Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Panorama di Kota Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Malang, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang melaporkan jika sejak Pandemik COVID-19 berakhir, pertumbuhan ekonomi di Kota Malang mengalami pelambatan. Tidak hanya di Kota Malang, perlambatan ekonomi ternyata juga terjadi di wilayah Jawa Timur secara keseluruhan.

1. BPS Kota Malang melaporkan jika perlambatan ekonomi terjadi sejak Pandemik COVID-19 berakhir

Ilustrasi papan klip dengan data statistik (Pexels.com/Leeloo The First)

BPS Kota Malang melaporkan jika pertumbuhan ekonomi di Kota Malang pada 2024 hanya 5,41 persen. Padahal pada 2023 pertumbuhan ekonomi Kota Malang mencapai 6,07 persen. Rasio ini memang terus turun jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang mencapai 6,32 persen. 

"Ini selaras dengan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dan Nasional yang juga terus menurun. Karena untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur itu berdasarkan penghitungan produk domestik regional bruto (PDRB) dari seluruh kabupaten kota, sedangkan untuk nasional dihitung dari (PDRB) semua provinsi," terang Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjaifudin saat dikonfirmasi pada Selasa (4/2/2025).

Ia membeberkan kalau pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada 2022 sebesar 6,32 persen, melambat pada 2023 sebesar 6,07 persen, dan terus melambat pada 2024 sebesar 5,41 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022 sebesar 5,31 persen, kemudian melambat menjadi 5,05 persen di 2023, dan kembali melambat pada 2024 sebesar 5,03 persen.

"Kalau pergerakan nasional melambat, biasanya lainnya juga melambat. Jarang sekali ada kejadian di tingkat nasional dan jawa timur melambat kabupaten atau kota naik, kecuali ada proyek yang luar biasa," bebernya.

2. Kota Malang bergantung pada 4 sektor usaha untuk pertumbuhan ekonomi

potret gedung Universitas Brawijaya (fp.ub.ac.id)

Umar menjelaskan jika Kota Malang memiliki 4 lapangan usaha yang berkontribusi terhadap struktur distribusi dan pertumbuhan PDRB pada 2024. Keempatnya adalah sektor perdagangan sebesar 29,22 persen dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi 4,69 persen, industri pengolahan 27,09 persen dengan andil 5,13 persen pada pertumbuhan ekonomi, konstruksi 12,43 persen dengan andil 5,12 persen pada pertumbuhan ekonomi, dan jasa pendidikan 7,19 persen dengan andil 5,08 persen pada pertumbuhan ekonomi. 

"Kontribusi dari 4 industri ini saja hampir 75 persen untuk Kota Malang. Jadi keempatnya sangat penting untuk perekonomian Malang," tegasnya.

Selain itu, kontribusi pertumbuhan ekonomi di Kota Malang disumbangkan dari struktur distribusi dan pertumbuhan PDRB pada 2024 jenis transportasi pergudangan dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 12,63 persen. Lalu pertumbuhan ekonomi yang terkecil ada pada bidang real estate dengan andil 3,8 persen.

3. Pertumbuhan ekonomi Kota Malang peringkat kelima di Jawa Timur

Kampung Warna-warni Jodipan, Kota Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Lebih lanjut, pada 2024 pertumbuhan ekonomi Kota Malang menempati peringkat ke-5 dari 38 kota/kabupaten di Jawa Timur. Kota Malang kalah dari Kota Surabaya dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,76 persen, Kabupaten Sidoarjo sebesar 5,73 persen, Kabupaten Gresik sebesar 5,54 persen, dan Kabupaten Pasuruan sebesar 5,45 persen.

"Tapi kalau share terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, Kota Malang hanya memberikan 3,15 persen. Penyumbang terbesar adalah Surabaya dengan 24,34 persen, Sidoarjo 9,35 persen, Gresik 5,94 persen, dan Kabupaten Pasuruan 6,35 persen. Ini karena keempat daerah itu memiliki kawasan industri yang besar," pungkasnya.

Editorial Team