TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Pesan Wapres dalam Rakernas Ikatan Pesantren di Surabaya 

Pesantren pusat pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan ekonomi

Wapres Ma'ruf Amin saat sambutan dalam Rakernas IPI di Surabaya, Jumat (11/8/2023). (Dok. Panitia pelaksana).

Surabaya, IDN Times - Wakil Presiden Republik Indonesia, KH Ma'ruf Amin membuka langsung Rapat Kerja Nasional Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) di Surabaya, Jumat (11/8/2023). Dalam sambutannya, ia berpesan tiga hal kepada pesantren di Indonesia, yakni pesantren harus menjadi pusat pendidikan, pusat dakwah dan pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat. 

Berdasarkan pantauan IDN Times, Wapres Ma'ruf datang sekitar pukul 10.00. Kemudian bersama rombongan masuk ke dalam gedung Srijaya Surabaya 

Dalam sambutannya itu, Wapres Ma'ruf mengatakan, pesantren mampu melahirkan tokoh-tokoh agama yang memiliki ilmu yang mampuni dan berpengaruh . Tokoh-tokoh agama tersebut berkiprah dalam rangka menjaga dan mempertahankan bangsa dan negara. 

"Mereka sudah bisa menyatukan antara tanggung jawab agama dengan tanggung jawab kebangsaan dan kenegaraan," ujarnya. 

Oleh karena itu, Wapres Ma'ruf berharap fungsi pesantren bisa lebih dikuatkan baik di bidang pendidikan, dakwah dan pengabdian kepada masyarakat. 

Baca Juga: Wapres Ma’ruf Amin Hadiri Haul Sunan Bonang yang ke 514

1. Pesantren sebagai pusat pendidikan

Wapres Ma'ruf Amin saat membuka Rakernas IPI di Surabaya, Jumat (11/8/2023). (Dok. Panitia pelaksana).

Sebagai pusat pendidikan, pesantren harus bisa menghasilkan orang-orang yang paham terhadap agama, bukan hanya orang yang bisa membaca kitab kuning saja. Tetapi juga bisa menjadi orang yang beristinbat dan berijtihat. 

"Karena apa, karena banyak masalah-masalah baru yang dulu belum ada, dan kitab-kitab belum ada masalahnya belum muncul, apa lagi dibidang ekonomi, sangat banyak sekali," ungkapnya. 

2. Pesantren sebagai pusat dakwah

Wapres Ma'ruf Amin saat sambutan dalam Rakernas IPI di Surabaya, Jumat (11/8/2023). (Dok. Panitia pelaksana).

Kemudian pesantren sebagai pusat dakwah. Menurut Wapres Ma'ruf, dakwah menghadapi tentangan besar yakni moderenisasi. Modernisasi disamping sangat baik, juga banyak yang tidak baik. Oleh karenanya, dakwah di Indonesia harus mampu mengantisipasi hal buruk dari moderniasai. 

"Di Korea Selatan, dulu 99 persen agamanya Buddha, waktu saya ke sana Budha tinggal 20 persen. 24 persen kristen, Islam nol koma sekian persen, yang banyak apa, 52 persen tidak tidak beragama. Jadi agama ini terdesak oleh moderenisasi. Dakwah kita sekarang harus mampu mengantisipasi itu, moderniasai yang baik itu tentu harus kita ambil. Yang negatif yang harus kita tangkal," terang dia. 

Ia berpesan agar berdakwah bisa menggunakan cara-cara digital dengan tetap menerapkan cara dakwa yang telah diajarkan oleh ulama. Yakni berdakwah dengan cara yang santun, bukan yang suka memaki-maki. 

"Dan ternyata kita bangsa indonesia ini hasil didikan pesantren ulama dulu, kata orang, kita bangsa paling toleransi. Beberapa waktu lalu ada utusan dari cendekiawan mulsim di dunia yang berpusat di Abu Dhabi, menemui saya di Jakarta, dibilang saya di Jakarta bukan untuk mengajari Indonesia, justru untuk belajar ke orang Indonesia tentang bagaimana itu Islam yang toleran, Islam yang besar menurut mereka yang paling toleransi di dunia, umat Islam ini, Islam di Indonesia," jelas Wapres Ma'ruf. 

Baca Juga: Bermalam di Al-Zaytun, Melihat Lebih Dekat Pesantren Terbesar se-ASEAN

Berita Terkini Lainnya