Cerita KPPS di Surabaya, Baru Bisa Istirahat Setelah Lewati Dua Subuh

#GenZMemilih Lelah, tapi katanya menikmati

Selain para pemilih, salah satu kesuksesan Pemilu adalah kehadiran Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Mereka bekerja sehari penuh, sebagian bahkan lewat dari 24 jam. Salah satunya diceritakan oleh warga Surabaya, Anton Kusnanto (42). Panitia TPS 140 Sidotopo Wetan, Kenjeran ini mengaku baru bisa istirahat setelah melewati dua kali subuh. 

1. Tugas Anton lebih berat saat memasuki hari coblosan

Cerita KPPS di Surabaya, Baru Bisa Istirahat Setelah Lewati Dua SubuhTPS tempat Anton bertugas di daerah Sidotopo, Surabaya. Dokumentasi Istimewa.

Anton mengaku mulai bekerja selepas Rabu Subuh tanggal (14/2/2024) sampai Kamis (15/2/2024) subuh. Diakuinya, tugas memang lebih berat saat memasuki hari pencoblosan. Sebelum hari pemungutan suara, pekerjaan KPPS yang dilakoninya menurutnya mudah. Dia hanya bertugas membagikan surat suara kepada warga yang menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT).

“Saya kebetulan waktu hari H jadi KPPS 2 yang tugasnya di bagian depan-depan. Menerima pendaftaran, ngasih surat suara ke DPT sama yang membuka dan membacakan sah tidaknya surat suara,” kata Anton, Kamis, (15/2/2024)

Baca Juga: Sambat Ngantuk, Kerja KPPS di Banyuwangi Tembus 24 Jam

2. Terlihat sederhana, tugas KPPS ternyata tak semudah yang dibayangkan

Cerita KPPS di Surabaya, Baru Bisa Istirahat Setelah Lewati Dua SubuhWarga TPS 140 Sidotopo Wetan, Kenjeran, Surabaya antusias mengikuti jalannya Pemilu 2024 pada Rabu (14/2/2024). Foto: dok.pribadi

Anton sendiri daftar menjadi KPPS lantaran diminta. Kata Anton, tahun ini posisi KPPS memang diisi oleh anak muda dan aktif di kampung. “Kalau pemilu yang dulu bapak-bapak. Pemilu saat ini termasuk aku yang paling tua. Soalnya pakai tes kesehatan, jadi dipilih yang muda-muda. Berkaca dari banyaknya KPPS yang meninggal di Pemilu lalu. Sama PPS (Panitia Pemungutan Suara) dan PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) juga diminta yang muda dan aktif ikut kegiatan kampung,” katanya.

Meski terlihat sederhana, pekerjaan KPPS menurut dia butuh ketelitian yang tinggi. Misalnya, ia harus menghitung dan membedakan jenis kelamin DPT antara pemilih laki-laki dan perempuan. Dari situ nanti masih akan dipilah lagi, DPT laki-laki atau perempuan yang hadir, DPT laki-laki atau perempuan yang tidak hadir.

“Paling yang kesusahan itu metani siji-siji (memilah satu-satu) dari 278 DPT sing lanang sing endi sing wedok sing endi (yang lelaki dan perempuan). Di awal itu yg menyita banyak waktu karena sebelum perhitungan harus dihitung dulu jumlahnya. Kalau gak cocok harus mengulang lagi dari awal,” terangnya.

3. Dia mengaku tak kapok, malah merasa Pemilu seperti momen lebaran

Cerita KPPS di Surabaya, Baru Bisa Istirahat Setelah Lewati Dua SubuhTPS tempat Anton bertugas di daerah Sidotopo, Dok. Istimewa

Meski dituntut mengandalkan ketelitian dan waktu kerja yang tinggi, Anton mengaku tidak kapok dan capek jadi petugas KPPS. Apalagi, anggota KPPS lainnya saling back up dan banyak warga sekitar yang ikut terlibat.

“Ada yang ngasih buah, kue, kiriman tengah malam, ada yang kirim es buah di tengah-tengah perhitungan. Malah rasanya seperti Hari Raya, ketemu orang sekampung dan bertukar jajan karena tiap orang bawa sendiri-sendiri,” kata Anton dengan antusias.

Sebagai petugas KPPS Anton berharap agar kerja kerasnya dalam Pemilu kali ini dapat membuahkan hasil yang baik dan jujur. “Harapannya jujur, hasil tanpa kecurangan dan manipulasi suara. Gak kasihan ta KPPS kerja subuh sampai subuh, kalau sampai ada rekayasa pengaturan skor,” harapnya.

Baca Juga: Cerita Petugas Liponsos Keputih Alih Fungsi sebagai KPPS

dhafintya noorca Photo Community Writer dhafintya noorca

Life keeps on going and learning

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya