Harga Cabai Rawit Anjlok, Cabai Merah dan Keriting Merangkak Naik

Surabaya, IDN Times - Harga komoditas cabai masih belum stabil. Cabai rawit terpantau harganya rendah. Sedangkan cabai besar dan cabai merah keriting harganya terpantau merangkak naik.
Sejumlah faktor mempengaruhi kenaikan harga dua komoditas cabai tersebut. Upaya dari para petani cabai telah dilakukan. Mereka berharap, pemerintah memberikan intervensi terhadap produksi. Sehingga harganya stabil di pasaran.
1. Harga cabai rawit hanya Rp15 ribu, cabai merah dan keriting tembus Rp60 ribu

Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim per 19 Juni 2024, harga rata-rata cabai rawit merah Rp30.742 per kg. Harga rata-rata tertinggi di Ngawi yakni Rp38.333 per kg dan terendah di Trenggalek Rp15.350 per kg.
Sedangkan harga rata-rata komoditas cabai merah besar di Jatim sebesar Rp5.327 per kg. Harga rata-rata tertinggi Rp60.000 per kg di Sidoarjo dan Sumenep. Kemudian harga rata-rata terendah Rp37.750 per kg di Mojokerto.
Lebih lanjut, harga rata-rata komoditas cabai merah keriting di Jatim sebesar Rp46.490 per kg. Kemudian harga rata-rata tertinggi Rp60.00 per kg di Gresik. Sementara harga rata-rata terendah sebesar Rp33.000 per kg di Lumajang.
2. Cabai merah produksinya berkurang

Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim, Nanang Triatmoko mengatakan mahalnya harga cabai merah besar karena hasil produksinya berkurang. Hal ini disebabkan karena komoditas ini terserang virus gemini dan antraknosa. Menurutnya harga pada tingkat petani sudah mencapai Rp45.000 per kilogram.
"Virus ini menyebabkan daun menguning dan keriting. Selain itu tanaman jadi kerdil dan tidak mau berbuah," katanya.
Sedangkan antraknosa, lanjut Nanang, disebabkan oleh jamur. Antraknosa menyebabkan buah membusuk sebelum dipanen. "Biasanya gejala awalnya ditandai bintik hitam pada buah," jelasnya menambahkan.
3. Cabai keriting budidayanya minim

Untuk cabai merah keriting, sambung Nanang, tidak banyak daerah yang melakukan budidaya komoditas ini. Saat ini di Jatim hanya di Lumajang. "Selain itu budidayanya cukup susah dan masa panennya lama," kata dia.
"Ini yang membuat petani Jatim enggan menanam cabai merah keriting," pungkasnya.