Gelisah UMKM di Eks Distrik Lampu Merah Surabaya

Surabaya, IDN Times – Lima botol minuman berpemanis itu tampak terpajang rapi di lemari pendingin. Sepintas memang tampak longgar isi kulkas di Dolly Saiki Point (DSP) waktu IDN Times berkunjung ke sana pada Rabu (15/12/2021) siang. Produk minuman dengan label tulisan ‘Orumy’ itu masih digandrungi para pengunjung yang datang ke DSP. Selain memang untuk mengobati dahaga, Orumy juga menjual sejarah.
Sejarah yang dimaksud ialah cerita mengenai awal mula Orumy. Sudah tujuh tahun, minuman ini menjadi simbol baru pascapenutupan eks distrik lampu merah alias kawasan lokalisasi yang disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara. Eks distrik lampu merah ini lebih akrab dikenal dengan nama Dolly, ada sejak 1967 lalu. Letaknya di bilangan Jarak - Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya.
"Ya Orumy ada sejak Dolly ditutup Bu Risma (Wali Kota Surabaya saat itu), sejak 2014 lalu," ujar Hariani yang merupakan istri Sarbani, penggagas UMKM Orumy.
Di balik segarnya Orumy, Hariani masih mengingat betul gemerlapnya Dolly di masa lampau. Gemerlap dunia malam yang membuat kampung ini mendapatkan stigma negatif. Gemerlap yang membuat tiap orang yang berkunjung bertujuan untuk berpesta, mencari kenikmatan dari bir-bir yang dijajar di café maupun pinggir jalan. Tapi semua telah sirna, kini tak ada bir, yang ada Orumy.
Wajah baru Dolly jadi Kampung Orumy
Hariani sebenarnya tak menduga kalau Orumy bakal menjadi produk unggulan dari eks distrik lampu merah. Dulu, pascapenutupan Dolly, dia hanya punya keterampilan membatik karena sempat ikut pelatihan yang disediakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Iya, pelatihan itu memang bertujuan untuk mencarikan solusi warga setempat agar dapur terus mengepul.
"Tapi, saya gak betah waktu membatik itu. saya gak kuat sama asap malem (lilin buat batik)," ucap Hariani.
Melihat kondisi istrinya yang tak mumpuni untuk membatik, Bani—sapaan karib Sarbani-, segera memutar otak. Nah, dari sinilah tercetuslah ide membuat produk olahan minuman. Bani dan Hariani langsung mematangkan idenya, lahirlah Orumy, minuman berbahan dasar rumput laut.
Tak menunggu waktu lama, Hariani dan suaminya mengajak para tetangga dan temannya untuk memproduksi Orumy. Beberapa dari mereka ada yang memang mantan ‘pekerja malam’ di lokalisasi Dolly sewaktu masih beroperasi. Keluarga Bani ingin mereka ikut membesarkan Orumy. Hasilnya dibagi rata. Stigma kampung pelacur dan muncikari pun turut hilang perlahan.
Rupanya tekad yang dibuat Bani dan Hariani ini berbuah hasil. Gang kampung tempatnya tinggal, yakni Putat Jaya Gang III A, Sawahan, Surabaya, mempunyai wajah baru. Yaitu Kampung Orumy. Hariani bersyukur, Orumy bisa menjadi mata pencaharian baru buat warga sekitar. Sebab, pihaknya mengaku banjir pesanan. "Sebulan pesanan bisa lebih dari 500 botol, itu sewaktu belum pandemik (COVID-19)," kata dia.