Suasana di Pasar Keramat Pacet Mojokerto. Dok. Official Pasar Keramat.
Kisah pasar tematik yang mengusung misi ekonomi kerakyatan juga datang dari kawasan Pacet, Mojokerto. Penggagasnya ialah seorang guru Sekolah Dasar (SD) Budiharjo, Ia mampu menyulap lahan terbengkalai yang dianggap angker menjadi sebuah pasar. Kini, pasar tersebut menampung ratusan pedagang desa setempat.
Suara musik terdengar sayup dari balik barongan—kebun bambu- di kawasan Kramajetak, Dusun Pong Boto, Warugunung, Kecamatan Pacet, Mojokerto. Ternyata di dalamnya ada seni pertunjukan musik lengkap dengan lapak jualan. Nah, tempat inilah yang didirikan oleh Budiharjo. Namanya, Pasar Keramat.
Konsep Pasar Keramat ini sudah muncul jauh hari di benak Budi—panggilan karib Budiharjo-. Dulu, sekitar tahun 2016, Budi yang sedang bersantai sembari menonton televisi menampilkan sebuah pasar tematik yang menonjolkan nuansa tempo dulu dipadukan seni dan budaya. Pasar itu ada di Temanggung, Jawa Tengah.
Namun, ketika itu Budi belum tahu angan-angannya diaplikasikan di mana. Pria yang juga pegiat seni itu pun pulang ke kampung halamannya di Kramajetak. Tiba-tiba ada tetangganya yang pinjam uang untuk biaya sekolah anaknya. Nah, kebetulan Budi sendiri tidak sedang memegang uang yang cukup.
Dari sinilah, Budi mengetahui kalau di kampung halamannya banyak masyarakat yang ekonominya susah. Padahal, desanya tak jauh dari area wisata Pacet, Mojokerto. Tak mau tinggal diam, Budi mulai survei lokasi untuk mewujudkan angan-angannya pada tahun 2016 lalu. Ia melirik satu lahan tempat yang lama tidak dipakai pada tahun 2022. Tempat itu sangat kotor, dianggap angker serta dibuat untuk pembuangan sampah, padahal di dekat situ ada situs purbakalanya.
"Saya jatuh cinta dengan tempat tersebut ketika tahu ada situs purbakalanya," kata Budi kepada IDN Times. "Tapi waktu itu, 1,3 hektare luasnya itu penuh dengan sampah, hampir tiap tahun warga sekitar kena demam berdarah akibat timbunan sampah di situ," ungkap Budi menambahkan.
Budi mengajak teman-temannya untuk mengelola lahan tersebut. Ia sempat dicap orang gila oleh sekitar karena mau mengelola lahan yang dianggap angker itu. banyak yang meragukannya waktu itu, mengingat depan rumah Budi sendiri sedang rusak. “Mau roboh depan rumah saya, tapi saya memilih untuk mengelola lahan yang waktu itu dianggap tidak jelas, bahkan biaya renovasi rumah saya pakai untuk membuat pasar ini,” katanya.
Usaha memang tak menghianati hasil, Budi akhirnya dapat mewujudkan Pasar Keramat yang mempunyai arti mendalam, keramut ben manfaat (terawat biar manfaat). Pasar ini pertama kali dibuka pada 25 Desember 2022. Tantangan besar menghadang ketika pembukaan. Sebelum membuka, Budi sudah bergerak melakukan promosi besar-besaran. Via daring dan luring.
Tapi ternyata ketika persiapan sore hari, tepatnya 24 Desember 2022 turun hujan dengan intensitas deras. Nah, hujan ini tak kunjung reda. Hingga pagi hari yang merupakan hari pembukaan. “Yang percaya untuk berdagang hanya 32 orang, pedagangnya langsung bilang kalau gak habis buat bancakan saja. Mereka sudah pesimis pagi itu,” ungkap Budi.
"Pagi itu sepi, pedagang pucet. Teman saya yang ikut saya, yang mati-matian meyakinkan pedagang, gak berani ke pasar, karena lihat wajahnya pedagang itu pucet. Alhamdulillah sekitar jam 9 saya kembali ke pasar kok terang, setelahnya pengunjung membludak. Jam 10 dagangan habis," imbuh Budi menceritakan.
Kendati ramai, Budi tak mau membuka pasar ini setiap hari. Ia memilih buka pada hari tertentu saja. Yakni Minggu Kliwon dan Minggu Wage. Dua hari pasaran dalam sebulan ini dipilih untuk berbagi dengan destinasi wisata yang ada. "Karena kalau kita buka, wisata di atas seperti pemandian air di Pacet itu sepi, di samping itu juga dulu ada Pasar Kliwon di Pacet yang ramai, tapi sekarang sudah tidak ada. Saya kangen menghidupkan kliwonan itu lagi," kata dia.
"Kita juga menghindari Legi. Karena Legi ada itu ada Pasar Legi di Padan. Jadi Legian itu ramai-ramainya Pasar Legi, pasar hewan. Kita menghindari itu, biar tingkat keramaiannya terbagi. Jadi ketemunya Minggu Kliwon dan Minggu Wage," imbuh Budi.
Meski hanya buka di hari tertentu saja, Budi bersyukur Pasar Keramat tetap ramai dan diminati pengunjung. Pedagang yang ingin jualan pun terus bertambah. "Sekarang masih banyak daftar, kita gak cukup lokasinya karena sudah ada 100 lebih yang jualan. Di sini dagangannya gak boleh sama, ada kriterianya, makanan nusantara yang jadul dan tradisional. Terus sehat tanpa MSG atau pengawet, kita bagi ada dagangan telesan, garingan, nasi-nasian," terang dia.
Konsep yang dipertahankan ini membuat Pasar Keramat sampai sekarang tetap eksis. Pengunjungnya tidak hanya dari Mojokerto saja, tapi juga ada yang dari luar negeri. "Ada pengunjung dari New York (Amerika Serikat), Korea Selatan, Belanda. Turis-turis mancanegara itu ke sini berkat rekomendasi dari teman-teman pegiat wisata di Malang," beber Budi. Sementara pengunjung lokal yang mampir ialah mereka yang sekalian menikmati wisata di Pacet. "Ada dari Madura, Tuban, Bojonegoro, Kediri, Blitar, Nganjuk dan banyak lainnya," ucap dia.
Banyaknya pengunjung yang ke Pasar Keramat ini, Budi menatap optimistis bahwa ekonomi masyarakat akan naik kelas. Ia kini punya angan-angan agar homestay di sekitar lokasi juga turut bergeliat. Tak hanya itu saja, ekonomi kerakyatan juga harus diikuti dengan industri rumahan yang perlu dikembangkan. Ketika pasar tidak beroperasi, para pedagang ini tidak berdiam diri. Tapi bisa berjualan secara daring memanfaatkan marketplace yang ada.
"Ke depan diharapkan bisa menjadi desa wisata bernama Kampung Jawa, karena sudah ada sanggar tari dan musik. Jadi kalau pengin belajar kesenian tradisional ya di Keramajetak. Itu harapan saya," kata Budi.