Inggris Lepas Masker, Epidemiolog Unair Khawatir Jadi Varian Baru
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Pakar Epidemiolog Universitas Airlangga Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si., Ph.D., menanggapi kebijakan lepas masker dan pelonggaran protokol kesehatan COVID-19 di Inggris. Menurutnya, keputusan untuk kembali ke kehidupan normal ini bisa saja menimbulkan mutasi virus corona yang baru dan merugikan negara-negara lain di sekitarnya.
1. Inggris sudah melewati puncak kasus COVID-19 varian omicron
Laura menjelaskan, Inggris berani untuk mengambil keputusan lepas masker setelah berhasil melewati puncak kasus COVID-19 akibat varian omicron. Inggris terlebih dahulu terjangkit varian omicron dan sudah melewati titik puncaknya.
“Mengenai hal itu, wajar saja jika Perdana Menteri mengumumkan pembebasan masker lebih cepat daripada Indonesia,” ujarnya, Selasa (1/2/2022).
Jika Inggris sudah melewati puncaknya, Kementerian Kesehatan RI memperkirakan Indonesia akan segera menghadapi lonjakan kasus varian omicron pada Februari 2022.
“Mengapa? Karena omicron memiliki potensi penyebaran lebih tinggi daripada delta,” tuturnya.
Baca Juga: 12 Orang Meninggal Akibat Varian Omicron di Inggris
2. Didukung dengan vaksinasi yang tinggi
Keputusan lepas masker ini didukung dengan capaian vaksinasi yang sangat tinggi. Dengan demikian, kekebalan kelompok dapat tercipta dan lebih banyak warganya dapat terlindungi. Meski demikian, Laura merasa bahwa mereka seharusnya masih tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Bukan berarti kita harus melaksanakan protocol ini seumur hidup, tapi akan ada saat yang lebih tepat. Toh, melaksanakan protocol kesehatan tidak ada ruginya,” ungkapnya.
3. Tapi pelepasan masker bisa berpotensi menciptakan varian baru
Lebih lanjut, pembebasan warga tanpa masker ini juga bisa berpotensi menyebabkan varian baru COVID-19. Timbulnya varian baru ini kemungkinan akan menyebar ke negara-negara lain yang berada di sekitarnya, bahkan ke seluruh dunia seperti varian-varian sebelumnya.
“Jangan sampai hal ini dijadikan euphoria ketika kasusnya turun. Bisa diingat kembali bahwa delta berasal dari Inggris karena terdapat kelonggaran protocol kesehatan sebelumnya,” tegas Laura.
4. Tak ada salahnya masih memakai masker di momen ini
Laura bukannya melarang manusia untuk hidup bebas dan berdampingan dengan COVID-19. Namun, menurutnya, momennya bukan saat ini ketika omicron masih menjadi momok di berbagai negara.
Meski demikian, Laura mengerti bahwa Inggris memiliki pertimbangannya sendiri untuk tak lagi mewajibkan masyarakatnya bermasker. Ia berharap, otoritas Inggris tetap melakukan testing, tracing, dan treatment secara masif.
“Meskipun begitu, setiap negara memiliki regulasinya masing-masing. Ada peraturan yang sesuai jika diterapkan di Indonesia, dan begitupula sebaliknya,” pungkasnya.
Baca Juga: Inggris Wajibkan Kembali Masker di Sekolah Menengah