Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Diharamkan MUI, Miniatur Sound Horeg di Madiun Tetap Diminati

Riyanto
Rafli Eko Nurcahyo (23), warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan, yang tekun merintis usaha kerajinan miniatur Sound Horeg dengan label RQ Project. IDN Times/Riyanto.
Intinya sih...
  • Harga terjangkau, peminat anak sekolahMiniatur Sound Horeg dibanderol Rp150-500 ribu lengkap dengan speaker aktif, truk mini, Bluetooth, USB, radio, dan mikrofon. Bahan baku mudah didapat secara online.
  • Viral dan dicari meski disebut haramMeskipun diharamkan MUI karena penggunaan sound horeg yang berlebihan atau mengganggu, pesanan miniatur tetap stabil. Mayoritas konsumen dari kalangan pelajar SMP-SMA.
  • Kreativitas anak muda yang tak padamRafli menunjukkan kreativitasnya dengan melihat peluang dari kontroversi sound horeg dan menciptakan produk diminati banyak orang. Ia membuat miniatur dengan sepenuh hati.

Madiun, IDN Times – Di tengah polemik Fatwa Haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait fenomena Sound Horeg, seorang pemuda di Kabupaten Madiun, Jawa Timur justru tetap produktif dan kebanjiran pesanan. Ia adalah Rafli Eko Nurcahyo (23), warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan, yang tekun merintis usaha kerajinan miniatur Sound Horeg dengan label RQ Project.

Berlokasi di rumah sekaligus bengkel kecilnya, Rafli tampak sibuk memotong papan kayu, menyolder kabel, dan merakit komponen pengeras suara pada Selasa pagi (8/7/2025). Tak jarang, konsumen datang langsung untuk memantau atau memesan langsung kreasi terbaru buatannya. “Awalnya suka audio waktu masih SMK, coba-coba belajar otodidak. Sekarang sudah sekitar setahun serius bikin miniatur seperti ini,” ujar Rafli saat ditemui.

1. Harga terjangkau, peminat anak sekolah

Riyanto
Rafli Eko Nurcahyo (23), warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan, yang tekun merintis usaha kerajinan miniatur Sound Horeg dengan label RQ Project. IDN Times/Riyanto.

Miniatur Sound Horeg rakitan Rafli dibanderol dengan harga terjangkau, mulai dari Rp150 ribu hingga Rp500 ribu. Setiap unit sudah dilengkapi perangkat lengkap, mulai dari speaker aktif, truk mini hingga fitur Bluetooth, USB, radio, dan bahkan mikrofon.

“Satu unit bisa selesai dalam seminggu. Paling rumit di bagian variasinya, karena harus menyesuaikan permintaan konsumen,” jelasnya.

Rafli menyebut bahan baku mudah didapat dari toko lokal maupun daring, terutama untuk keperluan variasi yang lebih hemat bila dibeli secara online.

2. Viral dan dicari meski disebut haram

Riyanto
Rafli Eko Nurcahyo (23), warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan, yang tekun merintis usaha kerajinan miniatur Sound Horeg dengan label RQ Project. IDN Times/Riyanto.

Menariknya, meskipun ada fatwa haram dari MUI yang disampaikan dalam Forum Satu Muharram 1447 H oleh Pondok Pesantren Besuk, Kabupaten Pasuruan, Rafli mengaku pesanan justru tetap stabil.

“Fatwa itu lebih ke penggunaan sound horeg yang berlebihan atau mengganggu. Kalau miniatur saya ini ya cuma hiburan kecil di rumah, bukan buat keliling,” ujarnya santai.

Rafli menambahkan, mayoritas konsumennya berasal dari kalangan pelajar SMP hingga SMA, bahkan beberapa pesanan datang dari luar Jawa seperti Kalimantan.

3. Kreativitas anak muda yang tak padam

Riyanto
Rafli Eko Nurcahyo (23), warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan, yang tekun merintis usaha kerajinan miniatur Sound Horeg dengan label RQ Project. IDN Times/Riyanto.

Kisah Rafli menjadi contoh nyata bagaimana kreativitas anak muda tak lantas padam hanya karena tren atau kontroversi. Ia justru melihat peluang dari sesuatu yang sedang ramai dibicarakan, dan menyulapnya menjadi produk yang diminati banyak orang.

“Selama tidak merugikan orang lain, saya pikir sah-sah saja. Apalagi ini versi mini, dan saya buatnya dengan sepenuh hati,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us