Mencari Kesetaraan Gender di Kampus Unesa

#BreakTheBias

Surabaya, IDN Times - Perempuan, di banyak tempat kerap kali tak dianggap keberadasnnya, termasuk juga di lingkup pendidikan. Seperti yang banyak diketahui bahwa ketua organisasi kampus seperti Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada umumnya seorang laki-laki. Atau pemimpin kampus yang juga laki-laki. Lalu, bagaimana kesetaraan gender di Kampus Surabaya?

Salah satu kampus di Surabaya yang IDN Times wawancarai adalah Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Rektor UNESA, Prof Dr Nurhasan menyebut bahwa kampusnya itu telah memberi ruang bagi perempuan. Ia mengaku bahwa ia sangat memperhatikan kesetaraan gender.

1. Total Mahasiswa perempuan lebih banyak

Mencari Kesetaraan Gender di Kampus UnesaIlustrasi kesetaraan gender. (IDN Times/Aditya Pratama)

Total mahasiswa Unesa adalah 27.838 orang. Dari jumlah tersebut, mahasiswa perempuan mencapai persentase 64 persen atau 17.807 orang sedangkan jumlah mahasiswa laki-laki adalah 36 persen atau 10.031 orang.

“Ini menggambarkan akses mahasiswa perempuan dan laki-laki terbuka untuk bisa menjadi mahasiswa di Unesa dan tidak ada diskriminasi gender dalam penerimaan mahasiswa,” kata Nurhasan.

Baca Juga: IWD 2021: Cerdas dan Kritis Tanggapi Kesetaraan Gender di Masyarakat

2. Jenjang pendidikan dosen tertinggi masih didominasi laki-laki

Mencari Kesetaraan Gender di Kampus UnesaHerstory

Kata Nurhasan, baik dosen perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama. Unesa memiliki dosen sebanyak 1009 orang. Dosen tidak tetap untuk perempuan adalah 5 orang sementara laki-laki 8 orang. Sedangkan untuk Dosen tetap perempuan adalah 509 orang sementara laki-laki 536 orang.

"Kondisi ini menjadi indikator bahwa Unesa telah mengimplementasikan konsep kesetaraan gender untuk menerima tenaga dosen," tuturnya.

Dari data yang ia miliki, jumlah keseluruhan dosen laki-laki yang memiliki jenjang pendidikan S3 berjumlah 202 orang atau 20 persen, sedang perempuan berjumlah 147 orang atau 15 persen. Sementara jumlah dosen laki-laki yang memiliki jenjang pendidikan S2 berjumlah 306 orang atau 30,5 persen sedangkan dosen perempuan berjumlah 347 orang atau 34,5 persen.

"Komposisi ini menunjukkan masih ada jarak dari aspek pendidikan. Namun demikian, Unesa memberikan akses yang sama baik dosen laki-laki maupun perempuan untuk meningkatkan kompetensi akademiknya melalui studi lanjut dan memberikan dukungan penuh kepada dosen yang studi tanpa melihat aspek gender," ungkap Nurhasan.

3. Dosen laki-laki masih mendominasi menduduki jabatan penting

Mencari Kesetaraan Gender di Kampus UnesaInstagram.com/_.gender.equality._

Nurhasan memaparkan bahwa dirinya juga memberi kesempatan bagi dosen perempuan untuk menduduki posisi penting di kampus. Akan tetapi, dari data yang ia paparkan, jumlah dosen laki-laki masih mendominasi.

Jabatan akademik paling tinggi yaitu IVe, jumlah dosen perempuan hanya 1, sementara jumlah dosen laki-laki sebanyak 21 orang. Sementara jabatan terendah yakni jabatan akademik IIIb yaitu sebesar 197 orang dan paling banyak ada di Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) sebanyak 40 orang. Sementara di jabatan akademik yang sama jumlah dosen laki sejumlah 168 orang dan jumlah yang paling besar ada di Fakultas Teknik FT sejumlah 26 orang.

“Kondisi ini menunjukkan masih adanya kendala bagi dosen perempuan untuk bisa mencapai jabatan akademik di lingkungan perguruan tinggi,” ujarnya.

4. Berbagai kebijakan untuk menunjang kesetaraan gender

Mencari Kesetaraan Gender di Kampus Unesapexels.com

Dalam menunjang kesetraan gender, ia telah membuat berbagai kebijakan. Yakni dengan memberikan akses kepada perempuan untuk menjadi pimpinan lembaga di beberapa unit di Unesa seperti menjadi ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Dekan, Wakil Dekan, Senat, Satuan Tugas, Ketua Lembaga, Ketua Jurusan, dan Ketua Prodi. 16 laki-laki yang menjadi pejabat tinggi di level Universitas mulai Rektor sampai dengan Dekan, sementara itu ada lima belas perempuan yang menempati posisi seperti Ketua Lembaga, Satuan Tugas, dan Dekanat.

"Akses beasiswa diberikan kepada seluruh dosen dan tenaga kependidikan tanpa memandang jenis kelamin, baik untuk beasiswa pendidikan di dalam negeri maupun di luar negeri," terangnya.

Pihaknya mengaku juga menyiadakan fasiltas yang menunjang kesetaraan gender salah satunya adalah adanya ruang untuk kebutuhan laktasi. Akan tetapi, fasilitas ini hanya terdapat di beberapa fakultas saja seperti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Ilmu (FIP) Sedangkan di fakultas dan tempat publik lain seperti Rektorat, perpustakaan, pusat bahasa, dan masjid kampus belum tersedia.

"Di fakultas yang belum tersedia ruang laktasi, para ibu menggunakan musholla di jurusan maupun ruang yang dianggap nyaman sebagai tempat laktasi," kata Nurhasan.

Fasilitas lain seperti penunjang fungsi reproduksi perempuan adalah tempat penitipan anak di tingkat perguruan tinggi sudah ada dan dikelola oleh Dharma Wanita Unesa. Namun demikian, keberadaan penitipan anak hanya tersedia di kampus Ketintang, sementara untuk kampus yang bertempat di wilayah Lidah Wetan, masih belum terfasilitasi.

Baca Juga: Komnas Perempuan: Ada 3.838 Kekerasan Berbasis Gender Sepanjang 2021 

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya