sekelilingnya. "Biasanya terjadi pada anak usia 3 sampai 4 tahun," ujar Ivonne kepada IDN Times, Sabtu (11/3/2023). 

Ivonne yang telah menanangani 10 anak dalam kurun waktu 2015 hingga 2023 ini mengatakan bahwa faktor terjadinya ADHD pada anak adalah karena genetik, kemudian fungsi otak atau faktor kimia pada otak. Bahkan, lahir prematur pun juga dapat memicu anak mengalami ADHD. 

"Ada juga faktor polutan atau polusi, makanan yang mengandung polusi atau tempat tinggal yang mengandung polusi. Serta faktor orangtua merokok dan alkohol saat kehamilan," ujar wanita yang juga psikolog du Puspaga Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya. 

Orangtua yang datang padanya biasanya adalah mereka yang sudah tidak bisa menangani anaknya. "Yang paling parah itu ada yang sampai mencakar-cakar, menggigit saya," ujar Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia Jawa Timur ini.

Oleh sebab itu, menangani anak ADHD tak bisa dilakukan sembarangan. Orangtua terlebih dahulu harus melakukan konsultasi kepada profesional seperti dokter anak, psikolog dan psikiater. 

"Orangtua harus bisa menerima diagnosa dan menerima dengan baik psikoedukasi dari profesional, dalam hal ini pada psikiater atau psikolog atau dokter tumbuh kembangnya," ujar Ivonne. 

Kemudian untuk proses terapi, Ivonne mengatakan harus dilakukan dengan hati. Ketika anak-anak sudah berada di ruang terapi, anak akan terlebih dahulu diobservasi oleh terapis untuk mengetahui bagaimana cara membuat anak tersebut nurut.

"Dia kita kenalkan dengan ruangan, ini namanya trampolin, biarkan dia beradaptasi," katanya. 

Kemudian, anak tersebut diajak untuk berkomitmen menyelesaikan pekerjaan sebelum melakukan yang lain, selain itu berlatih eye contact atau kontak mata dengan menunjuk area panca indra pada terapis dan mengajak lebih fokus pada tugasnya, dimulai pada hal yang sederhana. 

"Lanjut ke arah yang lebih rumit, awalnya anak dapat bertahan duduk selama 3 detik selanjutnya secara bertahap anak akan mulai lebih fokus dan bertahan sampai terapi selsai dan mampu melakulan kontak mata dengang baik hal ini dinilai dari perilaku anak yang lebih tertata dan fokus," jelas dia. 

Selain itu orangtua juga diedukasi untuk membuat daily activity atau kegiatan harian atau jadwal yang harus dipatuhi. Orangtua juga harus memberi pola asuh yang tepat pada kondisi anak ADHD. 

"Intinya memberikan kedisiplinan yang sama seperti saat diruang terapi," tutur Ivonne. 

Biasanya, proses terapi membutuhkan waktu satu tahun untuk anak tersebut selesai dari ADHD. Namun, ini tergantung dari kondisi anak sendiri dan pola asuh orangtua di rumah. "Tapi dua tiga kali terapi biasanya anak sudah bisa terkontrol," ungkap Ivonne. 

Ia menambahkan, sembari proses terapi berlangsung, terapis juga akan mencari potensi yang ada pada anak. Sehingga, potensi itu lah yang digunakan terapis untuk menyelesaikan masalah ADHD anak

Baca Juga: Mengejutkan, 8 Tokoh ini Ternyata Merupakan Pengidap ADHD!

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya